Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagai Kisah Memilukan di Lokasi Gempa Menyentak Kesadaran Kita

1 Oktober 2018   20:54 Diperbarui: 1 Oktober 2018   21:26 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto:seorang wanita muda,berhasil ditarik keluar dari lumpur /abc.net.au

Mungkin saja selama ini,setiap hari ,ada saja hal hal yang membuat kening kita berkerut. Bukan hanya semata perkara materi,tapi penyebabnya bisa apa saja. Rasa tidak puas karena berbagai harapan yang tidak terpenuhi ,maupun impian untuk mendapatkan sesuatu,yang belum dapat diraih. Belum lagi urusan pekerjaan, Bos yang judes, gaji tidak sesuai harapan dan seterusnya. 

Pokoknya tidak ada hari tanpa kening kita berkerut dan berkeluh kesah. Tetapi ketika kita mendengarkan ,membaca ataupun menyaksikan gempa dan tsunami yang memporak porandakan  hidup saudara saudara kita di  Sulteng atau tepatnya di Palu dan Donggala, maka kita baru tersentak,bahwa selama ini kita hanya buang buang waktu untuk hal hal yang tidak perlu, sehingga lupa menyukuri apa yang ada pada kita. 

ket.foto:seorang wanita muda,berhasil ditarik keluar dari lumpur /abc.net.au
ket.foto:seorang wanita muda,berhasil ditarik keluar dari lumpur /abc.net.au
Pesan Moral dari Kedukaan Para Korban

Membayangkan, seorang remaja putri yang kakinya tertimpa beton rumah sementara disampingnya  terbaring jazad wanita yang telah melahirkannya dalam kondisi yang sudah tidak utuh lagi Dan hanya berjarak dua meter dari tubuhnya yang terhimpit,ada keponakan kesayangannya,yang sudah tidak lagi bisa menjawab panggilannya,karena telah meninggal

gambar: abc.net.au
gambar: abc.net.au
Ada wanita muda yang terjebak dalam lumpur dan bersyukur dengan segala upaya dapat diselamatkan oleh tim SAR dan bekerja sama dengan para relawan. Ia selamat,namun entah dimana anggota keluarganya yang lain, belum ada yang dapat memberikan jawaban. Seorang pria mencoba berjalan sepanjang hari,dengan melupakan tubuhnya sendiri yang terluka,untuk mencari anak satu satunya.Akhirnya ia menemukan anaknya,tapi ketika diraba,tubuh putra tunggalnya,,sudah dingin dan kaku.

Kita menyaksikan melalui siaran televisi ,sambil duduk diruang tamu yang hangat dan dikelilingi oleh anak anak dan istri ,serta anggota keluarga lainnya.Coba bayangkan betapa kondisi saudara saudara kita,yang harus menguatkan hati,memeriksa tubuh tubuh yang sudah tidak bernyawa,apakah mungkin berada disana.?  Bayangkan sejumlah 844 orang ,akan dikebumikan secara massal,pada lubang yang digali seluas 10 x 100 meter.bagaimana perasaan keluarga mereka?

foto: abc,net.au
foto: abc,net.au
Masih Ada yang Tega Mengaitkan Bencana dengan Urusan Dosa?

Selain dari berita simpang siur ,tentang penjarahan  dan tindakan kriminal lainnya,masih ada juga yang tega memberikan komentar yang mengaitkan musibah yang terjadi dengan urusan dosa. Seakan orang yang melempar komentar tersebut adalah manusia yang sholeh dan tanpa dosa. Komentar komentar miring,yang sesungguhnya memberikan gambaran kepada orang banyak,tentang dirinya. Karena apa yang ditulis atau diucapkan adalah gambaran dari kepribadian  orang yang mengucapkannya.

Semoga kita tidak termasuk diantaranya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun