Tanpa diminta si Pria gagah terus bercerita tentang betapa sibuknya mengurus perusahaan ekspornya yang karyawannya berjumlah puluhan orang, sesaat Capucinno datang, ia berhenti ngomong secara mendadak dan fokus menikmati Capucinno disertai  3 keping biskuit coklat.Â
Begitu siapa menikmati biskuit dan capucinno, tiba-tiba bagaikan orang disengat kalajengking ,ia buru buru mengambil Ponsel dari kantongnya. Padahal tidak terdengar ada nada panggilan. Dan langsung  bereaksi sambil mulut masih mengunyah sisa biskuit, "O sudah mau mulai meeting? Ya ya,saya segera datang".
Sambil buru buru  berdiri, si pria ganteng  mengatakan, "Aduh  Om dan Tante, maaf saya ditunggu sejak tadi mau segera meeting, Tolong ya Om kopi saya, lain kali giliran saya yang traktir Om ya." Terpana saya menyaksikan adegan lawakan kuno yang sudah ada sejak setengah abad lalu.
Si Pria pasti senang dan bangga karena merasa sudah berhasil menerapkan, "politik silap mata silap uang" Tapi saya dan istri justru kasihan menengok pria yang berusia muda, ganteng tapi nilainya hanya senilai secangkir kopi. Â
Ada beragam gaya dan cara dari para Pembelajar Politik tidak berkelas ini, tapi kalau saya ceritakan semuanya akan terlalu panjang. Yang penting, kalau suatu waktu bertemu dengan orang yang bergaya mau  buru buru meeting, maka siap siaplah menyumbang paksa senilai makan dan minuman yang disantapnya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H