Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sayang Istri Jangan Sampai Bermetamorfosis Menjadi Takut Istri

11 September 2018   19:41 Diperbarui: 11 September 2018   22:35 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wealthmanagement.com

Pada hakekatnya tidak ada suami yang takut istri, karena secara fisik, seorang pria akan lebih kuat daripada seorang wanita. Takut istri bisa jadi karena beberapa hal, antara lain:

  1. ada rahasia suami yang hanya diketahui oleh istri 
  2. kehidupan suami tergantung pada keluarga istri
  3. suami dalam kondisi tidak berdaya karena sakit 
  4. suami berhutang budi pada keluarga istri

Rahasia Suami

Mungkin suami pernah terlibat tindakan kriminal dan rahasia tersebut hanya diketahui istrinya, Karena itu suami takut kepada istri untuk menghindari agar jangan sampai bukti bukti kejahatannya diungkapkan oleh istri

Secara Ekonomi Tergantung Istri atau Keluarga Istri

Boleh jadi suami adalah karyawan mertua atau dari sudut ekonomi, tergantung pada istri. Rasa kekhawatiran ini semakin hari semakin mendalam, sehingga apa yang diperintah istri, suka atau tidak suka, akan dikerjakannya.

Suami sakit 

Kondisi suami tidak berdaya karena gangguan kesehatannya, sehingga tidak bisa bekerja. Maka karena rasa bersalah yang mendalam, suami melupakan harkat dirinya sebagai kepala keluarga dan patuh apa saja kata istrinya.

Suami Harus Berani Mengatakan Tidak

Sebagai seorang suami, sudah sepantas dan selayaknya mencintai istrinya sepenuh hati. Berusaha dengan cara yang baik dan santun untuk menyenangkan hati istri. Melindungi istri dari bahaya, baik fisik maupun bahaya lainnya.

Kalau perlu siap mempertaruhkan hidup demi untuk keselamatan istrinya. Menjaga marwah istri, dengan tidak sembarangan laki-laki diizinkan masuk ke dalam rumah. 

Tanpa peduli apa kata orang, kalau diperlukan suami akan menemani istri berbelanja, membantu mengangkatkan barang belanjaaan, bahkan membantu  membersihkan rumah. Karena seorang suami adalah kepala keluarga, tapi bukan bos dalam rumah tangga.

Namun bilamana permintaan istri dapat membahayakan dirinya atau keluarga, baik bahaya secara fisik maupun bahaya dapat menghancurkan ekonomi keluarga, maka suami berani mengatakan "tidak " kepada istri. Bukan karena tidak menyayangi, malah justru karena tidak ingin ia terluka atau salah mengambil langkah dalam bertindak. 

Menyayangi dan Sekaligus Mendampingi

Istri saya tahu persis bahwa saya lebih mencintai dirinya ketimbang diri saya sendiri. Dan hal ini bukan hanya basa-basi, tapi sudah saya buktikan selama lebih dari setengah abad.

Sebaliknya, saya juga memahami bahwa bagi istri saya, satu-satunya laki-laki yang dicintainya sejak dulu hanyalah diri saya semata. Namun dalam menjalani hidup, kami berdua saling menjaga dan mengingatkan. Bila saya keliru, maka istri saya akan mengingatkan saya. Begitu juga sebaliknya.

Hal ini untuk menjaga jangan sampai rasa sayang pada istri yang dilakukan secara overdosis akan bermetamorfosis menjadi takut istri. Yakni apa saja permintaan istri akan dipernuhi, walaupun menyadarai bahwa hal tersebut dapat menjadi sumber petaka bagi keluarga.

Kesimpulannya adalah dalam keluarga, disamping saling menyayangi juga dibutuhkan saling mengerti dan saling menghargai. Dalam rumah tangga ada kepala keluarga, tapi bukan bos. Begitu juga, seorang istri adalah ratu dalam rumah tangga, tapi tugasnya bukan hanya bersolek, melainkan mengurus rumah tangga.

Menikah, bukan hanya berarti sepasang sejoli hidup dalam satu rumah, melainkan sekaligus diiringi dengan tanggung jawab masing masing. Tanggung jawab yang tidak tertulis, tapi wajib dipatuhi, baik suami maupun istri. 

Semoga menjadi masukan yang ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun