Namun bilamana permintaan istri dapat membahayakan dirinya atau keluarga, baik bahaya secara fisik maupun bahaya dapat menghancurkan ekonomi keluarga, maka suami berani mengatakan "tidak " kepada istri. Bukan karena tidak menyayangi, malah justru karena tidak ingin ia terluka atau salah mengambil langkah dalam bertindak.Â
Menyayangi dan Sekaligus Mendampingi
Istri saya tahu persis bahwa saya lebih mencintai dirinya ketimbang diri saya sendiri. Dan hal ini bukan hanya basa-basi, tapi sudah saya buktikan selama lebih dari setengah abad.
Sebaliknya, saya juga memahami bahwa bagi istri saya, satu-satunya laki-laki yang dicintainya sejak dulu hanyalah diri saya semata. Namun dalam menjalani hidup, kami berdua saling menjaga dan mengingatkan. Bila saya keliru, maka istri saya akan mengingatkan saya. Begitu juga sebaliknya.
Hal ini untuk menjaga jangan sampai rasa sayang pada istri yang dilakukan secara overdosis akan bermetamorfosis menjadi takut istri. Yakni apa saja permintaan istri akan dipernuhi, walaupun menyadarai bahwa hal tersebut dapat menjadi sumber petaka bagi keluarga.
Kesimpulannya adalah dalam keluarga, disamping saling menyayangi juga dibutuhkan saling mengerti dan saling menghargai. Dalam rumah tangga ada kepala keluarga, tapi bukan bos. Begitu juga, seorang istri adalah ratu dalam rumah tangga, tapi tugasnya bukan hanya bersolek, melainkan mengurus rumah tangga.
Menikah, bukan hanya berarti sepasang sejoli hidup dalam satu rumah, melainkan sekaligus diiringi dengan tanggung jawab masing masing. Tanggung jawab yang tidak tertulis, tapi wajib dipatuhi, baik suami maupun istri.Â
Semoga menjadi masukan yang ada manfaatnya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H