Dapat kesempatan untuk berdiri di panggung,bagi sebagian orang ,berada diatas panggung, serasa sebuah siksaan,karena mengalami demam panggung.
Keringat dingin membasahi pakaian, karena grogi berdiri dihadapan orang banyak. Kata kata sambutan yang sudah dihafal dirumah selama beberapa hari menjelang hari : "H"nya, tiba tiba serasa menguap,sehingga akhirnya sambutan diberikan secara terbata bata.Â
Orang yang demam panggung, amat bersyukur, bilamana selanjutnya untuk seumur hidup jangan lagi ia diminta untuk naik panggung.
Demam Panggung Versi Lain
Akan tetapi ternyata lebih banyak orang yang juga demam panggung,tapi dari versi yang bertolak belakang,Begitu  terobsesi agar terus berada dipanggung, maka ketika saatnya harus turun  panggung,orang merasa uring uringan.
Kalaupun akhirnya terpaksa turun,tapi dari bawah panggung  tetap ngotot ingin menjadi pusat perhatian orang banyak.seperti semasa ia masih berdiri diatas panggung.Sehingga tidak segan untuk berusaha membangun panggung sendiri,agar bisa tetap tampil.
Panggung Memiliki Daya Tarik Yang Luar Biasa
Karena ketika berada dipanggung, orang menjadi pusat perhatian orang banyak. Baik sebagai Penyanyi,Penari atau sebagai Pembicara. Membayangkan betapa ribuan pasang mata, menatap dan mendengarkan kata demi kata yang diucapkan dan sesekali memberikan aplaus dengan tepuk tangan meriah,sungguh merupakan salah satu godaan terbesar yang dapat membuat orang  enggan untuk turun.
Suatu Waktu Setiap Orang Harus Turun Panggung
Seharusnya,orang sudah harus mempersiapkan mentalnya,karena memahami bahwa suatu waktu,semua orang harus turun panggung,suka atapun tidak suka. Dengan mempersiapkan mental kita, maka terhindarlah kita dari prilaku yang hanya akan mempermalukan diri sendiri.
Walaupun bukan pejabat, namun secara pribadi ,sejak tahun 1998, saya sudah mulai naik ke panggung, sebagai Pembicara. Bahkan lebih dari 100 kali menjadi nara sumber dalam dialog interaktif, baik dalam siaran radio maupun menjadi narasumber diberbagai siaran televisi.