Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebebasan Begitu Menggoda

31 Agustus 2018   16:24 Diperbarui: 31 Agustus 2018   16:37 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyebabkan Banyak Orang Kehilangan Martabat Diri

Kebebasan itu adalah ibarat orang berjalan di padang pasir yang  sangat luas. Orang boleh berlari kearah mana pun atau berteriak-teriak  semau maunya tidak akan ada yang melarang. Bahkan hingga kerongkongannya kering, baru menyadari bahwa di padang pasir tidak ada warung kopi dan tidak ada setetes airpun untuk membasahi tenggorokannya. 

Di  padang pasir  tidak ada rambu rambu atau petunjuk jalan. Karena itu  setiap langkah, harus diwaspadai agar jangan sampai kebebasan diri, menyebabkan kita kehilangan arah, maka akan berarti malapetaka bagi diri  kita. Karena biasanya terbuai oleh nikmatnya kebebasan sehingga menyebabkan orang menjadi mabuk dan tidak lagi dapat berpikiran jernih. Kebebasan yang tidak terkontrol akan menyebabkan kita dapat  berjalan ke mana saja tapi tidak akan pernah menemukan jalan untuk  kembali lagi. 

Ada banyak contoh nyata sebagai bukti bahwa kebebasan yang kebablasan, mengundang petaka bagi dirinya dan dapat mengancam keselamatan orang lain, yakni dapat mengantarkan diri pelakunya ke penjara, rumah sakit, bahkan ke liang lahat.

Kebebasan Yang Lepas Kontrol 

Menjadi  orang merdeka atau orang bebas memang merupakan dambaan setiap orang.  Bebas mau ke mana, bebas mau mengerjakan sesuatu dan bebas dalam  mengeluarkan pendapat. Tetapi banyak kejadian yang kita saksikan terjadi  selama ini, yakni kebebasan yang lepas kendali Karena merasa diri  sebagai orang bebas, maka secara sadar ataupun tidak banyak orang yang  terjebak ke dalam petaka dan mencelakakan dirinya sendiri.

Untuk merujuk  kepada contoh contoh aktual, tidak perlu bersusah payah melakukan  searching di google. Karena sudah terjadi di mana-mana dan kemungkinan saja terjadi di lingkungan di mana kita bertempat tinggal.

Penyebabnya Antara Lain Adalah: 

  1. ingin menjadi orang terkenal
  2. orang lupa diri
  3. lupa tata krama dan kesantuan
  4. lupa ajaran agama
  5. lupa budaya sendiri
  6. lupa martabat diri
  7. kehilangan  tenggang rasa

Biasanya, orang baru sadar diri,ketika sudah terlanjur terjadi sesuatu yang  menjadi aib bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga mengimbas   kepada nama baik keluarga dan komunitas di mmana ia berada.

Ibarat Kendaraan Melaju Tanpa Rem

Kebebasan yang lepas kontrol  diri adalah ibarat mengemudikan kendaraan tanpa rem. Kendaraan akan  meluncur terus hingga berhenti ketika sudah menabrak sesuatu. Adalah  suatu hal yang mustahil bahwa seseorang dapat dikontrol selama 24 jam  sehari. 

Satu satunya orang yang dapat mengontrol diri kita adalah diri kita sendiri. Dengan cara mengingatkan diri bahwa kebebasan itu ada rambu rambunya. 

Ibarat kita berkendara, ada rambu-rambu yang harus  dipatuhi. Terlepas dari masalah tilang atau tidak semuanya adalah untuk keselamatan diri kita sendiri dan pengguna jalan lainnya.

Bila orang mengemudikan kendaraan tanpa perduli rambu rambu jalan, maka petaka sudah menunggu di depan mata hanya menunggu waktunya saja, kapan  terjadi. Karena itu, dalam kehidupan walaupun memiliki kebebasan penuh kita perlu mawas diri dengan jalan mematuhi rambu rambu yang berlaku dalam hidup bermasyarakat, yakni:

  1. ada tenggang rasa
  2. kepedulian terhadap lingkungan
  3. menghargai hak orang  lain
  4. memahami bahwa dunia milik bersama
  5. bukan milik satu orang atau golongan tertentu

Wasit Harus Adil Dan Menghindarkan Diri Dari Keberpihakan

Disamping orang perorang dituntut untuk mampu mengontrol diri namun tak kurang pentingnya adalah peran "wasit"yang mengawasi jalannya kebebasan  dalam mengekspresikan keinginan seseorang. 

Siapapun yang melanggar aturan seharusnya ditindak tanpa pandang bulu terlepas dari komunitas mana Pelakunya berasal. Kalau "Wasit" hanya bertindak sebagai layaknya penonton, maka sudah terbayangkan kelak di negeri kita akan tercipta demokrasi yang amburadul.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan  Juru Bicara BIN:

"Juru  Bicara Badan  Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menegaskan lembaga BIN  memiliki tanggung jawab dalam menciptakan keamanan. 

Wawan  menyatakan,  tugas dan fungsi BIN tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17  Tahun 2011.  "Yang di Pekanbaru, Riau, memang banyak pihak yang bertanya  kepada kami.  Kami sebagai jubir BIN, BIN itu bertugas menjaga marwah  konstitusi,  aturan main yang sudah disepakati di Republik Indonesia  harus ditegakkan  supaya tidak terjadi pelanggaran,” kata Wawan saat  konferensi pers di  daerah bilangan Jakarta Selatan, Pancoran, Senin  (27/8/2018) (sumber: https://nasional.kompas.com)

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun