Orang Pandai Belum Tentu Berpendidikan. Kalimat itu kedengarannya sangat keras, bahkan terkesan kasar. Tapi kalau kita mau berbicara secara jujur, di zaman milenial ini banyak terdapat orang orang yang pandai, bahkan mungkin di bidang keilmuan sangat piawai, tapi miskin dalam penguasaan ilmu pendidikan.
Buktinya adalah berita berita tebar kebencian dan hoaks, bahkan tulisan-tulisan yang menjadikan kemalangan orang  lain menjadi bahan guyonan tidak mungkin ditulis oleh orang yang cuma tamatan SD.Bahkan kemampuannya mengolah kata, begitu piawai, sehingga banyak orang yang termakan oleh tulisan hoaks yang diciptakannya.
Jangan Menyerahkan Sepenuhnya Pendidikan Anak Kepada Rumah Sekolah
Idealnya memang Rumah Sekolah adalah tempat di mana anak-anak mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu pengetahuan dan sekaligus mendapatkan pendidikan.
Karena itu, tempo dulu, sekolah guru disebutkan IKIP atau Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, walaupun tugas seorang guru, secara formal adalah mengajakan ilmu dan sekaligus mendidik anak-anak.
Namun kalau kita  mau melihat pada kenyataan yang ada, kapan ada waktu bagi guru untuk memberikan pendidikan?Â
Begitu masuk kelas harus mengejar waktu agar rencana pelajaran yang sudah disiapkan tersajikan secara utuh. Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Tapi belum tuntas tanya jawab lonceng sudah berbunyi, pertanda giliran guru lain yang akan memberikan pelajaran berbeda.
Paling maksimal, di sekolah, anak-anak hanya mendapatkan pendidikan tentang bagaimana harus bersikap di dalam kelas, bagaimana bersikap sopan terhadap guru dan hal-hal yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.
Pernahkah di sekolah diajarkan bagaimana seharusnya hidup berinteraksi dengan sesama manusia? Bagaimana caranya menerapkan hidup berbagi?
Mungkin saja ada niat dari para guru untuk melakukannya, tapi tugas utama dari guru adalah bagaimana siswa naik kelas dengan target lulus 100 persen.
Orang Tua Penting Menyisihkan Waktu Bagi Anak Anak
Bagi anak-anak, satu contoh teladan yang baik, jauh lebih efektif untuk mendidik mereka, ketimbang menghujani mereka dengan seratus khotbah berapi-api. Contoh dari orang tua akan melekat dalam memori mereka dan akan menjadi pedoman bagi anak-anak kelak ketika mereka harus terjun dalam masyarakat.
Salah satu cara yang paling efektif adalah membawa anak-anak untuk menengok secara langsung tentang bagaimana orang hidup dalam kemiskinan. Karena hal ini akan membekas dalam jiwa mereka dan kelak menjadi alaram yang mengingatkan, agar mereka peduli terhadap orang orang yang hidup dalam kekurangan. Memiliki rasa simpati dan empati bagi anak-anak yatim piatu.
Betapapun sibuknya para orang tua, minimal sekali dalam setahun, pasti ada waktu untuk membawa anak-anak berkunjung ke rumah yatim piatu, ke rumah jompo, dan ke gubuk-gubuk yang ada di mana-mana.
Untuk mencari rumah orang miskin, tidak perlu harus ke Afrika, karena ada di sekitar kita. Yang tidak punya rumah, bukan hanya orang Afrika ataupun orang Suriah, tapi sesama saudara kita, masih banyak yang tinggal beralaskan tanah liat dan beratapkan daun lontar.
Mohon maaf, kalau tulisan ini dirasakan sebagai menggurui, karena bila mana dipilih kata kata yang terlalu sopan dan lemah lembut, tujuan dari  tulisan ini tidak akan tersampaikan secara utuh.Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H