Di sinilah para pemuda yang berjuang untuk kemerdekaan dibariskan di tepi jembatan dan ditembak oleh tentara Belanda.
Ketika tubuh mereka terkulai ditembus peluru, para ibu hanya bisa meratapi kematian putra-putra mereka, bahkan jasad mereka dibiarkan hanyut oleh derasnya air batang  Agam ini.
Pada prasasti yang sudah memudar dimakan zaman, masih dapat dibaca tulisan tentang gugurnya para pemuda pejuang kemerdekaan negeri ini.
Makam Cut Nyak Dhien
Dalam perjalanan hidupnya, bersama suaminya Teuku Umar, ia berjuang melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.
Cut Nyak Dien, saat itu, sudah tua dan menderita berbagai penyakit, namun semangatnya untuk melawan penjajahan tak kunjung padam.
Tetapi karena pasukan kecilnya tak berdaya terhadap pasukan Belanda, akhirnya Cut Nyak Dhien, ditangkap dan kemudian dibuang oleh Belanda. Cut Nyak Dhien diangkut menggunakan kapal laut dan sempat dibawa ke Jakarta yang pada waktu itu masih bernama Batavia.
Cut Nyak Dhien yang memang sudah terkena penyakit paru-paru, tidak mendapatkan perawatan apapun selama perjalanan jauh lewat kapal laut. Kemudian ia dipindahkan ke Sumedang secara rahasia untuk dipenjarakan di sini.
Namun Bupati yang bertugas pada waktu itu, melihat kondisi Cut Nyak Dhien yang sudah sangat parah tidak tega dan menitipkannya di salah satu rumah pengurus Masjid di Sumedang. Dan di sinilah Cut Nyak Dhien menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Semakin Memahami Arti dan Makna dari Kemerdekaan RI