Pernah Menyaksikan Pencopet Dihakimi Massa?
Kalau belum,biarlah saya ceritakan secara ringkas. Suatu ketika saya dan istri untuk suatu keperluan berbelanja di Pasar Baru -kota Padang.
Belum lama berjalan ,tiba tiba terdengar suara remaja minta minta ampun. Karena jaraknya hanya sekitar 3 meter,saya mendekat dan menyaksikan kekejaman yang  luar biasa.Seorang remaja ,berusia paling banyak 15 tahun,dihajar massa.
Diinjak dan ditendang, Dari mulut dan hidungnya keluar darah segar. tapi para "pahlawan" yang menghajarnya,bukannya berhenti, melainkan semakin buas. Beruntung ada seorang Marinir yang datang dan menyelamatkan anak tersebut. Ternyata remaja ini  telah nekad mencopet dari seorang wanita. Dalam kondisi terkapar berdarah darah, ditangannya masih menggengam uang kertas lusuh lembaran Rp.10.000.--
Tulisan ini, bukan bermaksud membela kejahatan,tapi demi uang Rp10.000 dihajar hingga berdarah darah,sungguh sudah diluar batas kemanusiaan.Ini baru satu contoh,yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Masih banyak lagi kisah kisah :"kepahlawanan" masyarakat,yang menghajar ,maling jemuran atau maling ayam.
Makanya Kalau Mau Jadi Penjahat, Pilihlah Profesi Sebagai Koruptor
Mana ada yang berani menghajar koruptor? Apalagi koruptor kelas kakap. Masa depan mereka ,seakan sudah dijamin. Pertama uang tak terhitung, Seandainya hitungan meleset dan ketiban sial dicokok oleh KPK, no problem.
Masih bisa tersenyum manis dan melambaikan tangan. Pernah dengar Koruptor yang dihajar oleh petugas? Setahu dan seingat saya belum pernah. Disuruh bayar denda 2 miliar rupiah? Â itu cuma uang recehan bagi Koruptor kelas kakap. Â Masuk penjara? Tidak masalah,karena di penjara mereka punya ruang pribadi dan punya kebebasan pribadi. Hal ini sesungguhnya bukan lagi merupakan rahasia.Tapi selama ini ,orang pura pura tidak tahu.Â
Kalau ada yang merasa :"kaget" bahwa di penjara Suka Miskin, ada ruang  khusus untuk Koruptor kelas kakap,itu cuma sandiwara doang. Anak SD pun sudah tahu sejak dulu,bahwa ada hukum prioritas di tempat yang namanya :"penjara"Â
Saya Pernah Masuk Tahanan
Bukan karena korupsi,tapi karena "salah tangkap" ,Dalam tahanan,mana ada kasur ? Cuma ada selembar triplek bekas.Dalam sel air dari toilet tergenang. kecoa dan binatang merayap ,menyelamatkan diri dengan mengungsi di triplek. Gimana tidurnya? Ya nggak tidur,cuma duduk dan bersandar pada dinding yang lembab. Pernahkah Koruptor merasakan hal ini? Dijamin tidak!
"Jaminan Sosial" Tidak Tertulis
Fasilitas bagi para Koruptor kelas kakap, merupakan: "jaminan sosial" yang tidak tertulis,tapi nyata. Sudah berulang kali terjadi dan masih terus terjadi.Bila menjalani hukuman,masih ada remisi ini dan itu ,sehingga masa hukuman semakin diperpendek. Kelak keluar dari penjara,maka anggaplah Koruptor ini memasuki masa pensiun. Karena dengan uang yang tidak terhitung,bisa menikmati hidup santai sampai akhir hayat.Bahkan kalau masih mau coba peruntungan lagi,ada celah untuk mencalonkan diri. Sungguh profesi yang sangat menjanjikan !
Tidak Ada Efek Psikologis Bagi Narapidana Koruptor
Kalau tempo dulu,bila tertangkap melakukan tindak kejahatan,apapun bentuknya,tersangka selalu dengan berbagai upaya menutupi wajahnya,baik dengan rambutnya,maupun dengan bajunya.Tapi sejak tergerusnya rasa malu,maka lama kelamaan,bukannya malu,malahan dengan senyum dan tangan melambai memasukki mobil tahanan,baik tersangka wanita,maupun pria. Begitu juga,keluar penjara,bukannya mengurung diri untuk menebus dosa,malahan ramai ramai mencalonkan diri. Hal ini ,membuktikan,bahwa penjara,tidak  lagi mampu menciptakan efek jera bagi para Koruptor!
Ganti Wajah
Mau mengganti seluruh karyawan Lapas ?Ya,cuma berganti wajah ,tapi selama sikap mentalnya sama,maka semuanya hanya menjadi bagian  dari sandiwara. Mungkinkah ini yang dimaksudkan dengan :" Hidup adalah Sebuah Sandiwara?" Perlu tanya dulu, kepada rumput yang bergoyang.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H