Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Koruptor adalah Profesi yang Sangat Menjanjikan?

28 Juli 2018   19:38 Diperbarui: 29 Juli 2018   02:52 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zhang Zhongsheng, mantan Wakil Wali Kota di Luliang ketika menjalani sidang vonis Rabu (28/3/2018), Zhang dijatuhi vonis mati karena terbukti bersalah menerima suap .(Weibo via South China Morning Post)/kompas.com -Menurut data dari Amnesti Internasional yang dilansir CBS News, sedikitnya 4.000 orang dijatuhi hukuman mati tiap tahunnya.) 

"Jaminan Sosial" Tidak Tertulis

Fasilitas bagi para Koruptor kelas kakap, merupakan: "jaminan sosial" yang tidak tertulis,tapi nyata. Sudah berulang kali terjadi dan masih terus terjadi.Bila menjalani hukuman,masih ada remisi ini dan itu ,sehingga masa hukuman semakin diperpendek. Kelak keluar dari penjara,maka anggaplah Koruptor ini memasuki masa pensiun. Karena dengan uang yang tidak terhitung,bisa menikmati hidup santai sampai akhir hayat.Bahkan kalau masih mau coba peruntungan lagi,ada celah untuk mencalonkan diri. Sungguh profesi yang sangat menjanjikan !

Tidak Ada Efek Psikologis Bagi Narapidana Koruptor

Kalau tempo dulu,bila tertangkap melakukan tindak kejahatan,apapun bentuknya,tersangka selalu dengan berbagai upaya menutupi wajahnya,baik dengan rambutnya,maupun dengan bajunya.Tapi sejak tergerusnya rasa malu,maka lama kelamaan,bukannya malu,malahan dengan senyum dan tangan melambai memasukki mobil tahanan,baik tersangka wanita,maupun pria. Begitu juga,keluar penjara,bukannya mengurung diri untuk menebus dosa,malahan ramai ramai mencalonkan diri. Hal ini ,membuktikan,bahwa penjara,tidak  lagi mampu menciptakan efek jera bagi para Koruptor!

Ganti Wajah

Mau mengganti seluruh karyawan Lapas ?Ya,cuma berganti wajah ,tapi selama sikap mentalnya sama,maka semuanya hanya menjadi bagian  dari sandiwara. Mungkinkah ini yang dimaksudkan dengan :" Hidup adalah Sebuah Sandiwara?" Perlu tanya dulu, kepada rumput yang bergoyang.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun