Perjalanan hidup mengajarkan kepada kita banyak hal. Bahkan sebagian besar dari pelajaran yang diperoleh dari kehidupan, belum pernah tersentuh oleh universitas manapun di dunia ini. Misalnya, di dunia ini ada sekolah kejuruan, tapi tidak ada sekolah kejujuran. Ada sekolah tinggi ekonomi, tapi tidak ada sekolah rendah hati. Karena itu, tidaklah berlebihan bilamana dikatakan bahwa hidup ini merupakan sebuah universitas yang bersifat multidimensional.
Segala Sesuatu Pencapaian Ada Kiat-kiatnya
Untuk memanjat pohon, ada kiat-kiatnya yang harus dipelajari, karena tantangannya adalah maut. Kalau anak-anak belajar berjalan, kalau terjatuh bangkit lagi dan mulai lagi berjalan. Tapi kalau memanjat pohon, tidak dapat menggunakan metode yang sama, yakni kalau jatuh bangun dan berdiri kembali. Karena tidak jarang, sekali orang terjatuh dari pohon atau tangga, maka untuk selamanya ia tidak lagi bisa berjalan.Â
Contoh lain, laptop yang dibeli dengan harga jutaan rupiah, tak lebih hanya sebatas barang pajangan bila kita tidak tahu kiat-kiat untuk menghubungkannya dengan internet. Begitu terhubung, maka pada saat itu laptop yang dimiliki menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Ada banyak contoh-contoh aktual, di mana kita bisa memetik pelajaran, untuk dapat diterapkan dalam perjalanan hidup kita. Yang walaupun berbeda cara dan kiat-kiat untuk mendapatkan atau untuk memenuhi harapan kita ada beragam cara dan gaya, namun semuanya bertitik tumpu pada satu hal yakni perlu memahami kiat-kiatnya.
Sudah Kerja Keras Bertahun-tahun tapi Nasib Belum Juga Berubah, Mengapa?
Sejak pensiun sebagai pengusaha, saya dan istri mendapatkan banyak kesempatan untuk melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Nusantara. Bukan sekadar jalan-jalan, tapi bergaul dan saling berdiskusi tentang perjalanan hidup masing-masing. Antara lain, mengapa orang yang awalnya sama-sama hidup merangkak, tapi kelak yang satu bisa bangun dan mengubah nasibnya, sementara banyak  orang lainnya masih berkutat hidup dalam keterpurukan?
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, kami pernah menjalani hidup menderita selama tujuh tahun, tapi bersyukur kepada Tuhan, kelak bisa mengubah nasib kami secara total. Sementara banyak orang yang mengawali hidup dengan kondisi yang kira-kira sama dengan kami, hingga akhir perjalanan hidup, nasibnya tidak kunjung berubah?Â
Kalau boleh dianalogikan, maka perjalanan hidup itu dapat digambarkan sebagai orang yang lagi lomba lari marathon. Pada awalnya, semua start di tempat yang sama. Namun, tidak semua tiba di garis finish. Ada yang terhenti hanya beberapa puluh meter dari garis finish, namun ada juga yang sudah tidak mampu lagi melanjutkan berlari di pertengahan jalan.
Penyebab Kegagalan
Salah satu penyebab terbesar terjadinya kegagalan dalam mewujudkan impian hidup adalah terlalu cepat berpuas diri. Mensyukuri setiap keberhasilan betapapun kecilnya, tentu saja sangat baik. Namun terlalu cepat berpuas diri menyebabkan orang berlarut-larut dalam merayakan sepotong keberhasilannya, padahal perjalanan yang harus ditempuh masih jauh dari tujuan awal.