Dizaman milenial ini, orang melakukan transaksi jual beli, sudah tidak lagi menggunakan uang tunai. Kalau dulu, mau jual beli rumah, harus membawa uang satu koper dan dikawal oleh Polisi, kini sambil duduk santai dilobbi hotel atau sambil minum kopi sudah dapat dilakukan.
Hal ini,kami alami ,sewaktu menjual  salah satu unit apartemen kami di Mediterania Lagoon Residences. Dalam ruangan ,selain dari kami berdua dan calon pembeli,ada notaris dan sekretarisnya.Â
Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka sebelum menanda tangani akad jual beli,pembeli melakukan pembayaran lewat eletronic banking.
Selang beberapa saat,ia memperlihatkan di laptopnya,bahwa transfer uang senilai harga yang disepakati,sudah terkonfirmasi. Maka Notaris mengisyaratkan kepada kami untuk memeriksa saldo melalui laptop kami. Istri saya mengetik sesuatu dan dalam hitungan tidak sampai satu menit, sudah memastikan bahwa uang pembelian unit apartement sudah masuk kerekening kami.
Maka proses jual beli usailah sudah. Selanjutnya urusan administrai dan penerbitan akta jual beli adalah urusan Notaris.
Total kami menghabiskan waktu untuk jual beli sebuah unit apartement yang harganya lebih dari 1 M. Selesai dalam waktu tidak sampai 1 jam. Begitu juga ketika kami menjual kendaraan Honda Freed,juga dilakukan di lobbi apartement dan dalam waktu kurang dari 30 menit,transaksi tuntas.
Bagi yang sudah pernah berkunjung ke Sumatera barat beberapa puluh tahun lalu,pasti sudah pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, proses jual beli, yang tampak unik dan lucu. Karena pada waktu itu, jual beli dilakukan dengan cara : "marosok", yakni saling meraba telapak tangan. Dan agar proses tawar menawar tersebut tidak terbaca oleh orang lain, maka digunakanlah kain sarung, untuk menutupi tangan penjual dan calon pembeli.
Tapi cara jual beli unik ini,jangan harap bisa ditemui dikota Padang atau di Bukittinggi,karena masyarakat disini,sejak dari dulu,sudah meninggalkan cara jual beli dengan : "marosok" tersebut.
Proses jual beli unik ini,hanya bisa ditemui di pasar pasar di Kabupaten Tanah Datar. Biasanya yang diperjual belikan dengan cara "marosok" ini adalah sapi. Saya sudah pernah mencoba belajar dari teman saya yang tinggal di Simabu,tidak jauh dari kota Batusangkar,namun ternyata lebih rumit daripada belajar sempoa,yang banyak digunakan oleh kalangan Tionghoa tempo dulu.
Setiap gerakan jari tangan memiliki arti tertentu dan proses tawar menawar ,berlangsung tertutup dibawah kain sarung atau kopiah, maupun menggunakan baju. agar orang lain tak mengetahui proses transaksi tersebut dan hanya diketahui oleh  penjual dan calon pembeli.
Selama masih berlangsung tawar menawar ,maka antara  penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari,serta sesekali mereka menggoyang tangannya ke kiri dan ke kanan. Sekiranya dalam  transaksi, tercapai kesepakatan ,maka  mereka saling melepaskan tangan.
Sebaliknya, jika ada kesepakatan harga,maka  tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.
Dalam transaksi rosok marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah.Â
Konon,menurut cerita turun menurun, tradisi "marosok" ini sudah berlangsung sejak masa kerajaan Minangkabau tempo dulu. Namun dalam perjalanannya,mengalami beberapa perubahan. Sehingga nilai jari di daerah Kabupaten Tanah Datar, belum tentu persis sama dengan yang terjadi di daerah Pariaman.
Karena itu, bilamana terjadi  transaksi jual beli antara 2 orang penduduk yang berbeda daerah asalnya,harus ada kepakatan,agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Lahir dan Dibesarkan  di Padang Tapi Tidak Tahu Cara Marosok
Sebagai satu dari antara orang yang terlahir di Padang,Sumatera Barat,bahkan sering berpergian ke Kabupaten Tanah Datar dan Pariaman, serta pada hari raya idul Fitri tidur dirumah  teman teman yang memang warga setempat,sungguh hingga saya meninggalkan kota Padang pada tahun 1990 saya masih tidak mampu melakukan transaksi "Marosok " ini.
Apalagi generasi muda lainnya,yang tinggal di Padang dan  Bukittinggi .Karena cara transsai unik ini,mungkin dapat dijadikan salah satu objek,untuk melengkapi daya tarik para wisatawan,dengan mengajarkan kepada mereka tehnik,:"marosok " ini
sumber bacaan : Antara dan wonderfulminangkabau.com
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H