Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kenangan Manis di Jayapura dan Biak Serta Timika

16 Juni 2018   09:38 Diperbarui: 16 Juni 2018   11:10 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita sudah memasukki daerah 'Freeport " kata mas Rizal memberitahu dan segera melambatkan lajunya kendaraan. Membuka kaca jendela dan berhenti sejenak di pos penjagaan mengatakan sesuatu dan melambaikan tangan

foto: tjiptadinata effendiDokumentasi pribadi
foto: tjiptadinata effendiDokumentasi pribadi
Dari kejauhan tampak ada Masjid dan Gereja yang saling berhadapan. Maka kami manfaatkan untuk berhenti sejenak untuk mengabadikan perjalanan kami. Gereja Betlehem di Kuala Kencana ini, menurut pak Carlos merupakan gereja Oikume PT. Freeport Indonesia  juga membangun tempat ibadah masjid dan gereja untuk para penambangnya di bawah tanah di Tembagapura, Mimika, Papua.

foto: tjiptadinata effendiDokumentasi pribadi
foto: tjiptadinata effendiDokumentasi pribadi
Dua tempat ibadah itu dibangun benar-benar di perut bumi karena berada sekitar 1.500 meter dari permukaan tanah.yang merupakan tempat beribadah pertama yang dibangun di bawah tanah.

Sungguh terbukti bahwa Tanah Papua itu bukan hanya Koteka dan Raja Ampat, tapi ada Biak yang memukau,khususnya  bagi yang suka berburu matahari terbenam. Ada Timika dengan bandaranya yang unik dan masih  ada Merauke, Sorong ,yang dilain kesempatan akan saya tulis.

Kepiting Karaka

Pada malam hari, kami diajak makan kepiting Karaka yang beratnya bisa sampai hampir 2 kilogram oleh pak Wayan.Tentu saja undangan ini kami sambut dengan antusias, karena inilah pengalaman pertama bagi kami. Restorannya tidak mewahtapi cukup bersih dan apik. 

Dalam waktu kurang dari 30 menit,maka kepiting raksasa dengan masakan saus Padang sudah terhidang didepan kami. Dan tentunya masing masing sepiring putih nasi.

Sudah lama sekali saya mendengarkan kisah kenikmatan kepiting khas tanah Papua serta keunikannya. Tapi baru kali ini bertemu di Timika. Menurut penjelasan yang punya restoran, kepiting ini bisa tahan hidup selama lebih dari 20 jam dalam perjalanan.

Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"Kalau tahun depan bapak dan ibu berkunjung kesini lagi akan saya ajak makan Kepiting Selingkuh, yakni capitnya kepiting, tapi tubuhnya udang." Kata pak Wayan,usai kami santap malam bersama .

Namun, sama sekali tidak terbayangkan bahwa inilah makan malam kami yang terakhir kalinya bersama Pak I Wayan Parnata. Karena berberapa bulan setelah itu, kami dapat kabar bahwa pak Wayan telah dipanggil Tuhan. Sungguh tidak seorangpun yang tahu, apa yang akan terjadi esok hari.

Sebuah kenangan manis yang tak akan pernah terlupakan.

Tjiptadinata Effendi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun