Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Heboh tentang "Tokoh Tionghoa"

27 Mei 2018   16:01 Diperbarui: 28 Mei 2018   06:46 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :kompas.com

Membaca berbagai berita tentang gonjang ganjing, orang-orang yang menamakan diri "tokoh tionghoa", perasaan saya sebagai salah seorang turunan Tionghoa jadi bercampur aduk. Bukan terharu atau bangga, melainkan ada rasa geram bercampur lucu. Geram, karena sejujurnya saya yang sudah menjalani hidup selama 75 tahun dan sudah malang melintang di seluruh nusantara, tak pernah tahu siapa mereka yang begitu gegabah menobatkan diri menjadi "tokoh tionghoa". Lucu, karena merasa aneh, mengaku "tokoh" tapi bertindak serampangan.

Belum pernah dengar kiprah mereka, apalagi perjuangan mereka yang ada manfaatnya bagi masyarakat Tionghoa khususnya dan bangsa Indonesia secara umum. Padahal saya bukan termasuk kakek-kakek yang tipe duduk di kursi goyang, karena dalam setiap kesempatan yang ada selalu berusaha untuk belajar dan meng-update database yang ada dalam benak saya.

Akan tetapi sungguh secara pribadi belum pernah mendengar kinerja mereka dalam ikut membangun negeri ini ,dibidang apapun!

Orang-orang Tionghoa yang Sudah Terbukti Ikut Mengharumkan Nama Bangsa

Tanpa harus berselancar di google, semua orang Indonesia pasti sudah pernah mendengarkan tentang beberapa nama yang saya sebutkan di bawah ini, misalnya, Susi Susanti, yang telah ikut mengharumkan nama bangsa Indonesia di bidang bulutangkis internasional.

Apa saja prestasi yang sudah dicapainya, sungguh saya tidak bisa mengingatnya dan tidak ingin mereka-reka. Satu hal yang masih saya ingat adalah bahwa Susi Susanti mendapatkan penghargaan tanda kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama dari negara.

Kemudian menyusul nama nama lain,yang tidak kurang kiprahnya sebagai warga negara Indonesia dalam ikut mengharumkan nama bangsa dan negara, yakni Tan Liong Houw, Yap Thiam Hien, Siauw Giok Tjhan, Liem Koen Hian, John Lie, dan lain lain. 

Mohon maaf, ada banyak nama lain yang tidak ditulis. Bukan berarti tidak masuk daftar, melainkan karena nama-nama di atas hanya sebagai contoh. Betapa mereka yang sudah jelas membuktikan diri sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, tapi tidak pernah mengklaim bahwa diri mereka adalah tokoh Tionghoa. Kendati jelas mereka itu memang terlahir sebagai warna negara Indonesia keturunan Tionghoa.

Setiap Marga Ada yang Ditokohkan

Dalam kalangan masyarakat Tionghoa, sejak dulu ada komunitas berdasarkan marga. Misalnya ada marga Tjoa, marga Lie, marga Tan, marga Liem, marga Kang, marga Wong, marga Ong, marga Gho, dan seterusnya. Setiap marga ini tergabung dalam komunitas dan mereka memilih orang yang ditokohkan dan disebut sebagai "tuako", sebuah panggilan kehormatan walaupun usianya mungkin saja relatif lebih muda. Komunitas ini ,tidak berafiliasi kepada partai politik manapun. Sifatnya hanyalah sosial.baik dalam keadaan suka cita,semisalnya pernikahan ,maupun dalam keadaan duka,misalnya ada yang meninggal dunia. Bagi yang tidak mampu,maka tugas kongsi inilah yang membantu penyelengaraan pemakamanan .

Kemudian komunitas ini bergabung di Kongsi Besar, yakni "HTT" dan "HBT". Dulu namanya Hok Tek Tong dan Heng Beng Tong, tapi kemudian diubah menjadi Himpunan Tjinta Teman dan Himpunan Bersatu Teguh. Keduanya memiliki "tuako" masing-masing.

Namun demikian, walaupun sudah mendapatkan gelar tuako berdasarkan pemilihan anggota, tidak ada di antara para tetua ini yang pernah berani menyebut diri mereka sebagai "tokoh tionghoa", walaupun kalau mereka mau menyebut diri sebagai tokoh Tionghoa mungkin tidak akan ada yang protes. Sebab memang sudah terbukti berjasa bagi warga Indonesia keturunan Tionghoa di daerah masing-masing.

Komunitas keturunan Tionghoa di Sumatera Barat sama sekali bukan underbow dari komunitas orang Tionghoa di daerah lain, termasuk di Jakarta. Bahkan kalau diadakan survei, saya yakin tidak ada cukup 10 jari orang Tionghoa di Padang yang kenal dengan nama-nama yang secara gegabah menobatkan diri sebagai "tokoh".

Kalau mendirikan toko-toko Tionghoa itu sih gampang, tinggal beli toko atau ruko dan kasih merk dengan huruf Cina, maka jadilah toko Tionghoa. Namun untuk menjadi "tokoh Tionghoa" belum pernah ada kesepakatan secara nasional, bahkan belum pernah dibicarakan.

Tulisan ini sekadar memberikan masukan agar masyarakat luas memahami bahwa hingga saat ini belum ada seorangpun yang dinobatkan sebagai tokoh Tionghoa di Indonesia. Apalagi cuma segelintir orang yang mengaku diri "tokoh tionghoa "di Jakarta. Hal ini perlu dijelaskan,agar tindakan yang mereka lakukan,tidak merembet kepada seluruh warga Indonesia,keturunan Tionghoa lainnya,yang sama sekali tidak tahu menahu,dengan sepak terjang mereka.

Catatan: Penulis artikel ini bukan seorang tokoh tionghoa,melainkan hanya satu dari sekian juta ,warga Indonesia,yang terlahir sebagai keturunan Tionghoa di Indonesia,lantaran kakek moyang kami dulu,datang dari negeri Cina

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun