Namun demikian, walaupun sudah mendapatkan gelar tuako berdasarkan pemilihan anggota, tidak ada di antara para tetua ini yang pernah berani menyebut diri mereka sebagai "tokoh tionghoa", walaupun kalau mereka mau menyebut diri sebagai tokoh Tionghoa mungkin tidak akan ada yang protes. Sebab memang sudah terbukti berjasa bagi warga Indonesia keturunan Tionghoa di daerah masing-masing.
Komunitas keturunan Tionghoa di Sumatera Barat sama sekali bukan underbow dari komunitas orang Tionghoa di daerah lain, termasuk di Jakarta. Bahkan kalau diadakan survei, saya yakin tidak ada cukup 10 jari orang Tionghoa di Padang yang kenal dengan nama-nama yang secara gegabah menobatkan diri sebagai "tokoh".
Kalau mendirikan toko-toko Tionghoa itu sih gampang, tinggal beli toko atau ruko dan kasih merk dengan huruf Cina, maka jadilah toko Tionghoa. Namun untuk menjadi "tokoh Tionghoa" belum pernah ada kesepakatan secara nasional, bahkan belum pernah dibicarakan.
Tulisan ini sekadar memberikan masukan agar masyarakat luas memahami bahwa hingga saat ini belum ada seorangpun yang dinobatkan sebagai tokoh Tionghoa di Indonesia. Apalagi cuma segelintir orang yang mengaku diri "tokoh tionghoa "di Jakarta. Hal ini perlu dijelaskan,agar tindakan yang mereka lakukan,tidak merembet kepada seluruh warga Indonesia,keturunan Tionghoa lainnya,yang sama sekali tidak tahu menahu,dengan sepak terjang mereka.
Catatan: Penulis artikel ini bukan seorang tokoh tionghoa,melainkan hanya satu dari sekian juta ,warga Indonesia,yang terlahir sebagai keturunan Tionghoa di Indonesia,lantaran kakek moyang kami dulu,datang dari negeri Cina
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H