Membaca berbagai berita tentang gonjang ganjing, orang-orang yang menamakan diri "tokoh tionghoa", perasaan saya sebagai salah seorang turunan Tionghoa jadi bercampur aduk. Bukan terharu atau bangga, melainkan ada rasa geram bercampur lucu. Geram, karena sejujurnya saya yang sudah menjalani hidup selama 75 tahun dan sudah malang melintang di seluruh nusantara, tak pernah tahu siapa mereka yang begitu gegabah menobatkan diri menjadi "tokoh tionghoa". Lucu, karena merasa aneh, mengaku "tokoh" tapi bertindak serampangan.
Belum pernah dengar kiprah mereka, apalagi perjuangan mereka yang ada manfaatnya bagi masyarakat Tionghoa khususnya dan bangsa Indonesia secara umum. Padahal saya bukan termasuk kakek-kakek yang tipe duduk di kursi goyang, karena dalam setiap kesempatan yang ada selalu berusaha untuk belajar dan meng-update database yang ada dalam benak saya.
Akan tetapi sungguh secara pribadi belum pernah mendengar kinerja mereka dalam ikut membangun negeri ini ,dibidang apapun!
Orang-orang Tionghoa yang Sudah Terbukti Ikut Mengharumkan Nama Bangsa
Tanpa harus berselancar di google, semua orang Indonesia pasti sudah pernah mendengarkan tentang beberapa nama yang saya sebutkan di bawah ini, misalnya, Susi Susanti, yang telah ikut mengharumkan nama bangsa Indonesia di bidang bulutangkis internasional.
Apa saja prestasi yang sudah dicapainya, sungguh saya tidak bisa mengingatnya dan tidak ingin mereka-reka. Satu hal yang masih saya ingat adalah bahwa Susi Susanti mendapatkan penghargaan tanda kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama dari negara.
Kemudian menyusul nama nama lain,yang tidak kurang kiprahnya sebagai warga negara Indonesia dalam ikut mengharumkan nama bangsa dan negara, yakni Tan Liong Houw, Yap Thiam Hien, Siauw Giok Tjhan, Liem Koen Hian, John Lie, dan lain lain.Â
Mohon maaf, ada banyak nama lain yang tidak ditulis. Bukan berarti tidak masuk daftar, melainkan karena nama-nama di atas hanya sebagai contoh. Betapa mereka yang sudah jelas membuktikan diri sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, tapi tidak pernah mengklaim bahwa diri mereka adalah tokoh Tionghoa. Kendati jelas mereka itu memang terlahir sebagai warna negara Indonesia keturunan Tionghoa.
Setiap Marga Ada yang Ditokohkan
Dalam kalangan masyarakat Tionghoa, sejak dulu ada komunitas berdasarkan marga. Misalnya ada marga Tjoa, marga Lie, marga Tan, marga Liem, marga Kang, marga Wong, marga Ong, marga Gho, dan seterusnya. Setiap marga ini tergabung dalam komunitas dan mereka memilih orang yang ditokohkan dan disebut sebagai "tuako", sebuah panggilan kehormatan walaupun usianya mungkin saja relatif lebih muda. Komunitas ini ,tidak berafiliasi kepada partai politik manapun. Sifatnya hanyalah sosial.baik dalam keadaan suka cita,semisalnya pernikahan ,maupun dalam keadaan duka,misalnya ada yang meninggal dunia. Bagi yang tidak mampu,maka tugas kongsi inilah yang membantu penyelengaraan pemakamanan .
Kemudian komunitas ini bergabung di Kongsi Besar, yakni "HTT" dan "HBT". Dulu namanya Hok Tek Tong dan Heng Beng Tong, tapi kemudian diubah menjadi Himpunan Tjinta Teman dan Himpunan Bersatu Teguh. Keduanya memiliki "tuako" masing-masing.