Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Bedanya Penceramah dengan Pembicara?

26 Mei 2018   20:45 Diperbarui: 26 Mei 2018   20:53 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang tahu,bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna.Bahwa kesempurnaan hanya ada pada Tuhan. Namun hal ini jangan hendaknya dijadikan alasan untuk pembenaran diri. Apalagi bila sudah berani tampil di forum sebagai Pembicara atau Penceramah. 

Setiap kata yang keluar dari mulut,seharusnya berasal dari lubuk hati yang terdalam.Bukan dari hasil olah pikiran. Karena pikiran terlalu cerdik untuk mencari cari  kalimat diplomasi yang memiliki makna ganda.

Tulisan ini tak hendak membahas ,apalagi menilai tentang penceramah,karena diri saya,bukan dalam kapasitas untuk memberikan penilaian. Terlalu jauh ,untuk ukuran seorang kakek seperti saya,untuk melangkah kearah itu.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pernah Sebagai Pembicara,Bukan Penceramah

Karena sama sekali tidak memahami tentang seluk beluk agama,apalagi sampai menghafal ayat ayat dari Kitab Suci,maka kemampuan saya,hanyalah sebatas menjadi Pembicara dalam komunitas sosial,yang bertugas mengajak orang untuk mengaplikasikan pola hidup sehat alami dalam kesehariannya.

Antara lain:

  • jangan merokok
  • jangan minum alkohol
  • jangan mengantungkan diri pada obat obatan
  • menjaga  agar selalu berpikiran positif
  • baik terhadap diri sendiri ,maupun terhadap orang lain
  • hindari hidup dengan keluh kesah
  • biasakan olah raga setiap hari
  • percaya diri
  • kalau tidak bisa membantu,jangan membebani
  • mengaplikasikan hidup berbagi
  • dan lain lain

Introspeksi Diri

Sebelum tampil berbicara didepan begitu banyak orang,yang terdiri dari berbagai latar belakang sosial dan pendidikan,tentu pertama tama ,dilakukan adalah introspeksi diri. Mengacu pada check point diatas dan memeriksa diri satu persatu. Benarkah saya tidak merokok? Benarkah  saya tidak minum alkohol.? Tidak mengantungkan diri pada obat obatan? Dan seterusnya .

Bilamana saya sendiri secara diam diam merokok atau secara sembunyi sembunyi minum alkohol di bar,maupun selalu membawa obat obatan,seharusnya saya malu untuk tampil sebagai Pembicara. Karena  apa yang disampaikan atau disarankan kepada orang banyak,ternyata tidak dapat diterapkan pada diri sendiri.

Ketika saya  bercerita didepan forum,tentang bagaimana saya mencintai istri dan anak cucu kami,tapi kelak bilamana ketahuan,bahwa hal tersebut hanyalah sekedar lips service saja,maka seumur hidup,orang tidak akan sudi  mendengarkan lagi suara saya.

Membiasakan Diri Berbicara Dari Hati

Untuk dapat mengaplikasikan semua hal yang ditulis diatas,tentu butuh waktu dan proses pembelajaran diri.. Dimulai dengan  menerapkan,bahwa setiap kalimat yang diucapkan melalui mulut atau dituliskan,adalah terlahir dari dalam hati kita. Karena bilamana kita berbicara hanya denganmulut dan tidak terbit dari lubuk hati,maka orang hanya akan mendengarkan dengan telinga dan sesaat kemudian dilupakan.

Akan tetapi setiap kata yang terbit dari lubuk hati ,akan didengar tidak hanya dengan telinga,tapi dengan hati yang terbuka. Hal ini sekaligus menjauhkan diri kita dari sifat munafik

Kita Tidak Mabuk Penghargaan ,Tapi Sejujurnya Sangat Senang Bila Dihargai Luar Dalam

Suatu kebahagiaan yang tak ternilai,bahwa setiap kali saya dan istri berada di Indonesia,setiap kali kami mengundang teman teman,tidak pernah undangan kami yang sia sia,seperti yang sudah saya tuliskan beberapa waktu lalu. Malahan saya dapat oleh oleh berupa kenang kenangan.

Disisi lain,kami tak putus putusnya diundang makan sana sini. Padahal kami berdua bukan pejabat dan bukan orang penting.Kalau yang mengajak makan adalah anak mantu cucu kami,adalah hal yang sangat  biasa.

Tapi di Jakarta berkali kali,kami diundang makan ,misalnya  oleh : Sisca ,Betterthangood,ina,Pepih Nugraha,Thomson dan lain lainnya. Bahkan kami dindang ke Mataram oleh Rudy Geron,menginap di hotel Lombok Raya 3 malam dan dibawa pesiar keberbagai lokasi wisata. Padahal tidak ada hubungan kekeluargaan dan sama sekali tidak ada hubungan kepentingan .Satu satunya alasan ,hanyalah persahabatan 

Di Padang,keponakan kami berebutan mengajak kami makan ,ada sahabat kami Alkaf Dharaman,yang dengan senang hati menyediakan waktu untuk mengantarkan kami berkeliling Sumatera Barat dan di Payakumbuh,kami diundang makan oleh bu Ermitta Fatma 

Semuanya ini ,saya maknai sebagai sebuah penghargaan yang terbit dari hati.Bukan karena makan dan jalan jalan gratis,tapi merasakan bahwa kehadiran kami dihargai oleh teman teman. Karena tidak ada alasan kepentingan lainnya,yang menjadi perekat hubungan persahabatan kami,selain dari hubungan batin yang terawat dengan apik

Padahal.kami berbeda dalam banyak hal,beda asal muasal,beda latar belakang sosial dan beda dalam keimanan,tapi sama sekali tidak ada halangan untuk menjadi sahabat baik. Kami sungguh merasa bahagia ,dikelilingi oleh begitu banyak teman teman .

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun