Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Usia di Angka 75 Tahun

21 Mei 2018   10:39 Diperbarui: 21 Mei 2018   11:11 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Subuh tadi, sebuah ciuman mesra dari seorang wanita telah membangunkan saya. Siapa lagi kalau bukan wanita yang paling saya cintai dan telah menemani saya selama lebih dari 53 tahun mengarungi samudra kehidupan, serta masih terus berlanjut. Kami berdua, berdoa sesaat,bersyukur kehadirat Tuhan sudah memberikan kami kesehatan lahir dan batin dan pikiran yang jernih. Begitu terbangun, terdengar bunyi ting ting ting.. bertubi tubi di Ponsel. Ternyata ada ratusan ucapan selamat ultah untuk saya.

Telpon dari anak dan cucu cucu, serta teman teman dan salah satunya adalah telpon dari mantan Coo Kompasiana, pak Pepih Nugraha yang sudah bagaikan keluarga bagi kami. Dan begitu saya buka laman facebook, ternyata disini sudah sudah banyak ucapan selamat. Dalam hati saya terharu dan bersyukur, begitu banyak perhatian, bukan hanya dari keluarga dan anak cucu, tapi juga dari kerabat dan teman teman . 

Hadiah Dalam Bentuk Tulisan Pertama 

Hadiah yang luar biasa adalah dari wanita yang telah mendampingi saya dalam suka dan duka, yang  ketika hidup saya terpuruk,iklhas setiap subuh jam 4.00 pagi naik kereta api dari Padang ke Pariaman dengan membawa putra kami yang baru berumur 4 tahun untuk membeli kelapa yang akan saya kupas dan parut untuk dijual. Hadiah tersebut adalah sebuah tulisan di Kompasiana. Ini adalah hadiah pertama dalam bentuk tulisan selama 53 tahun kami menikah. Rasa sesak dada karena haru.

Ada tulisan lain dari Young Lady Maurin yang juga untuk saya, semakin melambungkan rasa syukur saya. Dan masih ada lagi tulisan dari Ida Fauziah juga untuk ultah saya. Belum lagi di grup keluarga besar kami, pesan masuk bertubi tubi untuk saya. 

Untuk sesaat, saya agak bingung mau mulai menjawab yang mana? WA, Messenger atau facebook? Tidak sempat berpikir lama lama, ada telpon masuk dari putra kami yang masih di Eropa. 

Renungan Diri

Ada yang mengatakan usia 75 dengan istilah :

  • lansia
  • sepuh
  • sudah uzur
  • sudah bau tanah
  • usia senja
  • dan seterusnya

Tapi sejujurnya, tanpa berusaha menolak takdir, sungguh saya tidak merasa masuk dalam salah satu kategori diatas. Setiap bangun pagi, saya awali dengan bersyukur kepada Tuhan karena hingga saat ini kami berdua sehat. Jauh dari sakit dan penyakit, tidak tergantung pada obat apapun, tidak mengonsumsi segala supplement food dan makan apa  adanya. 

Banyak orang mengira saya bercanda ketika menceritakan bahwa sarapan pagi hanya sebungkus mie instant dan sebutir telur, serta secangkir kopi. Untuk makan siang adalah jus buahan dan makan apa adanya saja. Sedangkan untuk makan malam, makan nasi dengan dendeng balado dengan sayur atau dengan sambal lainnya.

Aktivitas Keseharian

Selain dari yang sudah dituliskan diatas, setiap pagi ketiga istri saya menyelesaikan urusan dapur, saya ke kebun mini untuk membersihkan dan menyiram tanaman cabe dan sayuran. Usai beres-beres dirumah, kami keluar rumah. Kalau dulu naik bus dan kereta api, kini sejak putra kami menghadiahkan sebuah mobil Kruger, maka kami lebih banyak memanfaatkannya.

Masih menyetir? Ya iyalah, usia 75 bagi saya tidak ada setitik halanganpun untuk melakukan semua akivitas yang sama seperti ketika berusia 50 tahun, hanya mungkin kalau mengangkat benda berat, tidak lagi sekuat dulu. Tapi kalau sekadar koper  25 kg, no problem at all.

Kemana saja seharian?

Kata orang, sebaik baiknya manusia adalah manusia yang berguna untuk sesamanya. Apa ya yang dapat dilakukan untuk menjadi berguna bagi sesama? Kalau untuk bagi bagi uang, sudah tidak mungkin lagi. Paling membagikan pakaian bekas kami yang masih layak pakai ke komunitas sosials dan mengunjungi teman teman. Berdiskusi dan berbagi pengalaman hidup yang mungkin berguna bagi mereka.

Kami dengan senang hati mengemudikan kendaraan selama lebih dari 2 jam untuk mengunjungi teman teman. Hal ini ternyata memberikan kegembiraan tersendiri bagi mereka. Ada Lucy yang membuka waroeng Raciek di Rockmington, yang sudah beberapa kali mengundang kami, Tapi karena setiap kali diajak makan di restorannya uang kami tidak laku, maka jadi segan juga rasanya.

Hampir tidak pernah absen dalam setiap pertemuan yang diselenggarakan  oleh komunitas orang Indonesia. Hadir ditengah-tengah orang yang bersala dari satu negara, setidaknya merupakan kesempatan untuk melepas rasa rindu dan sekaligus saling berbagi kisah kisah hidup yang kiranya mampu menjadi bahan renungan dan syukur syukur dapat menjadi motivasi bagi orang banyak.

Bagaimana Caranya untuk Menjadi Manusia Bermanfaat?

Sejujurnya, tidak ada hal hal spektakuler yang dapat saya lakukan. Tapi setidaknya selalu berusaha untuk menyenangkan hati orang dan memberikan dukungan moril. Mengenai apakah hidup saya bermanfaat atau tidak, tentu yang menilai adalah orang lain. Yang dapat saya lakukan adalah menjaga diri aga jangan pernah melukai hati orang dan selalu berpikiran positif terhadap  orang lain.

Terima kasih untuk teman teman semuanya, yang sudah memberikan perhatian dan doanya dihari ulang tahun saya yang ke 75, melalui tulisan dilaman istri saya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun