Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hindari Hidup Muda Bergaya,Ketika Menua Mati Daya

27 April 2018   07:28 Diperbarui: 27 April 2018   08:45 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://plazadelaestacion.es

Hidup enak dan santai,setiap weekend shopping di mall keren dan elite.Sehabis berbelanja,rasanya kaki terasa pegal? Jangan kuatir,ada pijat refleksi disana.Ruangan full acc.Kita tinggal berbaring malas dan mengulurkan kedua kaki.Ada  yang bakalan membasuh kaki kita dengan air hangat. Serasa menjadi kaisar seperti di zaman kerajaan Romawi. 

Terus sambil mata merem melek,ada lagu lagu sentimentil yang diperdengarkan sayup sayup sampai.Wah,rasanya seperti hidup di negeri dongeng.Hmm nikmatnya hidup sebagai orang berduit.

 Sehabis dipijat ,mengeluarkan uang recehan 2 lebar uang kertas seratus ribu dan masih  ditambah dengan 50 ribu untuk tips.Petugas pijat dengan sejuta senyum membungkukan badannya dan berkali kali mengucapkan:"kamsia,Xie xie nin,terima kasih  ,matur nuwun dan seterusnya" Rasanya ada semacam kebanggaan dalam diri.Keluar dengan dada agak membusung dan hidung mendongak keatas,seperti orang lagi mimisan.

Perut tiba tiba terasa lapar? No ,problem at all. ! Tinggal melangkah masuk  restoran mewah yang ada di mall. Mengapain ke Food Court? Itukan tempat makan orang yang middle low? 

Masuk ke restoran Jepang atau Korean,terus si nona manis,membungkukan badan dan mempersilakan kita masuk. Pilih menu apa saja.Terus habis makan,tinggal bayar.Berapa? Ah,nggak banyak sih,kalau berdua ,cuma 4 lembar yang ratusan ribu. Terus melangkah  pergi,tanpa harus mengotori tangan mencuci piring bekas,siapa sih yang tidak suka? 

Rasanya uang akan terus mengalir setiap bulan tanpa kuatir suatu hari akan terhenti.Saking menikmati kebebasan dalam memanjakan diri,lupa,bahwa mengumpulkan dana yang diboroskan,jauh lebih sulit ,ketimbang menghabiskannya.

Ketika sadar,bahwa dana yang ada ditabungan sudah menipis,semuanya sudah terlambat,karena usia kita sudah terus bertambah dan peluang untuk mendapatkan penghasilan seperti dulu,belum tentu bisa terulang lagi. Banyak contoh hidup yang dapat dipelajari dari kehidupan orang orang disekeliling kita.Mungkin salah satu dari tetangga  kita,yang dulunya hidup mewah,ganti kendaraan baru setiap tahun,dapur selalu bersih dan hampir tidak pernah berasap,karena semua makanan dipesan dari restoran mewah,ketika dihari tua,kehidupan mereka berubah total?

Bahkan tidak sempat 3 turunan,menikmati hasil kekayaan orang tua ,karena sebanyak apapun dana yang dikumpulkan,bila terus menerus mengalir keluar,maka dalam waktu singkat akan mengering.

Hidup Hemat,Bukan Berarti Pelit

Mungkin pernah mendengarkan komentar miring tentang orang yang dinilai kaya,tapi masih mau makan di warung .Padahal belum tentu ia pelit. Pelit berarti tidak peduli pada orang lain .Pelit dapat dimaknai orang yang tidak peduli tentang hidup berbagi.Akan tetapi berhemat berarti,kalau hanya untuk gengsian,mengapa harus memboroskan uang?

Berhemat dimulai dari hal hal yang kecil dan tampak sepele. Kalau bisa minum kopi dan sarapan dirumah,mengapa harus ke kantin di tempat perkerjaan ? Kalau bisa membawa bekal dari rumah,mengapa harus makan siang direstoran? Rasanya gengsi ya? Masa bawa bawa bekal,kayak anak sekolahan? Nah,rasa gengsi inilah penyebab terbesar,menjerumuskan orang untuk terjun kedalam hidup yang boros .Minum kopi dan sarapan di kantin ,makan siang di kantin dan sorenya sebelum pulang,masih menikmati secangkir kopi dikantin. Pendapatan lumayan besar. Dalam hati,mungkin berpikir :"Kalau bukan sekarang saya nikmati uang,kapan lagi? 

Uang Tidak Bisa Dibawa Mati,Tapi Kalau Sebelum Mati Tidak Ada Lagi Uang .Gimana Rasanya?
Pemikiran bahwa :"uang tidak dibawa mati" sering menyesatkan orang atau menjadi asalan orang untuk berboros ria semasa muda dan penghasilan mengalir setiap bulannya.Tapi ketika mulai menua dan tidak lagi ada dana yang mengalir setiap bulannya,baru sadar diri. 

Apalagi ketika semakin hari,satu persatu dana deposito sudah dicairkan dan menguap.Ketika sadar diri,semuanya sudah terlambat.Kalau nasi sudah menjadi bubur,masih lumayan,buburnya masih bisa dimakan.Tapi kalau nasi sudah keburu hangus,mau diapakan  lagi?

Saya sudah menyaksikan dengan mata dan mendengar dengan telinga sendiri,betapa hancurnya perasaan sahabat saya,yang dulu merupakan sahabat bisnis saya. Ketika mengunjungi  putrinya,karena ia kehabisan dana untuk biaya hidup,begitu tiba dipintu pagar,disambut dengan teriakan oleh cucunya.Teriakan itu seharusnya bernada :" Opa dataaaang,sambil memeluk dirinya>"Tapi justru sebaliknya,cucunya berteriak,sambil berlari kedalam rumah dan berteriak:"Maaa.itu Kong datang lagi,pasti mau minta uang lagi"

Sahabat saya dengan air mata berlinang dalam keperihan hatinya,menceritakan kepada saya ,dengan hati dan suara yang bergetar. Ini hanya salah satu contoh saja.Ada banyak contoh lainnya. Mau merasakan hal tersebut? Ah,janganlah !

Karena itu,mari kita hindari cara hidup muda bergaya,tua mati daya!

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun