Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hadirnya Orang Ketiga dalam Keluarga, Jadi Masalah bagi Pasangan Muda?

14 April 2018   19:40 Diperbarui: 14 April 2018   19:51 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: depositphotos.com

Saya dan istri baru saja tiba dirumah.Tiba tiba ponsel berdering. Saya kira dari putri kami ,karena yang paling sering menelpon kami adalah putri kami yang tinggal di Wollongong.Tapi ternyata  suara seorang pria. "Opa,ini John dari Jakarta. Apa kabar Opa dan Oma?"

Ternyata dari cucu teman kami yang sudah almarhum dan kini cucunya tinggal di Jakarta,di daerah Kemayoran. Langsung saya katakan:" John,biar Opa yang telpon,ntar dalam waktu 2 menit,pulsa John bisa habis 200 ribu rupiah,kalau telpon dari Indonesia." 

Karena saya tahu persis,kehidupan John masih pas pasan ,bahkan rumahpun masih kontrak. Tapi langsung dijawab :" Santai saja Opa,saya telpon pakai What App.gratis"

Curhat Ada Orang Ketika Dalam Rumah Tangga

"Opa sejak hadirnya orang ketiga dalam hidup kami,Leni (nama istrinya) sudah hampir tidak punya waktu lagi untuk saya.Coba Opa bayangkan,biasanya pagi jam 5.00 pagi,sudah sediakan kopi dan sarapan,sebelum saya berangkat kerja ke Cikarang.Tapi sejak ada orang ketiga,semuanya saya kerjakan sendiri."

Mendengar kata :"orang ketiga",yang diucapkan berkali kali,suasana hati saya jadi tidak nyaman. Karena Leni istrinya,masih ada hubungan keluarga dengan kami. Rasanya ada sesuatu yang salah,karena saya  kenal Leni sejak masih bayi. 

Tapi belum sempat saya bertanya.John melanjutkan tanpa memberikan kesempatan saya memberikan komentar. "Bayangkan Opa.hingga saya akan berangkat kerja dan pamitan,Leni hanya berteriak dari dalam kamar:" Hati hati di jalan ya John, cepat pulang ya" ,sementara ia sendiri sibuk dalam kamar.

Sampai disini,langsung pembicaraannya saya intervensi :" Stop.Stop John" Beri saya kesempatan untuk bertanya boleh?!" Saya merasa nada suara saya sudah meninggi.Karena sejak awal,saya disuruh membayangkan,ada orang ketiga bersama istrinya. 

Ternyata Anak Mereka Baru Lahir Seminggu Lalu

Dengan nada yang agak berang,saya tanyakan,apa yang anda maksudkannya dengan orang ketiga.Ternyata seminggu lalu,istrinya melahirkan seorang bayi laki laki .Dan sejak itu,istrinya sibuk mengurusi bayinya. "Kenapa anda menyebutkan orang ketiga John ,itu kan anak kalian?!" tanya saya .

Mendengar nada suara saya mungkin  tidak enak didengar,malahan John heran."Apa salah saya Opa? Sebelum ini,kan kami berdua,pagi disiapin sarapan dan sebelum kekantor diantarkan hingga kepintu pagar.Tapi kini ,sejak bayi kami lahir,maka saya harus mengurus diri sendiri. Apa salah saya mengatakannya?"

"Sudah John,tidak usah dibahas lagi.Yang jelas mulai hari ini, tolong jangan sebut sebut anak kalian,sebagai orang ketiga ya?' Opa  tidak suka mendengarkannya. okay?"

"Maaf ,maaf kalau gitu Opa.Saya tidak bermaksud apa apa,cuma ingin memberitahu Opa dan Oma,bahwa bayi kami sudah lahir dengan selamat seminggu lalu dan baru 2 hari ini dibawa pulang kerumah.Walaupun akibatnya tengah malam saya harus bangun,karena bayi menangis popoknya basah,tapi  tentu saja kami berdua sangat berbahagia Opa.Karena itu ,saya telpon Opa. Salam untuk Oma ya Opa.Mungkin gaya dan cara saya menyampaikan salah ya Opa. Maaf,kalau saya salah ngomong"

Apa Memang Begini Istilah Generasi Zaman Now?

Hingga malam ini,saya jadi merenung,karena memang saya termasuk tipe orang yang baperan. Apakah memang gaya generasi zaman NOW ,memberi istilah bayi mereka :"orang ketiga?"Tapi setelah saya buka kamus ,memang tidak  ada yang salah dengan istilah "orang ketiga".

Karena kalau sebelumnya ada suami  istri  dalam satu rumah dan kemudian lahir bayi mereka,berarti bayi yang baru lahir ini,memang merupakan orang ketika dalam keluarga tersebut.

Sebuah istilah saja,ternyata bisa bikin pusing kepala

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun