Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencintai Tidak Cukup Hanya dengan Kata-kata

2 April 2018   20:21 Diperbarui: 2 April 2018   20:31 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://depositphotos.com

Ketika melangsungkan  pernikahan,maka masing masing calon pengantin,mengucapkan  ikrar pernikahan,yakni berjanji, untuk mencintai pasangan hidupnya,bukan hanya dalam suka,tapi juga dalam duka,serta dalam untung,maupun dalam ketika malang menimpa.  Kemudian  pasangan yang sudah selesai mengucapkan janji pernikahannya diresmikan menjadi suami istri.

Sepintas tampaknya pernikahan itu semudah membalikan telapak tangan. Apalah artinya menghafal sebaris dua teks yang harus diucapkan sebelum pernikahan diresmikan? Namun,peresmian pernikahan ,sesungguhnya adalah awal dari perjalanan panjang bagi pasangan suami istri yang baru melangsungkan pernikahannya. 

Menghadapi Kenyataan Berbeda

Pada hari hari awal pernikahan,tampak semuanya berjalan dengan mulus . Apalagi bilamana kondisi keuangan memadai dan dapat mengisi waktu cuti dengan berbulan madu keluar negeri. Akan tetapi setelah kehidupan harus berjalan secara normal. Suami sudah harus masuk ke kantor dan istri sudah harus mampu membereskan rumah tangga,berbelanja dan harus bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan untuk suami,maka mulai dirasakan bahwa ada banyak hal yang harus disesuaikan.

Mulai dari cara mandi,menggunakan kamar mandi, apa yang harus dimasak ,agar sesuai dengan selera suami dan banyak lagi hal hal yang tampaknya sepele,namun dapat menjadi batu sandungan bagi pasangan suami istri yang baru menikah. Suami yang biasa bergadang nonton sepak bola dan menginap dirumah teman,tanpa ada yang bakalan menegor,kini harus mampu menahan diri. 

Istri yang biasa suka ngumpul dengan teman  teman dan ngopi bareng di mall,kini sudah tidak lagi dapat melanjutkan hobinya,karena sehabis berbelanja untuk keperluan dapur,harus kembali kerumah,untuk mempersiapkan makan malam,serta membereskan rumah. 

Masing masing merasa ada sepotong kebebasannya yang hilang .Pada masa masa seperti ini,baru keduanya merasakan bahwa menikah itu mudah,tapi melakoninya dengan baik,dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan dari  masing masing pihak  untuk meninggalkan kebebasan nya dan saling mengikat diri.

Beda Hobbi

Istri hobi nonton telenovela atau sinetron Korea,sementara suami hobi nonton pertandingan tinju dan sepak bola. Terus apakah berarti suami dan sitri harus memiliki pesawat televisi masing masing dan menonton dikamar terpisah? Kembali sebagai suami istri dituntut agar mau saling mengalah dan tidak mengedepankan egoisme. Bahwa  suami adalah kepala keluarga,sehingga kemauannya harus dinomor satukan.

Semakin lama,semakin banyak hal yang baru disadari,karena selama sebelum menikah yang dikedepankan adalah  masalah cinta dan kapan menikah.Tapi setelah menikah,baru sadar,bahwa keduanya dituntut kedewasaan dalam bersikap dan mau mengalah. 

Suami tidak bisa tidur kalau lampu menyala dikamar,sementara istri justru tidak suka akan kegelapan. Terus bagaimana?Apa masing masing tidru dikamar terpisah?

Banyak Masalah,Tapi Kata Kuncinya Cuma Satu,Yakni Saling Mencintai Dengan Setulus Hati

Kalau mau diuraikan satu persatu, seakan sebuah pernikahan adalah ibarat kedua pasangan,saling membelenggu diri masing masing. Karena begitu banyak hal,dari mulai hal hal sepele,hingga menyangkut kebebasan pribadi,serasa terkekang sejak menikah. Kalaulah hal  ini dibiarkan  mengndapa dalam diri,maka adalah ibarat menyimpan bom waktu dalam rumah tangga,yang sewaktu waktu dapat meledak dan menghancurkan semuanya.

Maka satu satunya kata kuncinya adalah mencintai pasangan hidup kita apa  adanya. Kita tidak mungkin mengubah sikap pasangan hidup kita ,tapi yang dapat dilakukan adalah mengubah sikap mental kita. Dan hal ini,hanya dapat dilakukan,bilamana sungguh sungguh ada cinta yang tulus dalam hati masing masing. 

Karena cinta itu ,adalah bagaimana membahagiakan orang yang dicintai.Bukan menuntut pasangan hidup kita ,menuruti kemauan kita.Hal inilah yang sudah kami praktikan selama lebih dari setengah abad . Saya tidak akan melakukan apapun yang akan membuat istri saya sedih dan begitu juga ,istri saya tidak pernah melakukan hal hal yang dapat membuat hati saya sedih. 

Kalau sudah larut malam dan saya masih menulis artikel,istri saya hanya mengatakan :"Sudah malam sayang " Cuma itu saja dan tidak perlu diulang untuk kedua kalinya.Begitu juga bilamana istri saya saking asyiknya nonton film drama ,hal yang sama juga saya lakukan  dan tidak perlu mengulangi untuk kedua kalinya.

Saling menghargai dan saling menghormati,merupakan rambu rambu cinta .

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun