Secara phisik, fatamorgana bisa terjadi ,bila seseorang tersasar di padang pasir dan kehausan. Menurunnya daya daya hidup,diakibatkan oleh kelelahan phisik yang berlebihan,dapat memicu munculnya fatamorgana. Seolah olah di depan kita ,ada mata air yang jernih.Sehingga kita terobesi untuk menemukannya. Namun ketika tiba disana,ternyata yang ditemukan hanyalah pasir gersang semata mata.
Saya pernah alami ketika kesasar selama berjam jam di Pinnacles Desert, sebuah padang pasir  yang berlokasi di National Nambung Park, Western Australia. Gurun pasir ini berjarak lebih kurang 250 Km dari kota Perth .Ketika senja tiba dan kami merencanakan untuk kembali, ternyata baru tahu bahwa tak ada penunjuk sama sekali untuk jalan keluar.
Mungkin karena sudah berjam jam, tidak menemukan jalan keluar, maka keponakan saya, justru mengarahkan kendaraan semakin jauh dari jalan keluar, karena ia melihat seolah disana ada jalan keluar.
Ternyata yang tampak hanyalah fatamorgana.Tidak ada jalan keluar, bahkan semakin jauh tersesat kedalam gurun pasir. Saya sarankan agar ia memutar balik kendaraan yang mengikuti jalan bekas dari roda kendaraan yang ada di tanah, syukur ia mau mendengarkan saran saya dan kami selamat kembali kerumah.
Fatamorgana Dalam Perjalanan Hidup
Orang tidak hanya bisa tersasar di padang pasir,tapi juga bisa tersasar di tempat yang ramai .Begitu juga  ,fatamorgana tidak hanya bisa dialami ketika berada di padang pasir,tapi juga ketika menghadapi pejalanan hidup yang berlika liku. Kelelahan phisik dan mental ,menyebabkan goyahnya pertahanan seseorang .Sehingga dengan  mudah terperosok dalam fatamorgana kehidupan.Â
Bedanya,bila berada di padang pasir yang luas,penyebabnya adalah kondisi dan situasi dari luar diri kita.Sebaliknya,dalam bidang kehidupan lainnya,justru fatamorgana ini,berasal dari dalam diri kita,yang disebutkan sebagai halusinasi.
Halusinasi terjadi dalam kondisi seseorang dalam keadaan yang tidak stabil, baik jiwanya maupun raganya. Penderitaan yang berlarut ataupun kehausan akan kasih sayang dapat menyebabkan orang mengalami halusinasi berulang kali. Bahkan terkadang begitu mendalamnya halusinasi merasuk kedalam jiwanya, maka tak jarang orang sungguh sungguh percaya bahwa apa yang dilihatnya adalah nyata. Padahal sesungguhnya yang dilihatnya dan dirasakannya hanya sebuah bayangan atau gambaran semu.
Bila kondisi ini dianalogikan dengan seseorang yang hampir tenggelam,maka ia akan meraih apapun yang ada disekitarnya.Dengan berharap akan dapat menyelamatkan dirinya. Namun  ,ternyata seringkali, apa yang dianggapnya sebagai pegangan yang dapat menyelamatkan ,justru semakin menenggelamkannya.
Kondisi Yang Sangat Rentan Terhadap Godaan
Dalam kondisi jiwa yang labil,menyebabkan orang menjadi sangat rentan,terhadap berbagai godaan. Karena itu,seringkali kita kaget mendengarkan,bahwa keluarga yang selama ini dikenal sebagai orang baik baik.tiba tiba brantakan ,akibat salah seorang dari pasangan hidup tergoda oleh pria atau wanita lain.
Karena dalam alam pikirannya, sosok inilah yang mampu melepaskan dahaganya akan perhatian dan kasih sayang,yang seharusnya didapatnya dari suami atau istri. Namun karena saking sibuknya pasangan hidup dalam berpacu mencari rezeki atau berlomba mencari popularitas diri,maka hal ini menjadi terabaikan dalam waktu yang panjang.Â
Kekeringan akan kasih sayang dari pasangan hidup,secara tanpa sadar,dapat menyeret istri ataupun suami,terjebak oleh rayuan pria atau wanita lainnya. Karena dalam alam pikirannya,sosok ini adalah ibarat oase di padang pasir ,yang akan mampu melepaskan dahaganya akan cinta kasih.
Begitu mendalamnya terjerumus oleh halusinasi ini, maka ketika ada orang dengan niat baik mengingatkannya, maka serta merta ia akan marah dan menggangap orang yang memberinya nasihat adalah orang yang iri hati.
Fatamorgana Kehidupan Tak Kalah Dahsyatnya
Begitu dahsyatnya pengaruh fatamorgana atau halusinasi  ini, sehingga orang mampu membuat orang lupa diri. Lupa  bahwa ia sudah beristri atau sudah bersuami. Lupa  bahwa ada anak anak yang menantikan dan membutuhkan kasih sayangnya.Karena pada  saat dikuasai oleh fatamorgana ini,orang seakan mencurahkan seluruh perhatian dan cinta kasihnya ,terhadap  sosok yang dianggapnya sebagai oase bagi kehidupannya yang gersang.
Cegahlah Sebelum Terjadi
Peribahasa lama yang tetap relevan untuk dijadikan pedoman adalah :" Mencegah penyakit,jauh lebih baik,ketimbang mengobatinya"Hal ini berlaku juga dalam kehidupan dibidang lainnya. Sesibuk apapun kita ,baik dalam mengais rezeki,maupun dalam mengejar cita cita hidup,jangan lupakan bahwa kebahagiaan  keluarga adalah diatas segala galanya.
Sediakanlah waktu  untuk pasangan hidup,dengan senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang, Jangan biarkan pasangan hidup kita hidup dalam kegersangan cinta kasih,sehingga secara tanpa sadar,kita sudah mendorongnya terjerumus dalam fatamorgana kehidupan.
Menjaga dan mengawal keharmonisan rumah tangga adalah jauh lebih baik,daripada kelak harus membangun dari puing puing rumah tangga yang sudah hancur,akibat kelalaian kita.
Jangan sampai kelak ada penyesalan. Karena penyesalan selalu datang terlambat.!
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H