Karena dalam alam pikirannya, sosok inilah yang mampu melepaskan dahaganya akan perhatian dan kasih sayang,yang seharusnya didapatnya dari suami atau istri. Namun karena saking sibuknya pasangan hidup dalam berpacu mencari rezeki atau berlomba mencari popularitas diri,maka hal ini menjadi terabaikan dalam waktu yang panjang.Â
Kekeringan akan kasih sayang dari pasangan hidup,secara tanpa sadar,dapat menyeret istri ataupun suami,terjebak oleh rayuan pria atau wanita lainnya. Karena dalam alam pikirannya,sosok ini adalah ibarat oase di padang pasir ,yang akan mampu melepaskan dahaganya akan cinta kasih.
Begitu mendalamnya terjerumus oleh halusinasi ini, maka ketika ada orang dengan niat baik mengingatkannya, maka serta merta ia akan marah dan menggangap orang yang memberinya nasihat adalah orang yang iri hati.
Fatamorgana Kehidupan Tak Kalah Dahsyatnya
Begitu dahsyatnya pengaruh fatamorgana atau halusinasi  ini, sehingga orang mampu membuat orang lupa diri. Lupa  bahwa ia sudah beristri atau sudah bersuami. Lupa  bahwa ada anak anak yang menantikan dan membutuhkan kasih sayangnya.Karena pada  saat dikuasai oleh fatamorgana ini,orang seakan mencurahkan seluruh perhatian dan cinta kasihnya ,terhadap  sosok yang dianggapnya sebagai oase bagi kehidupannya yang gersang.
Cegahlah Sebelum Terjadi
Peribahasa lama yang tetap relevan untuk dijadikan pedoman adalah :" Mencegah penyakit,jauh lebih baik,ketimbang mengobatinya"Hal ini berlaku juga dalam kehidupan dibidang lainnya. Sesibuk apapun kita ,baik dalam mengais rezeki,maupun dalam mengejar cita cita hidup,jangan lupakan bahwa kebahagiaan  keluarga adalah diatas segala galanya.
Sediakanlah waktu  untuk pasangan hidup,dengan senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang, Jangan biarkan pasangan hidup kita hidup dalam kegersangan cinta kasih,sehingga secara tanpa sadar,kita sudah mendorongnya terjerumus dalam fatamorgana kehidupan.
Menjaga dan mengawal keharmonisan rumah tangga adalah jauh lebih baik,daripada kelak harus membangun dari puing puing rumah tangga yang sudah hancur,akibat kelalaian kita.
Jangan sampai kelak ada penyesalan. Karena penyesalan selalu datang terlambat.!
Tjiptadinata Effendi