Apa yang bagi kita dianggap tidak sopan, bahkan mungkin saja dinilai sebagai tindakan pelecehan, bisa jadi di negeri orang justru adalah sebuah ungkapan rasa hormat kepada kita. Sebagai contoh, kalau di negeri ini bertemu sahabat lama, meski saking senangnya hati kita, paling yang dilakukan adalah menyalaminya erat-erat dan mengajaknya makan bersama.
Beda negeri beda budaya
Tapi kalau di Australia, bila bertemu dengan sahabat yang sudah lama tidak pernah berjumpa, maka sebagai ungkapan kegembiraan dan persahabatan, maka sahabat kita akan secara antusias memeluk kita erat-erat.
Sesudah itu, ia juga akan memeluk istri kita dan cipika-cipiki. Bagi yang baru pertama kali mengalami, mungkin bisa naik pitam dan mengira sahabatnya sudah jahil atau tidak tahu sopan santun. Karena kalau hal ini dilakukan di Indonesia, maka pria yang memeluk istri orang, apalagi menciumnya, akan masuk ke UGD karena digebukin. Atau mungkin masuk ke penjara karena tuduhan melakukan pelecehan terhadap istri (orang) sahabat sendiri.
Kalau di Australia, hal tersebut justru merupakan ungkapan rasa persahabatan yang mendalam. Kalau hanya sebatas teman biasa, maka hanya akan disalami saja, bahkan tidak jarang hanya disapa jarak jauh, misalnya "Hi, how are you?".
Sehabis santap, minta izin untuk dibawa pulang
Kalau kita diundang makan oleh sahabat kita di rumahnya, selesai makan tidak akan berani kita mengatakan, "Enak sekali, ada yang bisa saya bawa pulang nggak?" Kalau hal ini kita lakukan, rasanya mau ditaruh di mana wajah kita?
Tapi kalau di Australia, sahabat baik kami, sering kami undang makan di rumah. Terutama kalau ada nasi goreng dan rendang Padang. Usai makan bersama, bila di atas meja masih tampak tersisa nasi goreng dan rendang, maka sahabat kami ini tidak akan malu-malu bertanya, "Boleh saya bawa pulang sisanya? Enak sekali, saya suka."
Jangan sampai kita mengira mereka rakus.Karena justru ,merupakan ungkapan bahwa mereka sudah menganggap kita sebagai keluarga mereka. Kalau tidak akrab, apabila mereka diajak makan, pasti mereka akan menolak dan pamitan pulang. Di sinilah, dituntut kearifan kita dalam menyikapi hubungan baik dengan sahabat-sahabat, yang berbeda suku bangsanya.
Sebaliknya orang Australia harus sadar dan sabar bila bertemu orang Indonesia
Karena, hal pertama akan ditanyakan antara lain:
- Sudah punya berapa orang anak?
- Kerja di mana?
- Usianya berapa?
- Gajinya besar ya?
Karena bagi orang Indonesia, menanyakan hal semacam itu merupakan ungkapan rasa keakraban antara sesama teman baik. Tapi bagi orang Australia, sesungguhnya mereka paling tidak suka ditanyai hal-hal yang berhubungan dengan privasinya.
Bagi mereka, mengorek hal-hal yang bersifat pribadi itu sangat tidak sopan. Seperti bagi kita, bila istri kita dipeluk oleh pria lain, atau ketika suami kita dipeluk wanita lain, walaupun sahabat sendiri.
Begitu juga kalau menyaksikan tetangga kita keluar dari rumahnya dengan mengenakan bikini, jangan dikira ia wanita murahan. Karena di sini adalah hal biasa bila tinggal tidak jauh dari pantai, Maka sejak dari rumah, mereka sudah mengenakan bikini. Bukan karena mereka ingin menggoda suami kita, melainkan karena memang begitulah budaya mereka.
Berusaha saling memahami
Karena itu untuk menjalin hubungan persahabatan dengan beragam suku bangsa, kita perlu mempersiapkan sikap mental yang dapat memahami. Bahwa berbeda negeri, maka akan berbeda pula budaya dan tradisi. Jangan menghakimi orang berdasarkan takaran kesantunan yang berlaku di negeri kita, karena tidak akan pernah bertemu. Seperti halnya barat dan timur tidak akan pernah bertemu, tapi bisa saling memahami,
Dan kalau lagi masuk ke kafe untuk menikmati secangkir cappuccino, bila gadis pelayan di sana berteriak, "Good morning darling, what can I do for you?" jangan langsung menuduh suami ada main mata dengan gadis tersebut. Karena hal tersebut, di Australia, adalah basa basi bisnis. Dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan ketertarikannya pada suami kita.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Siapa tahu, suatu waktu berkunjung ke Australia. Jangan sampai suami istri berantem karena ada gadis pelayan di kafe yang memanggil "darling" atau "sweetheart" pada suami.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H