Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hindari Beli Barang Berpotensi Mengalami Depresiasi

24 Januari 2018   20:35 Diperbarui: 24 Januari 2018   20:55 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Dapat Menikmati Hari Tua Dengan Aman

Perjalanan hidup selalu mengalami up and down.Terkadang bagaikan meroket,tapi tidak jarang bagaikan roda pedati yang terganjal batu besar, sehingga mandeq ketika berada diposisi paling bawah. Ada begitu banyak peristiwa sejarah yang dapat dijadikan bahan rujukan ,untuk mengambil sebuah kesimpulan, bahwa bukan hanya  kerajaan yang mengalami masa masa keemasan dan kemudian memudar,tetapi hal ini juga berlaku bagi orang perorangan.

Karena itu,ketika ada kesempatan dan peluang untuk menghimpun dana bagi masa depan anak anak dan hari tua  kita,ada hal hal yang mutlak menjadi acuan kita.Yakni,hindari sedapat mungkin membeli barang barang yang berpotensi mengalami depresiasi atau penyusutan harga. Kalau memang ada barang yang memang dibutuhkan untuk menunjang usaha kita,maka tentunya hal ini ,sudah harus masuk dalam perhitungan pembukuan 

Untuk dapat memahami,tidak perlu kita menguasai seluk beluk pembukuan secara rinci. Yang penting,kita harus mampu menahan diri, untuk tidak menghamburkan uang ,demi gengsi. Seperti yang pernah saya tulis,awal pertama saya beli kendaraan adalah Plymouth tahun 57 dan ditertawakan sesama teman bisnis.Tapi bagi saya tidak masalah,karena saya memiliki menahan diri, untuk mencapai kondisi keuangan yang bebas,ketika tiba saat saya pensiun. 

Hal Ini Terbukti'

Pada waktu yang hampir bersamaan,dikala ekspor biji kopi dan cassia (kulit manis) mengalami masa masa keemasannya, rasanya uang bukan hanya menetes,tapi seperti mengalir masuk kedalam kas perusahaan. Banyak teman teman ,langsung membeli mobil baru, beli perabot baru, beli  speed boat hanya untuk hobi mancing dan seterusnya. Mereka lupa memperhitungkan, bahwa kendaraan yang dibeli hari ini, begitu digunakan seminggu, langsung akan mengalami penurunan harga. Apalagi setelah digunakan bertahun tahun,kelak harga jualnya tidak sampai tinggal separuhnya.

Dan ketika tanpa sadar sudah memasuki usia pensiun,baik kendaraan, speed boat, segala macam perabot yang mahal mahal,hanya merupakan barang rongsokan,yang hampir tidak mempunyai nilai ekonomi,Sehingga jelas tidak dapat diandalkan untuk menopang kehidupan dihari tua.

Hindari Main Saham

Main saham ,kalau menurut saya ,tak ubahnya bagaikan judi tingkar tinggi,yang dilegalkan.  Saya pernah menasihati  salah satu keponakan  kami,namun karena bukan uang saya,maka tentu hanya sebatas memberikan masukan. Bahwa main saham,dalam waktu singkat bisa kaya,namun dalam waktu singkat juga,rumahpun bisa tergadaikan. 

Namun  karena tergiur ingin cepat kaya, maka ia malah semakin gencar main saham. Tidak sampai 6 bulan kemudian, kendaraannya terjual ,bahkan kantornyapun ditutup, karena tidak lagi memiliki cash flow untuk melanjutkan usahanya.

Hindari mendengarkan kisah kisah mengiurkan tentang bagaimana mudahnya menangguk keuntungan dalam waktu singkat,Karena begitu tergoda dan ikut main,maka awal dari petaka sudah diambang pintu.

Investasikan Uang Kita Pada Sesuatu Yang Tidak Termakan Depresiasi

Tentu saja setiap orang berhak berbuat sesukanya atas uang hasil keringatnya. Namun alangkah sedihnya,bilamana uang yang dikumpulkan dengan bersusah payah selama belasan tahun,kelak ketika tiba masanya pensiun, ternyata keuangan pribadi jauh dari memadai.Saya bukan ahli ekonomi, namun  sekedar berbagi pengalaman hidup. Kami investasikan uang, dengan membeli 2 unit apartement, secara mencicil, Ketika kami jual,harganya sudah menjadi 2 kali lipat. Uang hasil penjualan apartemen ,kami beli kan Australian dolar, yang waktu itu kursnya Rp.6000.-persastu dolar  Dalam waktu singkat nilai tukarnya kemudian menjadi Rp.9.000.-- Jadi ada kenaikan nilai yang fantastis. 

Ini sekedar sebuah contoh, bagaimana uang yang diinvestasikan beranak pinak,tanpa kita harus sibuk berkerja dimasa masa ,menikmati masa tua kita. Walaupun jauh dari bisa disebut kaya,namun menikmati hidup, tanpa utang dengan siapapun,sungguh merupakan sebuah dambaan kami sejak masih muda dan dengan penuh rasa syukur.kami diizinkan untuk tiba pada kondisi tersebut.

Semoga tulisan ini, ada manfaatnya,walaupun saya sama sekali bukan berlatar belakang ahli ekonomi.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun