Akhirnya dengan menahan rasa  malu,karena gagal merantau,kami pulang kampung dan dengan menjual semua perhiasan istri saya,kami menyewa kedai di Pasar Tanah Kongsi dan jualan kelapa. Sementara utang pada tante, baru 2 tahun kemudian,kami lunaskan.
Perjalanan panjang ,yang licin dan terjal,kami lalui dengan merangkak. Kami bersyukur, akhirnya badai kehidupan itupun berlalu dan hidup kami berubah total. Karena itu,setiap hari,begitu terjaga dari tidur,maka yang pertama tama kami lakukan adalah bersyukur.Kami sudah diberikan kekautan untuk dapat lulus dalam ujian hidup. 53 tahun hidup pernikahan telah kami lalui dengan segala suka dan dukanya.Â
Dan kini,kami dapat menikmati hidup layak dan disayangi oleh anak anak cucu kami dengan sepenuh hati. Benarlah seperti pribahasa:"Bahwa yang terindah dalam hidup ini,adalah dicintai dan mencintai!" Kalimat yang terindah dari istri saya adalah,bahwa satu satunya laki laki yang di cintainya dalam hidup ini  adalah diri saya.
Terima kasih untuk doa dari teman teman semuanya,semoga Tuhan membalas dengan kelimpahan berkatNYA
Catatan: semua foto adalah dokumentasi pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H