Membuat Daftar Cekal Untuk Barang Kebutuhan Pokok
Hidup di negeri orang,tidak harus meniru gaya hidup warga lokal,termasuk gaya makannya. Karena selera kita  akan berbeda dengan selera warga setempat.
Makan roti dan keju sesekali, mungkin terasa nikmat,tapi kalau setiap hari sarapannya roti dan keju,tidak akan sejalan dengan selera kita. Yang biasa sarapan pagi dengan bubur ayam atau nasi goreng ,maupun mie goreng.
Disamping mengenai rasa dan selera,perlu diperhitungkan pengeluaran setiap bulannya. Karena belanja dengan gaya hidup kita sebagai orang Indonesia, bisa hemat separuhnya,bila dibandingkan dengan mengikuti selera makan orang Australia.Â
Karena itu,kami membuat "Black List" atas bahan makanan,yang  terlalu mahal untuk ukuran orang Indonesia. Jadi selama tinggal di Australia,kami tidak akan membeli bahan makanan, baik dalam bentuk sayuran, maupun buahan,kecuali bertepatan pasokan barang banjir dan harga diturunkan.
Seperti misalnya:
- kacang panjang satu ikat     16 dolar
- Ubi talas perkilo sekitar       12 dolar
- buah pepaya perkilo sekitar   9  dolar
- buah manggis perkilo sekitar 12 dolar
- buah nenas perbuah sekitar    6 dolar
Seperti misalnya, harga barang barang dibawah ini, rata rata harga perkilogramnya adalah berkisar sekitar 1 dolar atau Rp.10.000.--
- Kentang  kualitas bagus Â
- wolter masih fresh Â
- buah apel dan buah pir
- buncis
Dengan jalan demikian, hidup di negeri orang dengan pengeluaran untuk dapur,yang tidak banyak bedanya dengan biaya hidup di Jakarta. Pengeluaran yang paling besar,adalah kalau kita menyewa rumah. Tapi karena kami tinggal di rumah yang disediakan oleh putra kami, tentu kami tidak perlu memikirkan sewa rumah.
Untuk transportasi ,sebagai pemegang Kartu Senior ,kami gratis naik bis,kereta api dan ferri. Begitu juga untuk jaminan kesehatan,semua ditanggung oleh pemerintah Australia, walaupun status kami,masih tetap warga negara Indonesia 2 Tahun lalu, seperti yang sudah pernah saya tuliskan, selama sebulan saya dirawat dirumah sakit umum di Wollongong dan total biaya sekitar 250 juta rupiah. Tapi satu senpun saya tidak mengeluarkan uang.Cukup menanda tangani 2 lembar  formulir dan Kartu Senior saya di scanning.
Kesimpulannya, tinggal di negeri orang, tidak harus pengeluaran juga : "wah", asal saja kita mampu hidup berhemat dan cermat, sehingga bisa bertahan hidup disini, tanpa merasa terbeban.
Tulisan ini, hanya sekedar sebuah masukan,bagi yang mungkin berencana untuk melanjutkan studi disini, bahwa tidak harus kita mengikuti gaya hidup warga lokal. Karena tinggal di Australia, tidak akan mengubah kita menjadi orang Australia.
Tjiptadinata Effendi