Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdiskusi dengan Istri Sebelum Mengambil Keputusan Penting

28 November 2017   08:16 Diperbarui: 28 November 2017   12:03 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com

Istri Bukan Pembantu Rumah Tangga Seumur Hidup

Kalau sebelum mengambil sebuah keputusan penting,kita mengatakan :" Maaf,saya rundingkan dulu dengan istri ya".Apa komentar yang akan kita dapatkan? Biasanya ,baik terang terangan ,maupun dibelakang kita,komentar yang mucul adalah bersifat negatif.

Misalnya :

  • Suami takut istri
  • Laki laki tidak mandiri
  • Apa apa pake nanya istri
  • Dan seterusnya

Pokoknya hampir selalu mendapatkan reaksi sinis.Seakan pria yang mau merundingkan dengan istrinya, sebelum mengambil sebuah keputusan penting ,bukan laki laki tulen.

Istri Bukan Hanya Sekedar Operator Rumah Tangga

Kalau dulu ,di KTP tersurat  dikolom pekerjaan istri ,adalah :" Ikut suami".Yang tentunya berkonotasi,apa saja kata suami istri harus ikut .Atau kemana saja suami pergi,istri juga harus ikut.Belakangan kolom tersebut diganti dengang:" Ibu Rumah Tangga".Hal ini ,disebabkan ,karena masih terpaut dengan zaman dulu,dimana kaum wanita yang sudah bersuami,tempatnya adalah dirumah dan didapur.Namun kini sudah zaman mileneal,tidak jarang profesi  dan penghasilan istri jauh lebih "wah" daripada suami.

Tapi terlepas dari masalah profesi,yang paling banyak dilupakan orang,adalah bahwa istri adalah pendamping hidup ,bukan hanya sekedar operator rumah tangga,apalagi dijadikan pembantu rumah tangga "all in" seumur hidup,tanpa digaji.

Kembali Ke topik

Kalau sekedar beli keperluan sehari harian,tentu tidak perlu harus melapor dulu kepada istri.Akan tetapi bilamana menyangkut urusan yang penting,seperti membeli mobil,beli rumah atau merencanakan untuk berpergian keluar kota ,apalagi keluar negeri,alangkah baiknya,istri diajak berunding. Tidak usah merasa gengsi,walaupun mungkin diri kita sebagai penghasil masukan uang dalam keluarga. Merundingkan ,bukan berarti menghargai sosok wanita yang mendampingi kita dalam suka dan duka,tanpa diri kita kehilangan martabat diri.

Bila sudah dirundingkan,maka apapun hasil dari kebijakan bersama,akan diterima tanpa sesalan. Akan tetapi bilamana,karena merasa diri  sebagai orang yang bekerja dan menghasilkan uang,sehingga mengambil sebuah keputusan,tanpa merasa perlu untuk merundingkannya,apabila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan,maka akan menghadirkan rasa sesalan  yang mendalam.

Sebuah Contoh

Tetangga saya beli mobil yang berdasarkan catatan di kilometernya,baru berjalan 4200 Km.Harganya miring dan body mulus.Dijual oleh pemiliknya,karena terdesak akan kebutuhan uang tunai,Menceritakan kepada saya sesaat setelah selesai transaksi .Tentu saja saya ucapkan selamat.

Tapi sorenya ketika ketemu lagi,ceritanya jadi berbeda."Ternyata saya salah beli pak Effendi. Menurut istri saya,mobil tersebut mengalami tabrakan dan sudah diketok ulang Istri pemilik mobil,ternyata adalah teman dengan istri saya ,Sayang saya tidak berunding dengan istri,sebelum memutuskan  membeli kendaraan tersebut" .Nah ,ini hanya sepotong cuplikan,betapa penyesalan datang selalu terlambat,Istri biasanya lebih banyak mendapatkan informasi,ketimbang diri kita.

Jangan lupa,sehebat apapun diri kita atau sebanyak apapun titel yang disandang,pendapat dua orang,akan jauh lebih baik,ketimbang pendapat tunggal .

Mengenai apa kata orang terhadap diri kita,jangan sampai mempengaruhi jalan hidup kita.Semisalnya ,secara pribadi,saya seringkali dikatakan sebagai :"suami takut istri" ,karena kemanapun saya  pergi,selalu mengajak istri ,kecuali dalam rapat rapat resmi dengan instansi pemerintahan. Always be your self.

Jadilah selalu tanya diri sendiri,jangan biarkan pendapat orang mengatur hidup kita. Karena masing masing orang,bertanggung jawab terhadap hidupnya dan keluarganya. Bukan kepada orang lain. Setiap orang bebas memberikan penilaian dan kita tidak mungkin mengatur orang lain,bagamana menilai diri kita, Apapun pendapat orang tentang diri kita,tak akan mengubah apapun yang ada dalam diri kita Maka jangan biarkan diri kita hanyut oleh pendapat orang tentang kita,

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun