Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lari dari Masalah Hanya Akan Memperburuk Situasi

15 September 2017   19:02 Diperbarui: 16 September 2017   03:29 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com

Menghindar Dari Masalah Hanya Akan Memperburuk Keadaan

"Life is a problem. No problem means life is ended"  Yang dapat diterjemahkan secara bebas:" Hidup adalah sebuah masalah.Bila sudah tidak ada lagi masalah,berarti hidup sudah selesai" Pesan moral yang dapat ditangkap tersirat didalam kalimat ini adalah ,bahwa semua orang pasti memiliki masalah masing masing. Terjadinya sebuah masalah bisa datang dari faktor eksternal, tapi kebanyakan berasal dari diri kita sendiri. 

Kita wajib selalu mawas diri, agar jangan sampai terjerat oleh masalah,terutama masalah yang pelik dan menyangkut kehidupan kita sekeluarga. Kita berusaha dan melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi agar jangan sampai terjadi masalah. Akan tetapi ada begitu banyak hal yang berada diluar kontrol kita.Maka bila akhirnya masalah tetap terjadi,maka jalan terbaik adalah tetap tenang dan hadapi masalah dengan tabah. Karena menghindar dari masalah,bukanlah jalan keluar yang baik. Malahan berpotensial memperburuk situasi

Sepotong Perngalaman Pahit Pribadi

Ketika perusahaan saya dihantam luar dalam, oleh sahabat baik saya di Singapore dan oleh orang kepercayaan kami.maka keuangan perusahaan langsung goyah. Walaupun terasa sangat menyakitkan,namun  kami hadapi semuanya dengan tabah. Sisa uang yang masih ada, Kami prioritaskan untuk  membayar gaji karyawan Karena tidak manusiawi kalau mereka yang berjumlah hampir seratus orang di PHK mendadak.. Mereka tidak bersalah, mereka punya keluarga yang harus hidup .

Karena begitu besar kebocoran uang perusahaan ,maka selama 3 bulan ,bunga kredit di bank tidak dapat dipenuhi. Saya sudah menulis surat resmi yang menceritakan tentang musibah yang terjadi, akibat penipuan yang dilakukan oleh pembeli kami di Singapore, yang nota bene adalah sahabat dagang kami. Ada bukti bukti pengiriman barang yang autentik, surat keterangan dari perkapalan bahwa memang kami sudah mengapalkan sebanyak 65 ton barang. Ada Letter of Credit yang sudah expired date, yang menjadi biang keladi, terjadinya peluang ,uang kami tidak dibayar oleh pembeli Dan kami tidak bisa menuntut, karena secara yuridis formal posisi saya sebagai eksportir sangat lemah. Yakni mengirim barang dengan letter  of credit yang sudah kadaluwarsa.

Namun kalau selama bertahun tahun pihak bank dengan senyum manis menerima bunga uang yang kami bayarkan, tapi ketika ada masalah, bukannya membantu mencarikan jalan keluar, malah mulai tunjukkan kekerasan dengan menyuruh debt collectornya menelpon berulang ulang dengan ancaman bahwa rumah tinggal kami mau disita.

Hadapi Semua Masalah Dengan Tenang     

Merasa sangat tergganggu setiap hari menerima telpon, apalagi dalam suasana hati yang tidak nyaman, saya langsung datangi pimpinan bank. Saya jelaskan bahwa selama beberapa tahun, saya selalu membayar bunga uang dan tidak pernah terlambat apalagi menunggak. Koq begitu saya dapat masalah, terus diancam ancam? Saya sudah menulis surat dan membuat surat pernyataan, bahwa secepatnya saya menjual aset saya, maka utang pada bank akan saya cicil. Kalau memang mau sita rumah tinggal saya, ini kunci rumah saya serahkan "Ternyata pimpinan bank tidak berani menerima kunci rumah saya. Ia terdiam dan akhirnya setuju memberikan saya tenggang waktu untuk mencicil utang dagang saya pada bank.

Mencari Solusi Hadapi Masalah Hidup

Mencari solusi hadapi masalah hidup, tidak akan diperoleh dari buku buku bacaan manapun. Karena pada umumnya, buku bacaan dikemas berdasarkan gabungan dari beberapa teori. Baik dari tinjauan dari sudut psikologis, ekonomis, maupun berdasarkan teori sosiologi. Hidup itu tak dapat berlandaskan pada teori ataupun mengandalkan ilmu matematika. Karena hidup bersifat dinamika. Bergerak dari waktu kewaktu dan dari satu sudut kesudut lain kehidupan.

Hidup harus senantiasa di up to date, sehingga data data perkembangan hidup kita, tersimpan dalam memory bank data yang setidaknya ada dalam benak kita. Sehingga in case of emergency, otak kita sudah bisa mendapatkan jawabannya, karena perangkat lunak dalam tubuh kita, sudah mengetahui apa saja yang dapat dikedepankan, untuk menghadapi dan menjadi solusi,dalam masalah apapun.

Dalam kondisi terjepit oleh berbagai masalah keuangan,maka jalan terbaik adalah

  •     Inventarisir seluruh utang piutang kita
  •     Jangan takut melihat angka yang mungkin bisa memabukkan kita
  •     Buat daftar priority
  •     Datangi orang yang telah meminjamkan unag kepada kita
  •     Ceritakan dengan jujur, terserah orang mau percaya atau tidak'
  •     Selesaikan utang utang kecil terutama pada keluarga

Prioritas terackhir adalah utang kita pada bank dan pada pihak lain yang tidak dapati dituntaskan karena ketiadaan dana. Dengan jalan demikian, hubungan antar anggota keluarga tidak rusak, hal ini mengurangi beban batin. Kedepankan niat baik kita, untuk yakinkan bank dan orang kepada siapa kita berhutang,bahwa kita akan melunaskan pinjaman kita Jangan takut, bila digertak oleh debt collector atau pihak bank,karena kita sudah menyerahkan sertifikat sebagai agunan, maka bank tidak bisa memenjarakan kita. Paling banter, rumah atau tanah disita, itupun butuh proses minimal satu tahun, tidak mungkin serta merta, terus bank usir penghuninya, karena tidak mampu menciciil. Kecuali sudah ada ketetapan pengadilan. Yakinlah Bahwa Semua masalah pasti ada jalan keluarnya.Tidak ada benang kusut yang tidak dapat diuraikan bila kita mau bersabar mengerjakannya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun