Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merawat Diri sebagai Bagian Dari Gaya Hidup

8 September 2017   06:58 Diperbarui: 8 September 2017   08:01 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
usia tiga perempat abad ,masih ikut olah raga lintas alam,mengapa tidak? /dokumentasi pribadi

Menjaga Kesehatan Seharusnya Menjadi Bagian Dari Gaya Hidup

Untuk menjaga kesehatan tidak musti memiliki latar belakang ilmu kesehatan atau farmasi. Sesungguhnya setiap orang secara naluriah sejak bayi sudah memilikinya. Contohnya, bila bayi lapar maka ia akan menangis hingga disusui oleh ibunya. Perutnya kembung entah karena apa maka bayi juga akan menangis. Sehingga ibunya mengosok perutnya dengan minyak kayu putih  dan ia bisa tenang dan tidur kembali. Hal ini berlangsung terus ,seiring dengan pertumbuhan bayi menjadi semakin besar dan dewasa.

Perubahahan Sikap Dan Prilaku Pada Orang Dewasa

Sebagai orang dewasa, maka ketika sakit perut ,entah sakit apapun tidak mungkin kita merengek rengek atau menangis seperti bayi. Karena semuanya harus diatasi sendiri. Minum obat ataupun menggosok dengan minyak kayu putih atau ramuan lainnya. Dan  seperti kata iklan obat-obatkan, kalau sakit berlanjut hubungi dokter

Saking Sibuk, Lupa Jaga Kesehatan

Akan tetapi banyak orang yang saking sibuk atau terobesi dalam mengerjakan suatu hal,seringkali lupa diri dan mengabaikan kesehatan dirinya,Antara lain :

  • tidak sempat sarapan pagi
  • makan siang sudah sore
  • makan malam entah jam berapa
  • makan apa saja,asal perut kenyang

Pada awalnya mungkin tubuh masih mampu menahan perilaku yang tidak benar oleh pemiliknya tapi lama kelamaan pasti akan tumbang. Mulai mendapatkan gangguan pencernaan, sakit kepala, pusing-pusing, diare, susah tidur, tidak enak badan, lesu darah loyo dan  terkapar karena jatuh sakit.

Bertahun Tahun Kerja Keras Mengumpulkan Uang ,Dihabiskan Untuk Biaya Rumah Sakit

Ketika tergolek ditempat tidur,. mau buka mata seakan dunia berputar-putar akibat vertigo. Mau tidur tidak bisa, karena nafas sesak dan jantung berdebar-debar nggak karuan. Belum lagi batuk terus menerus yang tidak hanya membuat diri sendiri sengsara, tapi ikut membuat seluruh anggota keluarga tidak bisa tidur nyenyak. Lama-kelamaan batuk mengeluarkan darah segar dan ketika ke toilet ada warna merah, pasti tidak ada pria yang menstruasi, tapi karena terjadi perdaraan pada lambung. Akhirnya masuk rumah sakit. Menurut dokter sudah terlalu lama dibiarkan, sehingga terjadi komplikasi.

Pengalaman Pribadi

Tulisan diatas, sesungguhnya adalah pengalaman pahit yang terjadi pada diri saya sendiri. Saking terobsesi ingin cepat kaya karena sudah bosan tujuh tahun hidup menderita dan tidak ditengok seperempat matapun. Maka menengok ada peluang untuk menjadi kaya sebagai pengusaha,saya sudah tidak lagi memperdulikan kesehatan.

Akhirnya terkapar masuk ke Rumah Sakit Yos Sudarso di Padang dan dioperasi, tapi karena tidak berhasil dan dirujuk ke Singapore, Alhasil 2 kali operasi di Mount Elisabeth belum juga berhasil dan dirujuk ke Glen Eagle Hospital yang lokasinya di Napiere Road Singapore. Saat-saat sekarat, baru sadar diri bahwa kesehatan itu  memang bukanlah segala galanya dalam hidup ini, tapi ketika kehilangan kesehatan maka semua harta dan depostito yang dimiliki tidak lagi dapat dinikmati

Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan untuk tetap melanjutkan hidup di dunia ini. Karena  itu saya merasa wajib menuliskan artikel ini untuk mengingatkan semua orang agar menjadikan  rawat diri sebagai bagian dari gaya hidup masa kini, agar jangan sampai mengalami seperti apa yang sudah saya alami. Hasil kerja keras bertahun-tahun, akhirnya ludas dalam waktu singkat dengan cara yang menyakitkan, yakni dioperasi berulang kali dan menyumbangkan seluruh tabungan dan deposito kerumah sakit di Singapore

Pelajaran Hidup Yang Tak Ternilai

Sejak saat itu,seakan baru mendapatkan pencerahan tentang arti dan makna sehat,saya mulai membenahi pola hidup yang amburadul. Dan bersyukur, hingga diusia ke 75 tahun,kami berdua masih aktif ikut olahraga lintas alam. Walaupun cuma memanjat perbukiitan yang ketinggiannya,hanya sekitar 600 meter, tapi sudah menghadirkan rasa syukur yang mendalam. Jauh dari segala macam obat obatan dan bisa menikmati hidup secara maksimal. 

Masih mampu mengendarai mobil jarak jauh dan hasil total medical check up,tensi 120/80,tidak ada diabetes ,tidak ada kelebihan kolestrol ,tidak pakai kaca mata.tidak ada pantangan makan dan minum apapun. Bahkan kata dokter,:"Anda berdua lebih sehat dari saya,hampir dalam segala hal" 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun