Menjaga Hubungan Baik Dengan Tetangga
Ada pribahasa mengatakan :"Tetangga adalah saudara terdekat kita".Walaupun mungkin tetangga kita tidak ada hubungan pertalian kekeluargaan,bahkan mungkin saja beda suku ,budaya dan agama,tapi dalam keadaan mendesak,maka yang paling dekat dengan kita adalah para tetangga .Disamping itu, hidup dalam lingkungan yang tidak saling mengenal ,apalagi tidak saling menyapa,tentu saja bukanlah hal yang menyenangkan.
Ada Beragam Cara dan Gaya
Bagaimana cara menjalin hubungan baik dengan para tetangga tentu saja setiap orang memiliki gaya dan ragam tersendiri. Tergantung pada kondisi rumah dan keuangannya.Bagi yang rumahnya lumayan dapat menampung kunjungan tetangga dan memiliki finansial yang memadai,bisa dengan jalan sesekali mengundang tetangga bertandang kerumah. Misalnya hari ulang tahun anak atau ultah diri sendiri.
Bagi yang rumahnya tidak memungkinkan untuk menampung tamu dalam jumlah yang banyak,tentu masih ada jalan lain. Misalnya ketika pohon jambu dirumah lagi berbuah lebat,maka tidak ada salahnya membagikan kerumah tetangga kiri kanan ,muda dan belakang. Atau sesekali berpergian keluar kota ,bisa membawa oleh oleh ala kadarnya untuk tetangga. Karena sekecil apapun perhatian yang kita berikan,sudah menjembatani kita dengan tetangga.
Setiap pagi ,begitu keluar dari pintu rumah dan menengok tetangga lagi menyapu laman rumahnya atau juga akan berangkat kerja,apa salahnya menyapa:" Selamat pagi pak atau ibu?"
Kalau kita punya kendaraan dan suatu waktu ada tetangga yang butuh kendaraan,baik karena istrinya mau melahirkan atau mungkin juga perlu kerumah sakit,apa salahnya kita tawarkan bantuan kita?
Atau kalau ada arisan di RT /RW walaupun mungkin dari segi nilai nominalnya sama sekali tidak berarti bagi kita,tidak ada salahnya kita sekali sebulan ikut hadir dan membawa makanan kecil untuk dinikmati bersama.
Sikap dan contoh Positif Yang Kita Kedepankan Dapat Mengubah Stigma Negatif
Kami merupakan keluarga pertama yang berani keluar dari Kampung Tionghoa dan tinggal di komplek Wisma Indah  I ,dimana kami merupakan satu satunya keluarga dari turunan Tionghoa yang  tinggal disana pada waktu itu. Tapi karena kami mengedepankan contoh contoh positif dan mampu berbaur dengan warga setempat,maka kami disayangi oleh seisi kampung.
Bahkan Pak RT ,mengatakan secara jujur,bahwa selama ini, dalam pikirannya ,orang Tionghoa itu adalah orang yang ekslusif  dan tidak mau berbaur. Tapi dengan sikap dan prilaku yang kami tunjukkan, ia sadar bahwa tidak semua orang Tionghoa berprilaku eksklusif.
Ada Ruang Sholat Dirumah Kami
Karena rumah kami lumayan besarnya di Wisma Indah dan teman teman yang sering berkunjung 95 persen beragama Islam ,maka ada ruangan khusus untuk Sholat yang disediakan. Hal kecil memang .Apalah artinya selembar Sajadah? Tapi dengan hal kecil dan tampak sepele ini, ternyata memberikan dampak yang sangat berarti bagi hubungan baik kami dengan tetangga dan teman teman yang datang berkunjung.
Tidak Pernah Masak Babi Dirumah
Karena teman teman dan tetangga sering makan bersama dirumah ,maka kami memutuskan tidak memasak babi dirumah .Karena adik ipar kami juga adalah orang Minang Asli dan begitu juga beberapa keponakan kami banyak yang menikah dengan yang beragama Islam,maka kalau kami mau makan  babi,kami ke Pondok, di restoran Chinese food. Untuk menghindarkan keraguan dari yang makan bersama dirumah kami
Ada Paviliun Lantai 3
Dibelakang rumah ada paviliun bertingkat 3.Dimana dapat menyaksikan pemandangan yang indah disenja hari.Nah,pada waktu itu,tidak banyak orang yang dapat menikmati keadaan seperti ini, Karena itu ketika kami ajak tetangga dan teman teman naik ke lantai 3,mereka sangat senang. Hubungan kami seperti sudah satu keluarga besar.
Bahkan,seperti sudah pernah saya tuliskan,kami merayakan 3 kali hari raya dalam setahun,yakni Imlek,Natal dan Hari Raya Idul Fitri. Kami open house bagi semua anak anak dikampung. Hingga kini hampir 30 tahun berlalu,namun hubungan baik kami masih tetap berlanjut. Pak Syarie Syaun ,ketua RT kami di jalan bunda I/6,Wisma Indah,ketika ke Jakarta,khusus mencari kami,sekedar melepas kangen.
Baru baru ini ada pesan dari Yanti ,yang dulunya sering kerumah ketika berusia 6 tahun, menulis pesan :" Bapak Ibu ,ini Yanti yang dulu sering kerumah dan dapat angpau. Kalau ke Padang,izinkan Yanti mentraktir bapak ibu dirumah makan Dilamun Ombak  di Ulak Karang,Yanti tinggal disekitar sana."
Ketika kami pindah ke Jakarta,tetangga kami datang bersalaman dan mereka menangis Sebuah keharuan,bahwa kita dikenang ,kendati waktu sudah berlalu hampir tigapuluh tahun
Selamat Hari Kemerdekaan RI ke 72 !
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H