Indonesia baru saja merayakan Hari Anak  Nasional,tepat pada tanggal 23 Juli yang baru lalu. Sementara itu di belahan dunia lainnya merayakannya pada tanggal 1 Juni,bahkan ada yang pada bulan November. Judulnyapun berbeda tentunya,yakni disesuaikan dengan bahasa dan budaya setempat. Hal tersebut tidak menjadi masalah,yang penting adalah dunia memperhatikan kepentingan anak anak.
Berbicara mengenai anak anak,tentu tidak bisa lepas dari membicarakan wanita,yang telah dan akan melahirkan anak anak ini. Ternyata suka ataupun tidak suka mendengarnya di dunia ini terdapat dua tipe wanita.
Banyak  wanita yang sangat merindukan momongan. Sehingga rela menempuh jalan sesulit apapun dan siap untuk mengeluarkan dana berapapun. Kalau secara medis tidak berhasil,maka dengan mengenyampingkan tahayul ataupun tidak, rela kedukun atau orang pintar.
Tujuannya satu yakni dapat melahirkan seorang anak. Bahkan tidak sedikit yang berobat keluar negeri.Ke Malaka,Singapore ,bahkan ke negeri Cina,dengan menjual semua harta dan perhiasannya. Kendati bagi wanita rata rata perhiasan merupakan benda kesayangan,namun demi mendapatkan anak,semua diikhlaskan untuk dijual.
Aneh tetapi nyata,ada wanita yang dikarunia anak ,tapi malahan membuangnya dengan berbagai cara. Ada yang sadis dengan jalan melakukan kuret entah dimanapun dan ada yang sudah melahirkan,namun dengan teganya meninggalkan sang buah hati didepan pintu panti asuhan. Tentunya dengan berbagai argumentasi untuk pembenaran diri.
Mengapa 'Anak Anak Tak Berdosa Dicampakkan?
Suatu waktu ,kami  mengunjungi NTT , selain dari mengunjungi Kupang,kami sekalian memanfaatkan waktu untuk menelusuri hampir seluruh kota kota yang ada di Nusa Tenggara Timur ini.Seperti Maumere,Ende.Larantuka, Labuan Bajo dan juga kota Bajawa. Ditemani oleh Pak Markus Tunggal,kami melakukan safari pribad.
Ternyata hanya sekitar 17 Kilometer dari Kupang,ibu kota NTT ini,dipinggiran jalan tampak ada "rumah" penduduk yang beratapkan daun . Kami menyempatkan singgah beberapa menit,ternyata didiami oleh keluarga pak Thomas. Lantainya masih asli dari tanah dan mereka tidur diatas papan,yang beralaskan karung plastik bekas. Ternyata kemiskinan itu ada dimana mana. Uluran tangan kita,walaupun ala kadarnya,tapi disambut secara luar biasa. Bagi mereka mendapatkan mie instan merupakan makanan yang mewah.Namun kami tidak dapat berlama lama disini, karena masih akan melanjutkan perjalanan lagi.
Berkunjung Ke Panti Asuhan di Bajawa
Kami menyempatkan singgah di salah satu Panti Asuhan di Bajawa. Suster menerima kedatangan kami dengan amat antusias. Â Dan saking senangnya dikunjungi,maka tanpa diminta,meluncurlah penjelasannya ,mengapa banyak anak anak disana,termasuk yang baru lahir.
Ternyata mereka ditinggalkan oleh ibu kandung sendiri,karena berbagai alasan.Antara lain: Â hamil diluar nikah. Pria yang melakukannya tidak mau bertanggung jawab.Â
Ada juga yang menitip anaknya untuk sementara,tapi sejak itu tidak pernah muncul lagi. Ada juga yang suami istri bercerai dan tidak ada yang mau menjaga anak,karena ingin bebas.Maka anaknya yang masih kecil,dititipkan ke Panti Asuhan. Baik yang dititip secara formal maupun dititip paksa dengan jalan ditinggalkan di depan pintu.
Salut Kepada Semangat Para Suster
Umumnya yang tugas disini adalah Suster Suster yang masih berusia muda. Mereka ingin mengabdikan diri demi kemanusiaan dan meninggalkan kepentingan pribadi mereka. Untuk menghidupi organisasi ,mereka tidak seberuntung seperti koleganya dikota kota besar.Dimana ada yang membiayai secara rutin,sehingga mereka dapat fokus pada pelayanan kemanusiaan.
Tetapi menurut salah seorang Suster,organisasi mereka hidup mandiri. Karena itu jangan heran,bila ditengah malam ,merasa lapar diperjalanan dan menemukan rumah makan ,disana yang mengelolahnya adalah para Suster yang relatif masih berusia sekitar 30 -40 tahunan.
Prinsip hidup mereka :"Untuk Gereja dan Negara" tidak tergoyahkan menghadapi berbagai tantangan.Salut untuk tekad dan pengabdian mereka seumur hidup.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H