Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melanggar Rambu Lalu Lintas Bukanlah Masalah Sepele

11 Juli 2017   22:01 Diperbarui: 12 Juli 2017   09:10 1775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Siang tadi kami ke Mall Lakeside untuk berbelanja suatu keperluan. Lokasi ini merupakan tempat bersejarah bagi kami,karena sudah berkali kali bertemu dengan teman teman sesama orang Indonesia. Perjumpaan dengan sesama orang asal Indonesia,sungguh merupakan saat saat yang menyenangkan.

Walaupun baru dua tiga kali ketemu,tapi bagaikan sudah menjadi sahabat karib. Kalau dipikir pikir,cukup mengherankan.Karena di Jakarta,tetangga satu lantai di Apartement Boulevard, kalau ketemu.hanya saling :"Halo ,selamat pagi atau selamat sore". Cuma itu saja?Benar,hanya dua atau tiga patah kata saja.Karena masing masing sibuk dengan berbagai urusan. Tapi di negeri orang,betapapun sibuknya,selalu menyempatkan diri,paling kurang beberapa menit untuk saling bercerita.Hingga saat ini,saya masih belum mendapatkan jawaban yang tepat.Why?

Ketemu Dengan Teman Sesama Tinggal di Kemayoran

Tadi ketemu dengan Pak Hadi yang kebetulan kalau di Jakarta,kami sama sama tinggal di Kemayoran. Tempat tinggal kami juga bersebelahan. Kami di Boulevard,sementara pak Hadi di Apartement Palace. Tapi tak seperti biasanya,kali ini wajah pak Hadi ,tampak murung .Walaupun mencoba tersenyum,tapi kentara benar,hanya sebuah senyum yang dipaksakan. Seperti biasa,kalau ketemu teman,selalu diawali dengan pertanyaan:"Apa kabar?" Ternyata jawabannya tidak seperti biasa,tapi :" Lagi pusing nih pak Effendi" Jawab Pak Hadi

"Mengapa pak?" tanya saya dengan mimik wajah serius,karena mengira,mungkin terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki. "Saya sudah tidak bisa menyetir lagi pak. Driver Lisence saya dibatalkan.karena semua point habis .Minggu lalu sepupu saya datang bertamu dan menginap dirumah kami.Tapi karena saya sedang ada urusan bisnis di Melbourne,sehingga tidak sempat saya temani. Maka kendaraan saya,dipinjamkan kepadanya.Sehari sebelum sepupu saya pulang ke Jakarta,saya mempercepat kepulangan ,agar bisa bertemu dan jalan bersama sama.

Saya tanya,gimana perjalanannya? Jawabnya semuanya okay,tidak ada masalah.Malah sambil bercanda mengatakan pada saya,:"silakan di check mobilnya Om.masih mulus"

Melakukan 3 Pelanggaran Rambu Rambu Lalu Lintas

"Tapi kemarin,datang surat tilang dan ketika saya buka,ada catatan ,bahwa saya sudah melakukan pelanggaran rambu rambu lalu lintas sebanyak 3 kali. Yakni: menerobos lampu merah. Over speeding dan Parkir di tempat yang dikhususkan bagi Disable. Driver Lisence saya,dinyatakan di batalkan.karena 12 point saya sudah habis terpotong. Plus denda yang  lumayan besarnya" Curhat Pak Hadi,tanpa diminta.Mungkin saking kesel hatinya,karena tidak dapat lagi mengendarai kendaraannya.

Selama 6 bulan pak Hadi tidak boleh mengemudi dan kemudian,kalau mau mendapatkan Surat Ijin Mengemudi,harus ikut ujian lagi. Makanya,dapat dibayangkan betapa jengkel hatinya. "Yang bikin saya tambah kesal,ketika saya telpon,malah sepupu saya bersikeras mengatakan:"Tidak mungkin saya menerobos lampu merah .Apalagi parkir ditempat Disable.Saya kan bukan buta huruf"

Mendengar curhat pak Hadi,saya jadi bingung mau komentar apa.?  Masa komentarnya menarik? Atau inspiratif? Maka saya hanya berkomentar dengan gaya pejabat :" Ooo gitu ya pak Hadi... Hmm aduh...koq gitu yaa"

Diam sesaat...

"Pak Effendi,You kan wartawan Kompas...tolong dong ditulis ,agar jangan sampai terjadi pada orang lain "

"Wah,pak Hadi,saya bukan wartawan pak,cuma menulis di Kompasiana" Saya jelaskan dengan serius.

"Yaa sama sajalah pak Effendi. Kompas  dan Kompasiana kan satu .tolong dong ditulis ya" pinta pak Hadi

Catatan

Di Australia amat jarang tampak Polisi berdiri di jalanan,kecuali ada razzia breath test ,untuk mengecheck,apakah pengemudi sudah minum alkohol dan kemudian menyetir? Tidak pernah nanya nanya SIM,kecuali terjadi tabrakan dan ada yang terluka.

Di hampir setiap persimpangan ada camera ,yang sudah dipersiapkan untuk membidik dan menjepret setiap terjadi pelanggaran .Baik menerobos lampu merah,maupun melewati kecepatan maksimal. Setiap jam ,secara bergiliran ada Polisi yang naik sepeda,melakukan pemeriksaan,apakah ada yang tidak bayar parkir,atau parkir disembarangan Termasuk yang parkir di tempat khusus Disable. Kalau terjadi pelanggaran ,maka petugas menempelkan secarik kertas,yang berisi catatan jumlah denda yang harus dibayar

Siapapun yang mengemudi,yang harus bertanggung jawab adalah pemilik kendaraan. Setiap pemegang SIM dibekali dengan 12 point.Dan setiap kali terjadi pelanggaran,pointnya dipotong,Kalau angka ini habis terpotong,karena seringnya terjadi pelanggaran rambu lalu lintas,maka SIM dinyatakan batal .Selama enam bulan atau setahun tidak boleh lagi mengemudi.Setelah melewati masa hukuman,boleh ikut test lagi dari awal.

Bagaimana Kalau Denda Tidak Dibayar?

Kalau denda tidak dibayar dengan alasan apapun,maka tindakan yang akan diambil oleh petugas adalah :"Cancelling or suspended driver license suspended vehicle registration Ordering the Sheriff to take your goods or property and sell them to pay,the amount your owe deducting money form your bank account registering an interest on any land or property you may own

Membatalkan surat izin mengemudi dan membatalkan pendaftaran kendaraan,serta memerintahkan polisi untuk menyita dan menjual apa saja,untuk bayar utang denda .Bahkan lebih jauh, Pemerintah akan memotong uang  simpanan di bank . Jadi jangan kira "hanya " melanggar aturan lalu lintas,bisa diselesaikan secara damai. Disini tidak ada denda damai. Malahan bila mencoba menyuap petugas,akan ditahan dan diperkarakan. Maka bila berkunjung ke Australia,jalan paling aman,adalah taati aturan berlalu lintas atau naik taksi.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun