Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetangga Adalah Saudara Terdekat Kita

12 Juni 2017   18:31 Diperbarui: 13 Juni 2017   11:33 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tentu saja bersyukur bila dapat hidup berkecukupan. Rumah besar dengan halaman yang luas dan taman yang indah untuk duduk bersantai ria dengan keluarga , ada paviliun berlantai 3 di mana dari puncak dapat memandang dengan lepas Samudra Indonesia. Ada kendaraan di garasi, ada motor dan tentunya ada pembantu dan tukang kebun.

Rasanya semua bisa diatasi. Jika malas ke pasar, tinggal minta pembantu yang berbelanja atau jika sedang nggak mood memasak? No problem, tinggal berkendara menuju ke restoran atau bisa di telpon untuk diantarkan. Akan tetapi ada kalanya dalam kondisi tertentu kita membutuhkan bantuan orang lain. Dan orang lain yang paling dekat dengan kita adalah para tetangga kita.

Pernah Mengalami  Seisi Rumah Tumbang?

Pada awalnya hanya seorang yang terkena entah virus apa, dengan gejala tiba-tiba demam tinggi dan menggigil. Malamnya menyusul ketularan anak-anak dan istri membuat seluruh keluarga terkapar tidak berdaya. Siapa mau menolong siapa? Tentu yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anak adalah orang tua. Maka dalam kondisi sempoyongan, kami berbagi tugas untuk menjaga putra dan putri kami yang terbaring sakit dan demam tinggi. Sementara hujan lebat dan tak ada siapapun yang dapat diminta tolong di tengah malam.

Serasa seperti sedang melakoni kisah horor. Saya barusan dari kamar mandi karena muntah-muntah, tiba-tiba terdengar di kamar sebelah istri sedang sibuk membantu putri kami yang waktu itu masih kecil karena menginggau saking demamnya meninggi. Kami menelpon adik kami yang dokter, tapi ternyata dokter juga bisa sakit, sehingga tidak dapat datang. Mencoba menelpon teman saya yang juga adalah dokter, tapi berkali-kali tidak ada yang mengangkat telpon. Terus mau gimana lagi?

Tiba-tiba Ada yang Mengedor Pintu

Mungkin sudah sejak tadi memanggil-manggil, tapi karena hujan sangat deras dan kami berada di kamar, maka kami tidak mendengarkan ada yang mengetuk pintu makanya digedor agar  kami bisa mendengarkannya.

Saya berjalan cepat menuju pintu dan membukanya, karena kebetulan pembantu kami pulang mudik  untuk merayakan Idul Fitfri. Begitu pintu terbuka terdengar suara keras "Assalamuaalaikum.." dan didepan saya berdiri dalam kondisi basah kuyup tetangga  kami  Bu Fatma dengan tangan memegang payung,tapi angin keras yang disertai hujan lebat, tidak mampu di tahan oleh payung kecil tersebut.

"Muaalaikum salam bu,silakan masuk bu " kata saya menyambutnya. Menengok tubuh saya menggigil, tetangga saya kaget dan bertanya :"Bapak sakit? 

"Iya bu ,seisi rumah kami semuanya terserang demam" Jawab saya.

"Pembantu mana pak?" tanyanya

"Pulang kampung ,untuk rayakan Idul Fitri bu"

"Hmm boleh saya bantu pak,mungkin apa saja yang bisa saya tolong " jawab bu Fatma.Lupa bahwa dirinya sendiri sedang basah kuyup. Saya terpana dan terharu,sepertinya Tuhan mengirim malaikat penolong untuk kami sekeluarga.

"Kalau ibu Fat berkenan,sungguh kami sangat berterima kasih bu."

"Pantasan saya tengok ,hingga larut malam, lampu di garase dan di laman tidak nyala,Saya kuatir terjadi sesuatu,makanya langsung datang kesini.Ternyata Bapak sekeluarga sakit" jawab bu Fatma

Karena situasi memang tidak lagi mengizinkan untuk berbasa basi,maka saya  panggil istri saya yang sedang menjaga putri kami. Oleh istri saya,bu Fatma,dikasihkan daster baru,karena pakaiannya basah kuyup.

Dan sibuklah bu Fat, malam itu, memasak air hangat untuk kompres. Mengisi termos  ,menolong memasakan bubur,agar kami bisa makan agak sesuap dua suap.Karena sehabis tumpah tumpah,rasanya tubuh seperti melayang  .Dengan masuknya makanan,walau sedikit ,tapi sudah agak lumayan.

Tidak salah kata pepatah,bahwa tetangga adalah saudara kita yang paling dekat, Karena seperti kejadian pada waktu itu,adik kami yang adalah seorang dokter,tidak dapat datang,karena sedang sakit.Syukurlah ada bu Fatma,tetangga kami di Wisma Indah,yang dengan ikhlas,datang dan  membantu dalam saat saat kami dalam kondisi tak berdaya.

Kejadiannya sudah lama,tapi apa yang dilakukan bu Fat,sudah terpatri,menjadi pelajaran hidup bagi saya,bahwa sehebat apapun diri kita,atau sekaya apapun,suatu waktu kita pasti membutuhkan bantuan orang, Dan yang paling dekat dengan kita,bila terjadi sesuatu yang emergency adalah tetangga kita.

Sebaliknya, bila tetangga minta bantuan,untuk mengantarkan putrinya yang mau melahirkan atau ada yang butuh tumpangan kerumah sakit ditengah malam,tentu dengan senang hati, saya siap untuk menolong,tanpa menengok siapapun adanya . Sebuah lagi pelajaran hidup yang sudah terpatri dalam diri saya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun