Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Harus Memilih

9 Juni 2017   21:16 Diperbarui: 11 Juni 2017   02:30 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan hidup seseorang,memang tidak dapat dimatematikakan. Secara teori,seharusnya orang yang berlaku jujur,akan mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.Tapi dalam kehidupan yang sesungguhnya,tidak selalu kejujuran menjadi pembuka jalan untuk melangkah maju. Setidaknya hal ini terjadi pada Laila,gadis yang berusia 25 tahun,lulusan sarjana ekonomi. Malahan kejujurannya telah menghentikan langkahnya menuju ke gerbang pernikahan.

Kami kenal baik dengan keluarga Laila,bukan hanya sekedar sebagai sahabat,tapi sudah merupakan satu keluarga.Walaupun kami berbeda suku dan cara mengabdi kepada Tuhan,namun tidak ada halangan yang dapat merintangi hubungan persahabatan kami. Entah mengapa,sejak dulu,Laila senang memanggil saya dengan sebutan :"ayahanda" dan memanggil istri saya :"bunda',padahal kedua orang tuanya ada dan masih jauh lebih muda dibandingkan usia kami.

Tapi tentu saja kami tidak tega melarangnya ,karena Laila senang dengan panggilan itu. Mungkin karena kedua orang tuanya sibuk ,berangkat pagi ke kantor dan baru pulang malam hari. Sementara Laila pada waktu itu sibuk menyelesaikan studinya,disalah satu universitas negeri.

Hubungan persahabatan kami,berlangsung sejak tahun 1999 dan terus berlanjut. Hingga Laila lulus dan kemudian diterima  bekerja di salah satu bank pemerintah.Namun masih dalam masa percobaan

Rencana Menikah

Suatu waktu,Laila  menceritakan bahwa ia dan pacarnya sedang merencanakan pernikahan mereka dan hal ini sudah disetujui oleh orang tua kedua belah pihak. Tapi ada suatu hal yang sangat mengganjal hati dan pikirannya,yakni penyakit yang dideritanya. Laila bertanya :"Menurut pendapat ayahanda,apakah hal ini saya diamkan atau sebaiknya saya ceritakan apa adanya?"

Saya tidak langsung menjawab,karena agak kaget,ternyata selama mereka pacaran,Laila belum memberitahukan ,bahwa ia menderita lupus. Maka saya memberikan masukan kepada Laila.yakni,kalau tidak diberitahukan,maka akibatnya setelah menikah,calon suaminya akan merasa dibohongi.Tentu akan mengakibatkan terjadinya masalah bagi hubungan mereka sebagai suami istri kelak.

Karena itu saya menyarankan,sebaiknya Laila memberitahukan apa adanya,sekalian sebagai test kepribadian terhadap calon suaminya. Apakah ia sungguh sungguh mencintai Laila,maka penyakit yang diderita oleh Laila,tidak akan sampai memutuskan hubungan mereka. Tapi keputusannya,tentu ditangan Laila

Calon Suami Memutuskan Hubungan

Laila memutuskan untuk memberitahukan kepada calon suaminya,tentang penyakit lupus yang dideritanya.Menurut Laila,pada awalnya calon suaminya terkejut,tapi kemudian mengatakan :"Ya tidak apa apa,rencana pernikahan tetap dilanjutkan'.Tentu saja hal ini sangat membesarkan hati Laila.ia lega,karena sudah tidak lagi menyimpan beban dalam hatinya dan bersyukur bahwa laki laki yang dicintainya,ternyata mau menerima dirinya ,apa adanya.

Namun dua minggu kemudian,Laila dengan menangis menceritakan bahwa calon suaminya ,sudah memutuskan hubungan dan rencana pernikahan mereka dibatalkan,karena kedua orang tua calon suaminya tidak setuju.

Pukulan Maut

Saya mencoba menguatkan dengan mengatakan,lebih baik putus sebelum menikah,daripada sesudah menikah,calon suaminya meninggalkan dirinya.Namun apapun kata kata hiburan sudah tidak lagi mempan dan dalam waktu singkat ,kondisinya drop dan harus drawat dirumah sakit.Pimpinan bank yang mengetahui Laila menderita lupus,terus memutuskan ia tidak dapat melanjutkan masa percobaannya. Laila semakin terpukul dan kondisinya semakin parah.

Sms Laila yang terakhir isinya:"Ayahanda, Laila sudah tidak kuat lagi.Maafkan semua kesalahan Laila dan mohon mintakan maaf Laila pada Bunda".Saya mencoba memberikan nasihat ,namun tidak ada balasan dari Laila.

Malamnya,saya mendapat firasat tidak enak dan menelpon orang tuanya. Namun disambut dengan isak tangis,oleh ibunya dan mengatakan  :"Laila,baru 15 menit lalu pergi meninggalkan kita semuanya"

Hari ini ,tepat 7 tahun, Laila pergi. Sebuah kenangan pahit,betapa hidup itu sungguh sungguh merupakan misteri.Tak seorangpun tahu,apa yang akan terjadi dimasa depan,bahkan apa yang akan terjadi esok hari. Seperti kata pribahasa:'Yesterday is a history,to-day is a gift dan to-morrow is a mystery'

Kata ayah Laila kepada saya:"Disaat saat kami rindu Laila,,maka kami baca smsnya kepada pak Effendi.Hal itu menjadi obat atas kerinduan hati kami" ....

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun