Saya tidak menjawab pertanyaannya,malah balik bertanya: "Hmm SPBU nya ada diberapa tempat Pak Bambang?" tanya saya tiba tiba. " Haa SPBU apaan...?..".jawabnya agak setengah berteriak. " Hmm mungkin investasinya di fokuskan di Kebun Kopi atau kebun Kelapa sawit yaa" ,lanjut saya dengan santai.
 " Naah naah..SPBU...Perkebunan Kopi,Perkebunan Kelapa Sawit ...koq anda kayak KPK saja ?!',gaya tentaranya mulai keluar lagi . Dan wajah pak Bambang yang memang agak gelap,menjadi bertambah gelap. "Hmm atau mungkin investasi di salah satu Kebun Binatang
"Begini ...Pak Tjipta,ini ada saksi: istri saya dan istri anda. Kalau saya memiliki SPBU,Perkebunan Kelapa Sawit atau Perkebunan Kopi atau Kebun Binantang sekalian,anda boleh ambil semuanya!" Sementara itu ,sudah 2 kali cubitan istri saya mendarat di rusuk saya,mengisyaratkan,agar saya jangan melanjutkan pertanyaan jahil lagi
Inilah cuplikan percakapan kami dua tahun lalu. Saya bersyukur,sahabat kami kendati cuma punya kendaraan bekas dan tidak punya SPBU,maupun kebun kelapa sawit dan cuma dapat mentraktir kami makan dirumah makan Padang,tapi beliau bisa tidur nyenyak dan menikmati masa tuanya bersama istri dan anak anak cucu.
Hidup yang begini,tentu saja tidak akan dimiliki,oleh mereka yang semasa menjabat,memperkaya diri sendiri dan keluarga dan kini harus menunggu dengan jantung berdebar debar,kapan surat cinta dari KPk datang .Atau malah dijemput dan langsung dikenakan rompi orange. Makanya yang masih aktif menjabat, belajarlah dari pengalaman orang orang yang sudah diciduk,agar jangan mengalami nasib yang sama.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H