Pejabat Jujur di Indonesia,Akan Semakin Langkah?
Kalimat ini terasa sangat tajam menusuk. Tapi sesungguhnya, pertanyaan  menyakitkan ini,tercipta lantaran fakta fakta  yang terungkap di berbagai media. Bukan hanya Bupati,Gubernur,Menteri, bahkan tokoh tokoh yang selama ini dijadikan panutan oleh masyarakat, ternyata satu persatu di ciduk oleh KPK dan  aparat Kepolisian dan terpaksa menghabiskan sisa sisa umurnya dalam penjara.
Tindakan yang telah dilakukan orang orang ,yang dulunya merupakan :"orang orang terhormat" telah menistakan ,bukan hanya dirinya pribadi,tapi juga seluruh anggota keluarganya.Bahkan ikut terpercik rasa malu pada komunitas yang selama ini menghormati,bahkan menyandung mereka.
Impian impian untuk menikmati masa masa tua dengan santai bersama anak istri dan cucu cucu,karena merasa tidak ada yang tahu tentang apa yang telah dilakukan semasa masih berkuasa,ternyata tidak seperti diharapkan dan diyakini.Karena bagaikan mimpi di siang bolong, harus mengunakan rompi orange  dan masuk tahanan. Apa boleh buat,nasi sudah keburu hangus. Kalau sekedar menjadi bubur ,masih lumayan  bisa dinikmati,tapi kalau nasi sudah keburu hangus ,mau diapakan lagi.
Syukur Sahabat Saya Tidak Punya SPBU dan  Kebun Kelapa Sawit
Tulisan ini ,terinspirasi oleh percakapan dengan sahabat saya,yang dua kali menjadi Bupati  di Kerinci,tapi tidak punya  apa apa.
Dua tahun lalu,begitu kami landing di Jambi,ternyata sudah dijemput oleh  sahabat kami,pak H.Bambang dan istrinya bu Hj.Nurul.  Saya dipersilakan duduk didepan,mendampingi Pak Bambang yang mengendarai mobil. Sementara istri saya ,duduk dibelakang ,ditemani bu Hj.Nurul.
Begitu kendaraan mulai bergerak,sifat iseng saya mencuat dan langsungmembuka pembicaraan:" Nggak pakai sopir Pak Bambang?"
 "Sopir apaaan...? Saya kan masih kuat.. Nah ,bayangkan anda di sopiri oleh Kolonel. Terus minimal pangkat anda apa Pak Tjipta?" canda pak Bambang.
" Yaa jenderal he he he ..."jawab saya. Kami berempat ketawa.
Pak Bambang ini,mengawali karirnya dibidang militer,dengan  pangkat terakhir Kolonerl Pernah jadi komandan Kodim dan Kasrem di Jambi .Kemudian Bupati di Bangko .Lalu Bupati di Kerinci. Berpikir sampai disini,saya jadi senyum senyum sendiri. Bayangkan saya di sopiri oleh bupati. " Lho kenapa senyum senyum Pak Tjipta?",kata Pak Bambang
Saya tidak menjawab pertanyaannya,malah balik bertanya: "Hmm SPBU nya ada diberapa tempat Pak Bambang?" tanya saya tiba tiba. " Haa SPBU apaan...?..".jawabnya agak setengah berteriak. " Hmm mungkin investasinya di fokuskan di Kebun Kopi atau kebun Kelapa sawit yaa" ,lanjut saya dengan santai.
 " Naah naah..SPBU...Perkebunan Kopi,Perkebunan Kelapa Sawit ...koq anda kayak KPK saja ?!',gaya tentaranya mulai keluar lagi . Dan wajah pak Bambang yang memang agak gelap,menjadi bertambah gelap. "Hmm atau mungkin investasi di salah satu Kebun Binatang
"Begini ...Pak Tjipta,ini ada saksi: istri saya dan istri anda. Kalau saya memiliki SPBU,Perkebunan Kelapa Sawit atau Perkebunan Kopi atau Kebun Binantang sekalian,anda boleh ambil semuanya!" Sementara itu ,sudah 2 kali cubitan istri saya mendarat di rusuk saya,mengisyaratkan,agar saya jangan melanjutkan pertanyaan jahil lagi
Inilah cuplikan percakapan kami dua tahun lalu. Saya bersyukur,sahabat kami kendati cuma punya kendaraan bekas dan tidak punya SPBU,maupun kebun kelapa sawit dan cuma dapat mentraktir kami makan dirumah makan Padang,tapi beliau bisa tidur nyenyak dan menikmati masa tuanya bersama istri dan anak anak cucu.
Hidup yang begini,tentu saja tidak akan dimiliki,oleh mereka yang semasa menjabat,memperkaya diri sendiri dan keluarga dan kini harus menunggu dengan jantung berdebar debar,kapan surat cinta dari KPk datang .Atau malah dijemput dan langsung dikenakan rompi orange. Makanya yang masih aktif menjabat, belajarlah dari pengalaman orang orang yang sudah diciduk,agar jangan mengalami nasib yang sama.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI