Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyesal Sebelum Terlambat

30 Mei 2017   14:07 Diperbarui: 30 Mei 2017   14:15 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sangat malu,menyesal dan sedih.Tapi sesalan dan kesedihan,bahkan andaikan air mata buaya atau air mata darah keluar,orang yang sudah meninggal,tidak dapat lagi dibangkitkan. Menyesal dan mau berubah? Toh,orangnya tidak akan bangkit,lagi! Ini kesalahan dan pengalaman pribadi saya ,bukan hasil rekayasa atau ngarang.

Mengumbar Kothbah

Merasa diri sudah menjadi orang bijak lestari. Mulai berkothbah sana sini,tanpa diminta. Tanpa mengetahui kondisi sahabat atau kerabat,main tabrak saja dengan kothbah bombastis,karena yakni petuah petuah dan petata petiti yang dihamburkan,akan berguna bagi anggota keluarga dan sahabat yang lagi menderita. Lupa diri,bahwa orang yang kelaparan butuh makanan,bahwa orang sakit butuh obat,bukan kothbah.

Ketika dapat kabar,bahwa kerabat yang di gurui dan dimandikan dengan bunga rampai segala macam ceramah ,meninggal dunia.Karena ketiadaan uang untuk membeli obat.  Kita menyesal,baru sadar,bahwa orang sakit butuh uang untuk beli obat,tapi malahan yang ditumpahkan adalah kothbah,yang tidak laku dijual sepeserpun.Duduk menyesali diri,berdoa berjam jam dan minta ampun kepada Tuhan,tapi yang mati tetap mati dan harus dikuburkan,tidak bisa lagi bangkit. Hal ini terjadi,karena kita terlalu percaya diri,tanpa memahami,apa yang sesungguhnya dibutuhkan orang sakit

Penyesalan yang bermanfaat adalah  Menyesal Sebelum Terlambat

Karena itu,mari kita menyesal sebelum terlambat,dengan jalan,jangan pernah menyakini sesuatu yang keliru. Bahwa Tuhan melindungi umatNya,semua orang tahu,tapi bila kita mengendarai dengan kebut sana dan kebut sini,tetap saja akan berakibatkan kecelakaan. Kalau bukan kita yang tewas,orang lain yang akan tewas akibat ulah kita.Atau mungkin juga keduanya dan kita tidak bisa menyalahkan Tuhan, walaupun Tuhan melindungi kita,tapi manusia wajib dan bertanggung jawab atas kehidupan pribadi,keluarga dan pengguna jalan lainnya,ketika berkendara di jalan raya

Semoga tulisan ini ada manfaatnya.Untuk tidak melakukan kesalahan seperti yang  pernah saya lakukan. Menyesallah sebelum terlambat!

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun