Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyesal Sebelum Terlambat

30 Mei 2017   14:07 Diperbarui: 30 Mei 2017   14:15 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hidup tidaklah semulus seperti jalan yang tampak pada gambar,melainkan  penuh dengan perjalanan yang terjal dan sangat berbahaya,sekali terpelest,belum tentu ada kesempatan kedua ,untuk memperbaiki kecerobohan pertama.Karena itu ,menyesallah sebelum semuanya terlambat. Karena bila sudah terjadi,maka penyesalan kita tidak akan mampu mengubah apa yang sudah terjadi (foto dokumentasi pribadi)

sam-2855-jpg-592d19db27b0bd951be3e59e.jpg
sam-2855-jpg-592d19db27b0bd951be3e59e.jpg

Menyesal,Sebelum Semuanya Terlambat

Pribahasa yang mengatakan bahwa:"Tidak ada kata terlambat untuk berubah".memang mengandung kebenaran untuk hal hal tertentu. Misalnya, tidak lulus ujian,gagal dalam usaha,gagal dalam mencapai prestasi,niat untuk berhenti merokok,berhenti mabuk mabukan ,tapi ada juga hal ,yang setelah terlambat ,tidak dapat diubah lagi. Inilah yang sering dilupakan oleh orang banyak, bahwa tidak dalam semua hal,ada kesempatan kedua bagi kita.Pikiran pikiran yang menina bobokan,semisalnya :"takkan lari gunung dikejar" atau" selalu ada kesempatan lain" ,sering ditempatkan secara keliru dalam prioritas menjalani kehidupan.Maka akibatnya, orang menyesal ,setelah semuanya terlambat dan tidak dapat diubah lagi. Lost time,will never found again!

Meyakini Sesuatu Yang Keliru

Meyakini sesuatu yang keliru ,dengan mengatakan pada diri sendiri:"tidak mungkin ada yang tahu.Semua sudah saya atur. Semua staf sudah saya"service" dan pasti mereka akan tutup mulut. Maka akibatnya,tindakan korupsi berjalan terus,hingga tertangkap dalam operasi OTT. Seluruh anggota keluarga,kerabat,sahabat ikut menjadi malu. Bayangkan ,anak dan istri, mantu cucu,menengok ,suaminya, ayahnya ,orang yang selama ini dijadikan panutan,yang sudah memberikan berbagai petuah petuah bagaimana hidup secara jujur .Paham dan fasih mengutip ayat ayat kitab suci,kini wajahnya terpampang di layar kaca dan diberbagai media dan tubuhnya dibungkus dengan rompi oranye ,yang bertuliskan :"tahanan KPK"

Coba kalau hal ini,sudah terjadi,mau berubah apanya lagi? Bagaimana wajah anak istri,mantu dan kerabat mau dipoles,agar tidak malu? Sudah terlambat untuk berubah!

Main Chattingan  Asyiik

Main chatting chattingan sangat mengasyikan,hingga lupa diri .Sering main ci lu bak.dengan orang yang berlain jenis dan bukan siapa siapa. Yakin bahwa tidak mungkin ada yang tahu.Bahkan setanpun tidak tahu. Lupa diri,bahwa terkadang,manusia lebih pintar dari setan. Maka terbukalah main main cilubak dan seluruh anggota keluarga ,langsung menyembunyikan wajahnya dikolong meja.

Nanti Masih Ada Waktu

Ada sahabat baik atau kerabat lagi sakit,tapi kita berpikir dalam hati:" Ah,lagi asyik nonton sinetron nih,nanti kan masih ada waktu" Yakin untuk sesuatu yang tidak pasti.Ternyata suatu hari,ketika pas berkunjung,diterima oleh keluarga sahabat dengan heran dan mengatakan :'Lha,kan sudah sejak tahun lalu sudah almarhum Om"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun