Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Mau Hemat Tidak pada Tempatnya, Secangkir Kopi Terbayar 1 Juta Rupiah

16 Mei 2017   18:52 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:22 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto di depan restoran Malaysia :'Papa Rich' /dokpribadi

Akibat Mau Hemat Tidak Pada Tempatnya,Secangkir Kopi Terbayar 1 Juta Rupiah

Berhemat tentu saja sangat baik.Walaupun kalau kita menyimak ,pribahasa usang,yang berbunyi:" Hemat Pangkal Kaya" ,tidak sepenuhnya benar. Karena kalau orang berhemat saja,tanpa ada uang yang masuk,tentu tidak akan pernah menjadi kaya.Tetapi secara umum, memang tidak dapat disangkal,bahwa berhemat itu perlu menjadi dasar dalam mengelola keuangan keluarga.

Apalagi kalau tinggal di negeri orang,yang kalau mau sarapan di cafe,dengan menu sepotong roti dilapis keju dan telur,serta secangkir kopi,setidaknya harus membayar 13 -15 dolar perorang. Nah,kalau kami berdua,tentu harus dikali dua,sehingga untuk sarapan pagi saja sudah menghabiskan dana sebesar minimal 26 dolar atau setara Rp.260.000.-- Karena merasa cara ini sangat boros,maka sejak itu kami tidak pernah lagi sarapan diluar rumah.Sebelum keluar rumah,sarapan dirumah dengan indo mie,plus sebutir telur ayam dan secangkir capucinno,yang totalnya paling banyak 2 dolar perorang. jadi untuk sarapan,kami berdua menghabiskan hanya 4 dolar atau 40 ribu rupiah. Berarti untuk sarapan sehari saja, kami sudah berhemat Rp.260.000- Rp.40.000-- =Rp.220.000.-- (dua ratus dua puluh ribu rupiah).Nah,berarti dalam sebulan,untuk sarapan saja,sudah hemat sekian juta rupiah.

sam-3352-jpg-591ae5e4317a6144377ccc23.jpg
sam-3352-jpg-591ae5e4317a6144377ccc23.jpg
10 menit parkir,30 sen atau 3000 rupiah./foto dok.pribadi

Kembali ketopik

Tapi tentu saja,tidak dalam semua hal kita bisa berhemat,apalagi kalau menyangkut kewajiban kita,seperti sewa rumah,bayar tagihan listrik dan air,termasuk kewajiban untuk membayar uang parkir.

Tadi pagi kami ke Lakeside Shopping Centre ,untuk membeli pulsa di Counter vodafone. Begitu parkir ,langsung bayar parkir dan tiket parkirnya di letakkan di depan dashboard,agar mudah dilihat oleh petugas yang datang memeriksa.

Tiba tiba ada suara yang saya kenal,memanggil nama saya,ternyata pak Nurdin ,yang juga berasal dari jakarta dan sudah beberapa kali kami bertemu. Mulanya saya ajak ngopi bareng,tapi karena katanya mau buru buru ke Fremantle,maka rencana tidak jadi dilanjutkan. Saya bilang ,kami cuma mau beli pulsa, karena sejak kemarin,Hp saya tidak berfungsi dan sudah harus di isi ulang. Sementara pak Nurdin,hanya singgah untuk membeli secangkir kopi,yang akan dibawa dalam perjalanannya menuju ke Fremantle.

Menengok saya meletakkan karcis parkir di dashboard kendaraan,pak Nurdin mengatakan:" Lho,cuma beli pulsa koq bayar tiket parkir,sayang kan pak,buang uang Pagi pagi ginian,mana ada polisi yang memeriksa?"

Saya cuma bilang;' Pak Nurdin,lebih baik bayar satu dolar atau 50 sen,ketimbang kena tilang 100 dolar".Kalau pak Nurdin tidak bawa recehan,sama saya banyak pak '' kata saya sambil menyodorkan uang recehan kepadanya.

Tapi pak Nurdin hanya tersenyum dan terus melangkah masuk ke Cafe.Sementara saya dan istri,masuk ke kaunter Vodafone,yang lokasinya hanya berseberangan dengan Cofee Shop.

sam-3349-jpg-591ae6c441afbd6f420925ed.jpg
sam-3349-jpg-591ae6c441afbd6f420925ed.jpg
Tidak Jadi Hemat

Karena masih pagi,tidak sampai 5 menit,urusan kami beres dan HP saya sudah dapat difungsikan lagi. Kami turun tangga dan menuju ke kendaraan kami.Tiba tiba tampak dua orang Petugas Parkir ,yang menempelkan sepotong kertas di penghapus kaca kendaraan pak Nurdin. Saya sudah menebak,pasti surat tilang.

sam-3351-jpg-591ae6fe929373ef5d7b627e.jpg
sam-3351-jpg-591ae6fe929373ef5d7b627e.jpg
Selang dua menit kemudian,pak Nurdin tampak datang dengan menenteng secangkir Kopi ditangannya.Tapi ketika tiba di kendaraanya,tampak tertegun dan membaca surat tersebut.Saya langsung menjalankan kendaraan,karena tidak enak rasanya mengomelin pak Nurdin dengan kalimat:" Kan sudah saya ingatkan tadi pak" Karena sudah terjadi dan tidak bisa ditarik lagi. Akibat mau hemat satu dolar,pak Nurdin terpaksa membeli kopi dengan harga satu juta rupiah.

Untuk kali ini,:"hemat pangkal kaya'" jelas tidak berlaku,karena salah dalam menafsirkan arti kata berhemat.Karena dalam hal kewajiban untuk membayar sesuatu ,tentu saja cara berhemat tidak dapat diterapkan.. Ini baru sekedar sebuah contoh kecil,karena masih banyak kejadian lainnya,dimana orang berhemat tidak pada tempatnya,sehingga harus membayar mahal. Misalnya,tiang rumah yang sudah dimakan rayap,seharusnya sesegera mungkin diganti,tanpa memikirkan biayanya,karena mempertaruhkan keselamatan anggota keluarga. Semoga tulisan kecil ini,dapat menjadi inspirasi,untuk memaknai arti hemat,secara bijak dan arif,

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun