Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memanjakan Anak Ada Takarannya

6 Mei 2017   15:33 Diperbarui: 6 Mei 2017   15:42 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

perjalanan hidup ,melalui perjalanan panjang dan berliku/ilustrasi shutterstock

Perjalanan hidup ,melalui jalan panjang dan  berlika liku. Tidak selalu mulus dan datar tidak jarang berlubang lubang ,terjal dan berbahaya. Karena itu anak anak sejak sedini mungkin,sudah harus dilatih dan dididik,agar ketika saatnya ,harus menghadapi kerasnya kehidupan,jangan sampai menjadi gamang.

Bagi anak anak yang orang tuanya hidup berkecukupan,maka masa kanak kanak adalah masa yang paling indah. Tidak ada beban hidup yang harus dipikirin,apalagi ikut memikul beban.Yang ada dalam pikiran mereka adalah bangun,makan,sekolah,bermain dan tidur.Pokoknya semuanya sudah tersedia,hanya tinggal menikmati saja.Kesekolah diantarkan dan pulang sekolah dijemput. Alangkah nikmatnya bisa dapat merasakan hidup seperti itu

Berbeda dengan anak anak yang pagi pagi harus bangun dan menimba air dari sumur untuk mandi. Sarapan roti sumbu dan berangkat kesekolah jalan kaki ,yang jauhnya lumayan beberapa kilometer.Tidak ada uang jajan,maka ketika anak anak lain menikmati istirahat siang dengan makan satai atau lontong,bagi anak anak yang tidak mampu,diam diam ke kamar mandi dan minum air dari kran,sekedar melepaskan dahaganya.

Ketika lonceng berbunyi,tanda sekolah usai,yang lain hanya melangkahkan kaki keluar pekarangan sekolah,sudah ada yang menjemput.Sementara yang hidup keluarganya ,jauh dari berkecukupan,harus tegar melangkahkan kaki,untuk pulang kerumah.

Ketika Menjadi Dewasa

Ketika bertumbuh menjadi dewasa,baru tampak perbedaan sikap mental yang mencolok,antara anak anak yang dulunya hidup serba manis dan dimanja dengan anak anak yang sejak kelas 1 SD ,sudah harus berjalan kaki,pergi dan pulang sekolah.

Mereka ini sudah terlatih sejak kecil,hidup mandiri dan tahan menderita.Sehingga menghadapi masalah masalah hidup,mereka tidak merasa gentar.

Sebaliknya,anak anak yang dulunya hidupnya dimanja,tiba tiba merasa shock,karena harus menghadapi kehidupan yang keras .Baru memahami,bahwa tidak dalam semua hal,uang dapat menyelesaikan segala galanya.

Beratnya beban hidup membuat banyak dari antara mereka yang  tidak sanggup untuk menjalaninya.Mereka menjadi takut menjalani kenyataan hidup,yang menyebabkan.  kondisi jiwa mereka menjadi semakin terguncang,

 Tentu saja hal ini  akan sangat  berpengaruh kepada kondisi kesehatan mereka Karena bila jiwa mengalami kegoncangan atau sakit maka manusia ikut sakit pula.Yang dapat ditengok melalui gejala phisik dan sikap mentalnya..Jiwa yang terguncang bila dihadapkan pada kondisi-kondisi yang tidak di harapkannya,berpotensi menyebabkan orang semakin takut menghadapi kenyataan hidup Bahkan memikirkan tentang masa depan yang begitu menakutkan,dapat menyebabkan orang  menjadi tidak tenang dalam mengahadapi persoalan hidupnya,menjadi labil dan emosional serta tidak sanggup untuk menjalaninya.

Sebagian besar dari teman teman sekolah ,yang dulu hidupnya sangat enak dan dimanja,justru ketika sudah dewasa,rata rata tidak mampu  berhasil meraih cita cita hidupnya. Sepertinya ,alam membalikan semuanya,.yakni yang semasa kanak kanak hidupnya enak dan dimanja,justru ketika dewasa dan sudah berkeluarga,hidupnya jauh dari dapat disebutkan berkecukupan.

Sementara itu ,anak anak yang dulunya ,pulang pergi sekolah jalan kaki dan sepulang sekolah ,masih harus ikut menolong orang tua,dengan berjualan telur asin atau goreng pisang,justru setelah dewasa,mampu mengantarkan keluarganya hidup dalam kecukupan.

Belajar dari Pengalaman Pahit Orang Lain

Belajar dari pengalaman pahit orang lain,maka walaupun kini hidup kami sudah berubah total dan anak anak,berserta keluarganya,walaupun tidak dapat disebut kaya,tapi sudah hidup dalam kecukupan. Namun semua cucu cucu kami,sejak dari Kelas 6  SD sudah dididik untuk kesekolah berjalan kaki.Baik yang berada di Jakarta,maupun yang tinggal di Australia.

Mereka hanya dibekali dengan uang jajan ala kadarnya,agar dapat makan dikantin sekolah,karena sekolah mulai sejak jam 9.00 pagi dan baru usai jam 2.45 sore. Karena kami tidak ingin,kelak ketika mereka beranjak dewasa,menjadi gagap dalam menghadapi berbagai masalah hidup,yang terkadang keras dan gersang.

Karena itu,bagi para orang tua,yang beruntung kondisi ekonominya mantap,mungkin perlu dikaji ulang,untuk tidak terlalu memanjakan anak anak mereka,agar jangan sampai menyesal dibelakang hari.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun