Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sifat Peragu, Sangat Membahayakan

20 April 2017   06:49 Diperbarui: 20 April 2017   09:40 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto bersama anak,mantu dan cucu)

Mendaki bukit yang penuh batu batuan ,menjadi sangat berbahaya ,bila kita ragu ragu.harus mampu membedakan mana batu yang dapat dijadikan tempat berpijak dan mana yang tidak.Setiap langkah pasti mengandung resiko,yakni kita bisa saya tergelincir,apalagi diusia sudah memasuki tahun ke 74.Maka perlu melangkah dengan mantap dan hati hati.

Sifaf Peragu Sangat Membahayakan

Sifat peragu tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri, tapi juga dapat membahayakan orang lain. Ada begitu banyak contoh dari kehidupan yang dijalani setiap hari misalnya ketika akan menyeberang di jalan raya, ketika tiba ditengah jalan tiba-tiba menengok begitu banyaknya kendaraaan,maka timbullah keraguan. Menghentikan langkah dan akibatnya tersenggol oleh kendaraan yang berlalu lalang atau karena ragu-ragu menyebabkan timbulnya rasa panik dan langsung berlari berbalik arah. Akibatnya sudah dapat diduga, bukan hanya diri kita yang dapat celaka tapi orang yang kaget karena kita tiba-tiba berbalik menjadi gugup dan menabrak kendaraan lainnya.

Kejadian ini bisa menimpa diri kita ataupun menyaksikan terjadi atas diri orang lain. Akan tetapi sifat manusia itu pelupa. Apa yang tampak atau apa yang dialami hanya singgah sebentar dalam memori untuk kemudian dilupakan. Tanpa tergerak hati kita untuk menjadikannya pelajaran hidup bahwa apa yang sudah  terjadi pada orang lain bukan tidak mungkin terjadi pada diri kita dan apa yang sudah pernah kita alami sendiri, boleh jadi akan terulang lagi bila kita tetap tidak mau belajar dari kesalahan yang sudah terjadi. Bahkan bukan tidak  mungkin mengalami akibat yang lebih parah bahkan fatal.

Buang Sifat Peragu

Hati-hati dalam memutuskan sesuatu dan hati-hati dalam melangkah merupakan hal yang mutlak harus dijadikan dasar dan pegangan dalam hidup kita tapi hati-hati itu beda total dengan ragu-ragu. Orang yang peragu adalah orang yang kurang percaya diri bahkan bila dibiarkan berlanjut akan meningkat menjadi orang yang kehilangan rasa pecaya diri. Ragu karena tidak yakin bahwa keputusan yang sudah diambil adalah benar. Ragu jangan jangan salah melangkah. Hal inilah yang penting untuk dibuang jauh jauh dari diri kita.

Apapun keputusan yang diambilm pasti akan ada risiko yang mengiringinya tetapi belum tentu sesuai dengan harapan kita, namun itulah hidup penuh dengan tanda tanya. Tugas kita adalah berpikir, menimbang dengan cermat, dan memutuskan,serta melangkah.

Sekali sudah memutuskan maka hargailah keputusan kita sendiri. Kalau ternyata keputusan yang sudah diambil keliru, tidak mengapa karena itulah proses pembelajaran diri. Karena hidup itu sendiri adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir.

Orang Tidak Suka Berurusan Bila Kita Peragu

Tak seorangpun suka berurusan dengan orang peragu. Setiap kali diminta untuk memutuskan, selalu mengelak atau menjawab "Nanti akan saya jawab, akan saya pikirkan atau akan saya rundingkan dulu"

Apalagi dalam berbisnis, bila dalam tawar menawar kita selalu menjawab "Akan saya pikirkan dulu" maka orang akan meninggalkan kita, Tidak ada orang yang mau berurusan dengan kita karena hanya akan membuang buang waktunya.

Atau kita mengikuti lelang terbuka, mana ada waktu untuk berpikir  karena orang sudah memikir sebelum lelang dimulai. Dalam hatinya sudah ada keputusan bila harganya maksimal sekian, akan saya beli. Tidak jarang dalam hidup ini kita dihadapkan pada "It's now or never atau take it or leave it" Tidak ada waktu untuk ragu-ragu. Sekali kita membiarkan kesempatan berlalu, belum tentu seumur hidup kesempatan yang sama akan datang lagi. " Lost time, will never found again" Waktu atau kesempatan yang kita biarkan berlalu, boleh jadi tidak lagi akan pernah diraih  kembali.

Ketika Mengendarai Kendaraan

Ketika mengendarai kendaraan bermotor maka kita hanya diberi waktu satu detik untuk mengambil keputusan. Mau terus belok kiri atau belok kanan maupun  berhenti. Bila ragu dalam satu dua detik, maka bisa jadi kecelakaan tidak dapat dihindarkan lagi.

Untuk dapat sampai ketahap ini, tentu tidak datang secara serta merta melainkan melalui proses pembelajaran diri yang tidak pernah diajarkan dibangku kuliah manapun. Belajar memutuskan dari hal-hal kecil dan tampak sepele untuk melatih sikap mental dan membangun rasa percaya diri.

Pengalaman Pribadi

Akibat ragu-ragu saya beberapa kali hampir mati, Sekali waktu saya berburu tupai diminta oleh penduduk kampung karena tupai sudah merupakan hama bagi kebun kelapa mereka. Tupai yang saya tembak jatuh di balik pagar bambu. Untuk mendapatkannya, agar tidak membusuk disana maka saya memanjat pohon kelapa untuk melompat kebalik pagar. Akan tetapi ada setitik keraguan ketika saya memutuskan melompat, akibatnya kaki celana saya tersangkut dan saya jatuh pas di pagar bambu runcing. Paha saya bagaikan tersate hingga ke batas perut. Syukur saya masih hidup. Hingga kini, masih membekas jahitannya sepajang 15 cm dibatas paha hingga ke perut.

Hal ini saya jadikan pelajaran berharga dan semoga jadi pelajaran juga bagi banyak orang, bahwa kalau ragu-ragu hentikan langkah, jangan bertindak karena dapat membahayakan keselamatan diri seperti yang saya alami.

Langkah Langkah Yang  Perlu

  • Dalam kondisi  apapun, berpkirlah secara logis
  • jangan terbawa perasaan
  • jangan bertindak terdorong emosi
  • keselamatan diri dan keluarga ,serta orang lain prioritas utama
  • materi prioritas kedua
  • dalam perkara besar,perlu dipertimbangkan saran yang masuk
  • kalau lebih banyak negatif dari positifnya,jangan melangkah
  • yakin,putuskan  dan laksanakan
  • apapun hasilnya ,adalah resiko hidup
  • hargailah keputusan diri sendiri
  • karena hal ini,akan memupuk rasa percaya diri

Artikel ini saya tulis,berdasarkan pengalaman pribadi,selama dua puluh tahun memimpin sebuah organisasi sosial,yang melibatkan beragam komunitas dan latar belakang kehidupan ,hingga saat ini.

Semoga ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun