Kisah tersebut sudah lama berlalu.Saya tidak ingat lagi,apakah sudah pernah menceritakannya atau belum. Tapi kejadian ini menjadi alaram bagi kami sepanjang hayat.Setiap kali ada rasa enggan membantu orang,maka kami ingat,bahwa putra kami saja diusia balita sudah mampu menerapkan hidup berbagi.sementara kondisinya sendiri sedang sakit dan menderita.
Dan anak yang sakit itu,hari ini mengirimkan pesan kepada saya,bahwa ingin menemui kami dan khusus akan terbang dari Pekanbaru ke Jakarta,untuk menyatakan rasa terima kasihnya. Dalam pesannya via WA, "anak" tersebut ,memperkenalkan diri :"Bapak dan ibu,nama saya Syarifuddin. Menurut ibunda saya,putra bapak yang dulu telah memberikan uang tabungannya untuk membeli obat bagi saya. Kini usia saya sudah 49 tahun.Berkat doa Bapak dan Ibu ,saya sudah menjadi pengusaha di Pekanbaru.Salam takzim dari ananda.Syarifuddin"
Tulisan ini ,sama sekali tidak bermakud menyanjung diri sendiri,melainkan sekedar berkisah,bahwa adalah sebuah kebahagiaan tak terhingga bagi kita,bilamana bantuan yang kita berikan,dapat menjadi jalan keselamatan bagi orang.Kita tidak mungkin membantu orang,hanya disaat saat kita lagi mood,tapi menjadikan setiap waktu untuk siap membantu orang,sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri kita.Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H