Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Itu Harus Seperti Apa?

31 Maret 2017   16:52 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Wollongong, saya dan teman saya,sama sama menaman dua buah biji alpukat beberapa tahun lalu. Pada hari yang sama ,saya menanamnya di laman belakang rumah putri kami,sedangkan teman kami,menanamnya di laman belakang rumahnya.

Kemudian biji yang ditanam tumbuh . Dan kami setiap hari merawatnya,memberikan pupuk dan menggemburkan tanah sekitarnya. Memasang kayu kayu penyanggah,agar tidak roboh tertiup angin kencang.

3 tahun kemudian ,biji alpukat yang saya tanam sudah berbuah.  Walaupun panen pertama hasilnya hanya belasan buah,tapi kami sudah sangat senang. Tetapi pohon alpukat dirumah teman kami,belum menampakkan tanda tanda akan berbuah

Tahun berikutnya ,pohon alpukat kami panen luar biasa.Dahannya sampai merunduk runduk ,saking banyaknya buahnya. Kalau saya taksir sekitar 400 buah alpukat dari satu pohon.Sedangkan pohon yang satu lagi,juga berbuah ,tapi hanya belasan buah.Baru pada tahun ke 5 ,ikut menghasilkan buah yang lebat,walaupun tidak sebanyak pohon satunya lagi

Sebaliknya pohon alpukat dirumah teman kami,hanya berbunga ,tapi tidak menghasilkan buah dari kedua pohon alpukatnya. Padahal apa yang saya lakukan,juga diterapkan dirumahnya.  Ia sangat kecewa. Saya sudah jelaskan,kemungkinan kondisi tanahnya berbeda,sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang ,untuk menghasilkan buah.

Tapi karena merasa kecewa, sama sama menaman, tapi kami sudah dapat menikmati buahnya secara melimpah,sehingga dapat dibagi bagikan kepada tetangga dan teman teman.sementara pohon yang ditanam dilaman rumahnya, hanya berbunga,tapi belum juga berbuah. Akhirnya kedua pohon  tersebut ditebang dan selamanya teman kami tidak akan pernah lagi menikmati buah alpukat yang dipetik dari pohon sendiri.

Karena sudah mematok harga mati,kalau pohon dirumah kami sudah berbuah,maka seharusnya pohon dirumahnya ,sudah harus berbuah juga, Karena sama sama di tanam pada hari yang sama . Tidak sabar menunggu dan pohonnya ditebang  kedua duanya.Teman saya lupa,bahwa walaupun kita yang menanamnya,namun pohon memiliki aturan dan lika liku hidup sendiri,yang tidak dapat dipatokan harga mati,bahwa tahun kesekian,harus berbuah. Bisa saja, karena berbagai kekurangan pada tanahnya,maka akan mengalami keterlambatan untuk berbuah"

Seperti itulah kira kiranya perjalan hidup kita,yang tidak dapat dipatok secara sistematika dan matematika,bahwa setelah saya berusaha sekian tahun, saya juga harus sudah berhasil seperti orang lain. Karena walaupun yang dijalani adalah hidup kita sendiri,namun hidup itu memiliki alur dan  misteri tersendiri.Satu satunya jalan adalah tetap berusaha,kerja keras dan sabar menunggu. Karena ada pernak pernik kehidupan,yang tidak dapat dipatok berdasarkan penanggalan kalender.

Semoga tulisan  ini,tidak hanya dapat menjawab pertanyaan pak Hadi,tetapi ada manfaatnya juga bagi orang banyak.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun