Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Itu Harus Seperti Apa?

31 Maret 2017   16:52 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hidup itu penuh dengan misteri,tak dapat dipatok bersandarkan logika dan matematika. Inilah yang dinamakan pelajaran hidup/ilustrasi dok.pribadi

Hidup Itu Harus Seperti Apa?

Sore ini,saya membaca,ada beberapa pesan melalui inbox dan saya mencoba menjawabnya satu persatu,agar jangan sampai menumpuk numpuk. Hal ini sudah menjadi pekerjaan rutin sejak saya pensiun sebagai Pengusaha. Dan bagi saya,bukanlah sesuatu yang membebani,malahan senang ,dapat mengisi hidup dengan berbuat hal hal yang bermanfaat bagi orang lain,.Walaupun lewat konsultasi surat menyurat dan mengaplikasikannya melalui tulisan saya di Kompasiana.

Salah satu dari isi surat tersebut adalah ,sebagai berikut:

"Dear Pak Tjipta,

Saya Hardi dari Jawa Timur. Mohon bantuannya,mungkin ada jalan keluar yang dapat saya lakukan agar keluar dari kemelut kehidupan yang sudah membelit saya selama bertahun tahun.

Hidup yang selalu diisi dengan penuh keluh kesah,tidak baik. Karena keluh kesah berkepanjangan, menunjukkan bahwa diri kita adalah sosok yang tidak tahu bersyukur. Keluh kesah tidak akan mengubah apapun,malahan semakin memperburuk keadaan.Kata orang pintar,:"Meratapi nasib,tidak akan mengubah apapun".Saya mengerti dan memahaminya ,serta selalu menjaga agar jangan sampai terjerat oleh hidup yang berkeluh kesah sepanjang hari.

Bahkan bahwa dalam hidup itu ,jangan bermimpi terlalu muluk muluk.Karena over expectation ,karena semakin tinggi mengharap,semakin berpotensi menghasilkan kekecewaan. Hal ini juga sudah saya wanti wanti dalam diri sendiri.Bahkan saya sudah :"menurunkan " tingkat harapan yang ingin saya capai dalam hidup ini,untuk menghindari terjadinya kekecewaan.

Bahwa sehebat apapun badai kehidupan yang dihadapi, suatu waktu badai pasti berlalu.

Terkait yang saya alami, mungkin karena kesalahan saya dalam menilai hidup ini Pak, jadinya membekas dan menjadi prinsip.

  • 1. Bahwa setelah badai berlalu, kita akan cukup kuat menghadapi badai berikutnya
  • 2. Bahwa apabila kita sudah bekerja keras, mengorbankan waktu dan tenaga bahkan ego, kita akan mendapat apa yang kita cita citakan
  • 3. Bahwa jika kita menurunkan target, (tidak mau yang muluk - muluk, tidak berharap terlalu tinggi), maka kita tidak akan dikecewakan keadaan.Ternyata semua prinsip prinsip hidup yang banyak disebut sebut orang dan Motivator ulung,sudah saya terapkan,tapi ternyata tidak terbukti kebenarannya.

Mungkin Bapak menilai saya NAIF.

Saya ingin untuk merubah prinsip - prinsip diatas, tapi sampai saat ini belum berhasil.Mohon Bapak berkenan kiranya membantu membuka mata saya tentang "hidup itu seharusnya seperti apa?"

Terima kasih,

Salam dari Hadi

Jawaban saya:

"Dear Pak Hadi

Terima kasih sudah menghubungi saya. Pesannya sudah saya baca dengan seksama. Menurut saya tidak ada yang salah ,dari apa yang sudah diterapkan dan disebutkan di dalam tulisannya.

Semua sudah tepat,tapi saya dapat membaca nada kecewa yang mendalam,dari kalimatnya yang berbunyi. :"Walaupun sudah  mengikuti semua aturan permainan dalam hidup ini,ternyata tidak terbukti kebenarannya." setidaknya menurut pengalaman pak Hadi.Yang tertuang dalam kalimat tanya:" Hidup itu seperti apa seharusnya?"

Walaupun tidak secara  to the point mengatakannya,tapi jelas tertangkap ,bahwa karena merasa sudah melakukan segala sesuatu dengan sebaik baiknya,tapi ternyata tidak ada perubahan sama sekali dalam kehidupan. Sehingga mencuat persepsi dan melahirkan keyakinan dalam diri pak Hadi,bahwa semua teori atau pesan pesan pelajaran hidup tersebut adalah tidak benar.

Analogi

Hidup itu memang penuh dengan misteri misteri,yang terkadang tidak terjamah oleh nalar dan kemampuan berpikir manusia. Hidup itu tidak semata berdasarkan logika.bahwa bilamana melakukan hal yang sama,maka akan mendapatkan hasil yangsama juga.

Sama Sama Menanam Bibit,Tapi Panennya Berbeda

Di Wollongong, saya dan teman saya,sama sama menaman dua buah biji alpukat beberapa tahun lalu. Pada hari yang sama ,saya menanamnya di laman belakang rumah putri kami,sedangkan teman kami,menanamnya di laman belakang rumahnya.

Kemudian biji yang ditanam tumbuh . Dan kami setiap hari merawatnya,memberikan pupuk dan menggemburkan tanah sekitarnya. Memasang kayu kayu penyanggah,agar tidak roboh tertiup angin kencang.

3 tahun kemudian ,biji alpukat yang saya tanam sudah berbuah.  Walaupun panen pertama hasilnya hanya belasan buah,tapi kami sudah sangat senang. Tetapi pohon alpukat dirumah teman kami,belum menampakkan tanda tanda akan berbuah

Tahun berikutnya ,pohon alpukat kami panen luar biasa.Dahannya sampai merunduk runduk ,saking banyaknya buahnya. Kalau saya taksir sekitar 400 buah alpukat dari satu pohon.Sedangkan pohon yang satu lagi,juga berbuah ,tapi hanya belasan buah.Baru pada tahun ke 5 ,ikut menghasilkan buah yang lebat,walaupun tidak sebanyak pohon satunya lagi

Sebaliknya pohon alpukat dirumah teman kami,hanya berbunga ,tapi tidak menghasilkan buah dari kedua pohon alpukatnya. Padahal apa yang saya lakukan,juga diterapkan dirumahnya.  Ia sangat kecewa. Saya sudah jelaskan,kemungkinan kondisi tanahnya berbeda,sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang ,untuk menghasilkan buah.

Tapi karena merasa kecewa, sama sama menaman, tapi kami sudah dapat menikmati buahnya secara melimpah,sehingga dapat dibagi bagikan kepada tetangga dan teman teman.sementara pohon yang ditanam dilaman rumahnya, hanya berbunga,tapi belum juga berbuah. Akhirnya kedua pohon  tersebut ditebang dan selamanya teman kami tidak akan pernah lagi menikmati buah alpukat yang dipetik dari pohon sendiri.

Karena sudah mematok harga mati,kalau pohon dirumah kami sudah berbuah,maka seharusnya pohon dirumahnya ,sudah harus berbuah juga, Karena sama sama di tanam pada hari yang sama . Tidak sabar menunggu dan pohonnya ditebang  kedua duanya.Teman saya lupa,bahwa walaupun kita yang menanamnya,namun pohon memiliki aturan dan lika liku hidup sendiri,yang tidak dapat dipatokan harga mati,bahwa tahun kesekian,harus berbuah. Bisa saja, karena berbagai kekurangan pada tanahnya,maka akan mengalami keterlambatan untuk berbuah"

Seperti itulah kira kiranya perjalan hidup kita,yang tidak dapat dipatok secara sistematika dan matematika,bahwa setelah saya berusaha sekian tahun, saya juga harus sudah berhasil seperti orang lain. Karena walaupun yang dijalani adalah hidup kita sendiri,namun hidup itu memiliki alur dan  misteri tersendiri.Satu satunya jalan adalah tetap berusaha,kerja keras dan sabar menunggu. Karena ada pernak pernik kehidupan,yang tidak dapat dipatok berdasarkan penanggalan kalender.

Semoga tulisan  ini,tidak hanya dapat menjawab pertanyaan pak Hadi,tetapi ada manfaatnya juga bagi orang banyak.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun