Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untung Saya Tidak Percaya Mentah-mentah Apa Kata Orang

14 Maret 2017   16:33 Diperbarui: 15 Maret 2017   00:01 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona



Jangan Sembarangan Percaya Kata Orang

Jangan sembarangan percaya kata orang,terutama bila yang dikatakannya bersifat negatif atau menakuti nakuti. Saya sudah membuktikan berkali  kali,bahwa :"kata orang " itu hampir semuanya adalah hoax.

Salah satunya adalah :"kata orang " tentang Aceh. Sudah sejak lama kami ingin berkunjung ke Aceh . Karena dari sini,maksudnya kami mau berkunjung sekalian ke Titik Nol Indonesia. Tetapi setiap kali kami menceritakan kepada teman teman,mereka menunjukkan wajah kaget ,seakan saya bercerita mau ke Suriah. Padahal saya dan istri hanya ingin mengunjugi Aceh,karena salah satu dari ponakan kami yang wanita ,menikah dengan pria Aceh dan hubungan kami sangat baik.

"Apa nggak salah pak? Bapak kan tahu Aceh itu kota Serambi Mekah. Mereka itu begini begitu, apalagi bapak dan ibu,maaf kan orang Tionghoa dan Katholik lagi. Jangan cari bahaya pak". begitu saran dari teman kami. Dan bukan hanya satu,melainkan ada beberapa orang yang melarang. Tapi kami sudah bertekad,kami akan ke Aceh,apapun bahayanya.

Ternyata Hanya Kabar Hoax

Ketika tiba di Bandara Aceh,kami dijemput oleh pak Asrul Adami dan  pak Jasman. Diajak makan masakan khusus Aceh dan diantarkan ke Hotel Lading. Dihotel Lading,kami diterima dengan sangat ramah oleh Pak Haji,pemilik hotel.Tak tampak segurat wajah curiga atau wajah yang menunjukkan suatu yang yang tidak disukai.Kami beristirarat ,karena sorenya mau dijemput lagi,untuk diajak jalan jalan. Kami  bertemu dengan beberapa orang tamu hotel dan sama sekali tidak ada tampang ,tidak suka tengok wajah kami.

Diajak Jalan jalan

Setelah sempat beristirahat sekitar satu jam,kami dijemput kembali oleh pak Asrul Adami dan Jasman.Diajak minum kopi luwak dan kemudian berkunjung ke Kampung Persahabatan Indonesia - Tiongkok.

 Kampung persahabatan Indonesia-Tiongkok ini lebih dikenal dengan Kampung Jacky Chan terletak di di perbukitan Desa Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar Mengapa lebih dikenal Kampung Jacky Chan? Padahal, yang membangun pemerintah Tiongkok?

Menurut penjelasan Jasman, yang adalah pegawai negeri di Banda Aceh, yang mensponsori dan menggalang dananya Jacky Chan. Namun, dalam prasasti, yang ditulis dalam tiga bahasa: Indonesia-Tiongkok dan Inggris, disebutkan bahwa Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok itu didanai China Charity Federation and Red Cross Society of China. Dan, pelaksanaan pembangunan dilakukan langsung oleh kontraktor Tiongkok, yakni Synohydro Coorporation China, yang diresmikan 19 Juli 2007

Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004.Pengadaan hunian khusus untuk korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok

Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh. Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta atau setara dengan 75 milliar rupiah itu diresmikan.

 Gerbang Bernuansa Tiongkok

Begitu kendaraan memasuki gerbang perkampungan Jacky Chan ini, cukup lapang dan tampaknya memang sengaja di disain dengan gaya arsitektur Tiongkok. Seperti yang sering kita lihat di beberapa lokasi “China Town” di berbagai kota.

Masjid megah dalam komplek perkampungan Jacky Chan / (Foto: Tjiptadinata Effendi) Menengok semuanya ini, dapat dipahami, mengapa perumahan korban tsunami yang dibangun pemerintah Tiongkok di perbukitan itu sangat dikenal warga Banda Aceh, Kampung Jacky Chan sungguh sangat strategis. Selain berada di ketinggian sekira 300 meter, juga berjarak sekira 1,5 kilometer dari pantai.

 Kami sempat turun sesaat dan sambil berjalan, memotret sana sini, kami juga disapa oleh warga setempat. Ternyata penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.

 “Warga disini hidup rukun dan damai “, kata Pak Asrul yang terlibat secara langsung sebagai pengawas bangunan disini .” Di Kampung Jacky Chan ini, warga hidup berbaur : karyawan nelayan, petani, tukang ojek, pedagang, maupun wiraswasta. Dari sisi etnis, disini tinggal keturunan Aceh-Jawa, Padang, Tionghoa, dan suku yang lain. "Mereka semuanya hidup saling menolong". Jelas Pak Asrul menutup penjelasannya tentang pernak pernik Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok ini.

Kunjungan singkat ini, telah membuka mata hati saya, bahwa contoh hidup damai dalam keberagaman yang telah diterapkan oleh warga aceh ,yang dijuluki “Negeri Serambi Mekah“ ini, dapat menjadi inspirasi, bagi warga lainnya di tanah air tercinta ini.

Untung Saya Tidak Percaya Mentah Mentah ,Apa Kata Orang

Seandainya saya percaya mentah mentah,apa kata orang,maka selamanya kami tidak akan pernah menginjakkan kaki di Banda Aceh dan selama lamanya dalam pikiran kami,tertanam bahwa orang Aceh itu pembenci orang orang non Muslim. Ternyata semuanya hoax, Buktinya sahabat kami banyak di Aceh dan hingga saat ini,hubungan kami termap sangat baik ,Kami berdua,bahkan diajak makan dirumah salah seorang teman di Jantho dan kami makan,tanpa keraguan setitikpun. Kalaupun ,mungkin saja ada satu dua yang tidak menyukai kami,hal itu sangat wajar. Karena tidak ada suku bangsa di dunia ini, yang seratus persen baik,

Hingga kemarin tanggal 13 Maret 2017,kami masih saling kontak dengan teman teman di Aceh.Semoga menjadi masukan yang berguna untuk orang banyak,

Tjiptadinata effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun