Jangan Biarkan, Keharmonisan Rumah Tangga,Kalah Dengan Televisi
Walaupun mungkin saja,kita belum beruntung menjadi orang penting dalam lingkungan komunitas dan masyarakat disekeliling  .Mungkin saja diri kita bagi orang lain,bukan apa apa dan bukan siapa siapa,tapi minimal bagi kedua orang tua ,maupun pasangan hidup dan anak anak ,kita adalah sosok yang penting bagi mereka.
Mengacu pada pola inilah kita menjalani hidup dalam keseharian. Ada begitu banyaknya hal hal penting yang harus dilakukan,tapi semuanya membutuhkan waktu dan tenaga kita,yang tidak mungkin semuanya secara serta merta dikerjakan dalam waktu bersamaan. Maka ditangan kita ada pilihan. Mana yang patut didahulukan dan mana yang perlu dinomor dua dan selanjutnya.
Dalam kondisi dan situasi inillah sikap mental dan harkat diri  kita dipertarukan dan dinilai.Bukan oleh juri,tapi oleh keluarga kita sendiri. Bagi diri pribadi,mungkin saja,nonton sepak bola,merupakan hal yang sangat penting, Sementara bagi kaum wanita dan ibu rumah tangga,menonton Sinetron Korea,merupakan hal yang sangat mendesak.
Hal yang tampaknya sepele,tapi tidak jarang ,menjadi penyebabnya hancurnya rumah tangga,karir dan rasa kekeluargaaan. Karena salah menempatkan kepentingan. Hal yang seharusnya menjadi prioritas utama,yakni kepentingan anak dan istri  menjadi prioritas utama,malah kalah dengan kepentingan hobbi.
Dari hari kehari,secara tanpa sadar,banyak orang yang terhanyut dan terbuai oleh kenikmatan menekuni hobbi,sehingga melupakan kewajiban terhadap keluarga dan perkerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab.Baik sebagai Kepala Rumah Tangga,maupun sebagai Ibu Rumah Tangga.
Bahkan ketika ada tamu yang datang berkunjung,saking terobsesinya oleh kenikmatan hobbi,hanya menyalami ala kadarnya . Kemudian sambil mengobrol,mata terus menatap layar kaca. Entah itu menonton pertandingan sepak bola,maupun menonton Sinetron Korea.
Pertanyaan tamu ,hanya dijawab asal asalan,sehingga tamu merasa tidak dibutuhkan dan tidak dihargai,maka meninggalkan rumah kita.Padahal datang dari jauh jauh ,karena rasa kangen ,ternyata diterima dengan sangat dingin dan cuek bebek.
Lantaran Menekuni Hobbi.Pasangan Hidup Sudah Tidak Penting Lagi
Orang tidak hanya bisa tergila gila oleh para scammers yang ganteng dan cantik menawan,tapi tidak sedikit  yang tergila gila pada hobbinya. Sehingga perlahan lahan tapi pasti,pasangan hidup sudah menjadi tidak lagi berarti .
"Pa,makan malam sudah disiapkan.Kami sudah menunggu dimeja makan" Â kata istri tercinta.Tapi dijawab sang suami yang gila bola :" Hmm Mama makan saya sama anak anak ya,lagi seru nih ..." sambil wajah sama sekali tidak menengok kearah istri tercinta.
Dilain sisi,suami sudah menunggu dimeja makan bersama anak anak ,namun sudah beberapa kali dipanggil , istri tercinta dan ibu dari anak anak,masih terus terpesona memandangi bintang pujaannya di Sinetron Korea. Walaupun akhirnya dengan uring uringan,berdiri dan duduk makan bersama,namun kentara benar ,ada rasa keterpaksaan.Sehingga buru buru menyelesaikan makan malam dan hanya berbicara ala kadarnya. Apalagi ,kalau bukan ingin sesegera mungkin melanjutkan menekuni hobbi.
Bukan Kisah Fiktif
Ibarat porselein,retaknya bukan karena terbanting,tapi karena sering tersenggol dengan benda benda keras.Begitu juga dengan keretakan dalam rumah tangga,bukan semata lantaran suami atau istri selingkuh,tapi  karena sering dikecewakan dengan sikap dari pasangan hidupnya. Yang berlanjut dengan saling mendiamkan dan berakhir dengan  musnahnya home sweet home ,bagi seluruh anggota keluarga
Rumah,yang seharusnya ,bukan hanya sekedar tempat berteduh,tapi dimana orang saling berbagi kasih,ternyata sudah dikalahkan oleh benda mati,yang namanya Televisi. Penyebab utamannya adalah karena orang tidak dapat membedakan,mana yang patut didahulukan ,mana yang  dinomor duakan.
Karena hanya mengikuti kata hatinya,yakni :"hobbi!".Demi hobbi,maka kewajiban sebagai kepala rumah tangga atau sebagai ibu rumah tangga,terabaikan .Dan akhirnya berujung pada hilangnya kebahagiaan dalam rumah tangga.
Sebelum segala sesuatu sudah terlanjur hangus,alangkah baiknya,sejak sedini mungkin,kita sadar diri,untuk mengedepankan kewajiban terlebih dulu,baru kemudian dilengkapi dengan menekuni hobbi.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H