Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Telinga dan Hati Perlu Disuntik

21 Februari 2017   08:53 Diperbarui: 21 Februari 2017   09:22 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapat menikmati hidup ,bersama pasangan hingga di usia tua, adalah sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai bagi kami berdua/dokumentasi pribadi./kami tinggal hanya 500 meter dari lokasi pantai ini| Dok pri

Ketika mendapatkan gangguan kesehatan, maka tentu kita berupaya untuk mencari obat atau apapun cara ,sehingga kita bisa pulih. Dimulai dengan minum herbal, seperti daun delima, minum jus atau makan buah yang banyak. Tapi ketika semua usaha berupa minuman lezat atau makanan enak tidak memberikan hasil, akhirnya kita terpaksa harus ke dokter, dikasih resep untuk membeli obat di Apotek.

Yang namanya obat sudah pasti tidak enak, karena pahit tapi demi untuk dapat meraih kesembuhan diri, obat sepahit dan semahal apapun kita minum. Tapi ternyata, tidak semua obat memberikan efek kesembuhan. Sudah habis jatah minum obat sehari 3 kali, ternyata gangguan kesehatan masih betah bersama kita. Maka cara yang biasa ditempuh adalah kembali lagi mengunjungi dokter .

Menengok pasiennya datang lagi dokter sesungguhnya tidak enak hati, walaupun setiap datang pasien akan bayar  lagi. Berarti resep obat yang diberikan tidak tepat sasarannya. Buktinya, pasien datang lagi dengan keluhan yang sama bahkan semakin berat. Maka jalan lain yang dapat dilakukan adalah suntik. Bisa di lengan, bisa di paha atau mungkin  juga bisa di kening. Yang namanya disuntik itu pasti bukan dielus elus, tapi ditusuk dengan jarum runcing. Pasti sakit, tapi sudah disakiti lewat suntikan, ternyata orang ikhlas mau bayar lagi. Sebuah suntikan sesungguhnya dua kali menyakitkan diri kita. Pertama tubuh kita ditusuk pake jarum dan rasa sakit kedua adalah harus bayar lagi, tapi demi untuk meraih kesembuhan semuanya kita jalani.

Telinga dan Hati Perlu Disuntik

Dulu sewaktu masih muda, saya merasa amat tersinggung ketika disuntik oleh Om saya lewat kata-katanya 

”Effendi. jangan hidup seperti ayam yang mengais pagi sore hanya untuk dimakan pada hari ini. Kelak bila sudah tidak mampu mengais lagi akan mati kelaparan.”

Jujur, saya sakit hati mendapatkan nasihat yang pada waktu itu saya anggap sangat kasar dan  menyakitkan hati. Berbulan-bulan saya tidak mau mengunjungi Om saya bahkan tidak mau menyapanya. Saya merasa terhina disamakan dengan ayam.

Tetapi suatu ketika, seekor ayam yang sudah bertahun-tahun saya pelihara mati di kandangnya. Saya sedih , ketika saya angkat, saya kaget karena ayam ini sangat kurus, hingga tulang belulangnya menonjol. Tampaknya karena hidup kami sendiri melarat, sehingga tidak  sempat memperhatikan bahwa karena sudah tua ayam ini tidak lagi bisa mengais dan mencari makan sendiri dan akibatnya ia mati kelaparan di kandangnya.

Memetik Hikmahnya

Malam harinya saya tidak bisa tidur. Karena sedih ayam yang saya perlihara dari sejak baru menetas mati karena kelaparan. Tiba-tiba, bagaikan tersengat listrik saya tersentak. Ingat apa yang dikatakan Om saya beberapa bulan sebelumnya.  Saya merinding. Saya tidak mau hidup dan mati seperti seekor ayam! Malam itu saya gelisah, beragam pikiran menerpa batin. Ada rasa khawatir hidup saya akan berakhir seperti seekor ayam.

Esok harinya, saya datangi rumah Om yang sudah berbulan-bulan saya musuhi untuk minta maaf, karena saya sudah salah paham. ”Bagus kalau anda sudah memahami.“ kata Om saya dengan serius.

Nasihat Om saya yang pada awalnya saya rasakan sebagai penghinaan ternyata mampu membuka cakrawala berpikir saya. Saya jadi ingat, ketika sakit terkadang kita perlu disuntik. Dan suntikan pasti menyakitkan, tapi bisa menyembuhkan! Tidak jarang dalam kondisi hidup melarat kita menjadi sangat sensitif. Maksud baik orang lain boleh jadi dirasakan sebagai penghinaan.

Karena itu perlu membuka hati untuk memetik hikmah dari setiap kejadian dalam hidup termasuk yang tampaknya sepele dan menyakitkan hati. Suntikan dari Om saya yang pada awalnya terasa sangat menusuk bukan hanya telinga, tapi juga hati saya,ternyata kelak menjadi obat bagi diri. Untuk selalu ingat, agar jangan sampai hidup berakhir  sebagai seekor ayam.

Hikmah yang Dapat Saya Petik

Hikmah yang dapat saya petik dari suntikan Om saya adalah hindari terlena rutinitas hidup dan jangan pernah berpikir,esok rejeki akan datang lagi. Selain itu ubah cara berpikir dan cara hidup serta berhemat dan menabung sejak muda, hingga kelak ketika tidak mungkin bekerja lagi tetap dapat menikmati hidup layak karena sudah menabung sejak sedini mungkin. Memang yang terpenting adalah hari  ini, tapi kita wajib mempersiapkan untuk hidup di hari esok. Siapa tahu kita dikaruniai usia panjang, sementara kita tidak memiliki apapun untuk menutupi keperluan hidup. Kalau sudah begini, apa lagi yang dapat dilakukan? Oleh karena itu, jangan sampai kita terbuai oleh runtinitas hidup. Perlu sadar diri sedini mungkin, sebelum semuanya terlambat

Mengawali Pagi dengan Bersyukur

Saya selalu membiasakan diri setiap subuh saat bangun tidur, membuka mata dan menggerakkan anggota tubuh, maka kata yang pertama saya ucapkan dari pikiran, hati dan mulut saya adalah ”Terima kasih Tuhan. Saya masih hidup dan sehat!” Sebagai orang yang bukan bertipe agamis, begitulah cara saya menyampaikan rasa syukur.

Ternyata dengan mengawali hari  dengan bersyukur akan mempermudah hidup  dan membukakan pintu rejeki. Kami bersyukur, walaupun jauh dari sebutan "kaya" tapi kami berdua dapat menikmati hidup layak di negeri orang. Ditambah lagi dengan anak mantu dan cucu-cucu kami yang selalu memberikan perhatian dan cinta kasih kepada kami. Mau apa lagi kalau bukannya bersyukur? diusia menapaki angka 74, kami berdua setiap hari bisa jalan jalan ke pantai sambil menikmati secangkir kopi hangat sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun