Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindarilah Pembicaraan yang Menyudutkan Orang

16 Februari 2017   09:08 Diperbarui: 16 Februari 2017   09:48 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hindari Percakapan Menyudutkan Lawan Bicara

Pembicaraan seharusnya menghasilkan hal hal positif, apalagi bila percakapan terjadi antara keluarga atau sesama sahabat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, orang tidak harus kuliah di jurusan komunikasi, karena hidup ini sendiri adalah merupakan sebuah universitas kehidupan yang bersifat multidimensional. Dimana manusia dapat belajar banyak hal yang tidak pernah diajarkan di bangku sekolah manapun di dunia ini. Hanya saja, banyak diantara kita yang terlalu angkuh,karena merasa diri hebat,sehingga melewatkan semua kesempatan emas untuk dapat belajar.

Kita mungkin merasa diri kita pintar atau orang hebat serta berpendidikan tinggi atau sedang dalam posisi penting, bahkan merupakan decision maker dalam sebuah komunitas, Namun dalam ilmu kehidupan, semuanya ada tempat dan ada waktunya dimana kepintaran atau kapasitas diri kita sebagai orang hebat digunakan. Dalam hubungan berinteraksi dalam kehidupan  bermasyarakat tetaplah rendah hati.

Berbicaralah Dengan Hati

Bila kita berada dalam pembicaraan yang bersifat politis atau bisnis, maka yang kita gunakan ketika berkomunikasi adalah pikiran semata tanpa melibatkan hati. Karena pikiran itu adalah identik dengan kecerdikan. Penuh perhitungan dan taktik. Kalah cepat dan tepat dalam mengolah pikiran akan kalah dalam bertarung. Kalah bertarung dalam bisnis artinya adalah kerugian. Karena di dalam dunia bisnis tidak jarang kita dituntut "It's now or never". Putuskan sekarang atau anda tidak pernah mendapatkan kesempatan lagi.

Ketika mengikuti auction atau lelang, jangan pernah mengikut sertakan hati karena dapat menyebabkan kita terkecoh dan terbeli barang mahal. Karena hati kita panas dan tidak mau dikalahkan oleh calon pembeli lain, maka kita tambah terus hingga barang yang dilelang jatuh ditangan kita. Namun bukannya senang, malahan menjadi murung karena terbeli barang dengan harga mahal akibat mengikuti hati yang panas.

Mengikuti auction atau lelang, maka prinsipnya "hanya menggunakan pikiran saja", tanpa mengikut sertakan peran hati. Karena pikiran penuh dengan hitung-hitungan untung dan rugi, sementara itu hati berdasarkan like or dislike atau suka atau tidak suka.

Pembicaraan Kekeluargaan atau Persahabatan

Dalam berkomunikasi antar anggota keluarga atau antar sesama sahabat,maka justru sebaliknya.Yakni jangan mengunakan kecerdikan pikiran kita,karena pembicaraan akan terfokus pada untung rugi.Berbicaralah dengan hati,maka orang akan mendengarkan dengan hati.

Hindarilah kalimat-kalimat yang menyudutkan lawan bicara. Jangan lupa, yang berada di depan kita bukanlah lawan politik atau lawan bisnis, melainkan anggota keluarga dan sahabat-sahabat kita sendiri.

Misalnya: (Kata-kata "mutiara" yang seharusnya dijauhkan)

  • "Anda belum lahir, saya sudah mengalaminya"
  • "Jangan lupa, saya ini sarjana lho"
  • "Saya tidak peduli, itu bukan urusan saya"
  • "Saya yang berhak memutuskan, bukan anda"
  • " Kalau anak-anak saya semua tahu disiplin"
  • " Bagi saya, jumlah segituan hanya uang recehan"
  • "Dan seterusnya dan seterusnya"

Pembicaraan Seharusnya Menyejukkan Hati

Kalau tidak bisa menjadi pembicara yang baik, maka jadilah pendengar yang baik, yakni diam dan tersenyum serta ikut tertawa. Ada orang yang entah kejangkitan penyakit apa, setiap kalimat yang keluar dari mulutnya akan terasa sangat melukai orang yang mendengarnya. Walaupun diucapkan sambil ketawa-ketawa, tapi kata demi kata dapat merupakan sembilu yang mengiris-iris hati orang yang berada dalam percakapan tersebut.

Disamping itu, tersenyum dan ketawa seharusnya menunjukkan keikhlasan dan ketulusan hati. Tapi tidak jarang senyum dan ketawa yang tidak keluar dari hati yang tulus dapat berubah menjadi teramat menyakitkan bagi orang lain. Misalnya, ketika salah seorang dari anggota keluarga atau sahabat kita sedang membicarakan masalah pribadinya dengan maksud akan mendapatkan solusi atau saran yang baik, malah ditertawakan dengan ucapan "Kok itu saja repot. Kalau tidak cocok, ya tinggalkan saja, cari yang lain, hahahaha".

Bayangkan, curhat yang disampaikan dengan hati terluka bukannya diterima dengan hati, malahan dijadikan bahan olok-olokan. Ketawa disaat orang terluka adalah sebuah kenistaan mendalam yang menunjukkan bahwa orang yang ketawa sudah kehilangan tenggang rasa dalam dirinya.

Pelajaran Hidup yang Mutlak Perlu Dipahami

  • Kalau tidak bisa meringankan derita orang lain, jangan menambah bebannya
  • Kalau tidak mampu menghibur, jangan menambah luka dihati orang,
  • Kalau tidak dapat menjadi pembawa solusi, jangan menjadi trouble maker.
  • Kalau tidak bisa menjadi pembicara yang baik, maka lebih baik diam .
  • Kalau terlalu sulit  memberikan pujian, jangan melecehkan atau menghina orang lain.

Tulisan ini tentu saja bukan untuk menggurui siapapun melainkan hanya sekedar berbagi pengalaman hidup. "Belajar di universitas akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Belajar dari universitas kehidupan akan mendapatkan ilmu kehidupan".

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun