Jaga Jarak,Agar Jangan Sampai Terjadi Salah Paham
Baik dan ramah tamah kepada semua orang.,tentu saja,merupakan hal yang sangat baik. Akan tetapi ,harus tahu membatasi diri. Karena akibat kita terlalu perhatian,terlalu ramah dan terlalu peduli,terutama pada orang yang berlainan jenis,tanpa sadar,dapat menciptakan sebuah bahaya. Yakni terjadinya kesalahan paham . Keramahan dan perhatian yang diberikan,diterjemahkan sebagai :”menaruh hati “ atau dalam bahasa lugasnya :” merasa dicintai”
Ketika sadar,bahwa perhatian yang selama ini kita berikan,hanya sebatas karena menganggapnya sebagai anggota keluarga,kakak atau adik dan tidak lebih dari itu,akan merupakan sebuah pukulan yang menghempaskan dirinya.
Pengalaman Pribadi
Kendati kejadiannya sudah lama berlalu tapi tidak ada salahnya saya tuliskan.,dengan harapan semoga ada manfaatnya. Agar didalam pergaulan, keramahan dan kebaikan yang kita tunjukkan pada orang,,terutama yang berlainan jenis,hendaknya ada batasannya. Agar jangan sampai akibat keteledoran kita menyebabkan terjadinya salah penafsiran Bagi kita,mungkin merasa cukup dengan ucapan :” Mohon maaf.,saya hanya menganggap anda sebagai kakak saya sendiri atau sebagai adik saya “ Kemudian selesai..Tapi bagi “korban” perhatian kita yang berlebihan bisa mengalami shock. Yang dapat berakhir dengan mengisolasi dirinya.
Kisah Lama
Pada waktu saya masih di sma.Karena rumah orang tua kami cukup besar dan ada penerangan listrik,maka anak anak tetangga .yang rumahnya belum ada listrik ,numpang belajar Kami tentu saja sangat senang ,Karena ada teman belajar, agar lebih giat. Apalagi orang tua kami juga mengijinkan mereka datang,ketimbang kami yang harus belajar di rumah tetangga.
Ada beberapa orang yang rajin datang setiap malam, kendati berbeda sekolah dan beda kelasnya. Semakin hari ,kami semakin akrab,Kalau teman wanita pulang agak larut, tugas sayalah yang mengantarkan mereka pulang. Walaupun sesungguhnya rumah mereka hanya berjarak sekitar lima ratus meter dari rumah kami,tapi karena pada waktu itu belum ada lampu jalan, maka jalanan sangat sepi dan sangat gelap.
Setiap kali harus melewati jembatan yang lebarnya hanya 20 cm.,tanpa merasa apa apa, menuntun tangan mereka ,hingga melewai jembatan.
Saya katakan mereka, karena ada2 anak cewek yang rajin datang ,hampir setiap malam kerumah kami ,Dan salah satu namanya :"Silvia" (bukan nama sebenarnya) Berlangsung selama 3 tahun ,yakni sejak saya duduk di kelas 1 SMA ,hingga lulus.Tapi dibulan terakhir sebelum lulus, ada sesuatu yang membuat saya kaget. Silvia menyampaikan sepucuk surat. Ketika saya baca, ternyata isinya adalah surat cinta. (Tempo doeloe, beginilah caranya menyampaikan rasa cinta)
Saya terdiam, karena selama ini saya menggangapnya sebagai kakak saya, karena usianya lebih tua dari saya. Lagi pula saya sudah punya piihan hati ,seorang gadis cantik,namanya Lina , yang satu sekolah dengan saya. Keesokkan harinya, , ketika akan mengantarkannya pulang, saya minta maaf dan menjelaskan, bahwa saya sudah punya pilhan hati. Wajahnya terlihat sangat pucat, mungkin tidak menyangka, Karena selama ini,saya begitu perhatian terhadap dirinya,sehingga mau mengantarkannya setiap malam,pulang kerumahnya.
Disudut matanya, tampak air mata yang mengambang.… Ia mencoba menjelaskan, namun kata kata yang mampu diucapkannya, hanya:lah” Aku kira….aku kira ,,,kamu….”dan ia tidak mampu melanjutkan kata katanya..Saya dapat merasakan bagaimana terluka perasaannya , namun tidak mungkin bagi saya untuk menghianati cinta saya pada gadis pilihan saya.
Belakangan,Silvia masih tetap datang, namun berubah total menjadi pendiam. Ketika ujian akhir sudah selesai dan tinggal menunggu lulus tidaknya, pada saat saya mengantarkannya pulang terakhir kalinya, ia masih bertanya:” Apakah memang tidak ada tempat untuk aku dihatimu?”
Saya terdiam,tidak mampu menjawab, Mana tega mengatakan:’ tidak ada”. Dan diamnya saya, ia sudah memahami ,bahwa jawaban saya adalah:”tidak”.Ia menunduk memandangi lantai dan beberapa butir air matanya jatuh membasahi lantai… Itulah terakhir saya menjumpainya.
Hadir Dalam Pernikahan Kami
Silvia hadir, ketika kami menikah Menyalami kami berdua ,sambil berkata:” Selamat ya,,,” dengan suara tertahan,,:” sekaligus saya pamitan, saya akan berangkat ke Sibolga…” Saya terdiam sesaat dan kemudian menjawab:”Selamat jalan yaaa, semoga sukses di sana” Ia mengganguk lemah dan langsung membalikkan tubuhnya,,,
Belakangan saya baru dapat kabar bahwa Silvia sudah menjadi Biarawati Ia sudah berikrar untuk mengabdikan seluruh hidupnya .Setelah itu tidak ada kabar lagi, Saya hanya bisa mendoakan, semoga Slvia berbahagia dengan pilihannya.
In Memoriam Suster Silvia
Hari ini,3 tahun yang lalu.,tepanya tanggal 11 Pebruari, 2014, Silvia dipanggil Tuhan.. Semoga berbahagia di dalam pelukan Kasih Tuhan.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI